Bintang yang mengalami kebangkrutan terpaksa harus menjual semua asetnya dan juga pindah dari kota tempat dia tinggal
beruntung dia masih punya warisan sebuah rumah dari sang Kakek Bagaskara
Tapi rumah itu tidak berani di dekati penduduk karena terkenal Angker dan tidak bisa di masuki siapapun kecuali oleh sang pemilik
mampukah Bintang dan keluarganya bertahan disana? dengan banyak gangguan dan juga musuh sang kakek yang mengincarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sosok Sahara mulai muncul
Suasana rumah itu sekarang terlihat lebih bersih, halaman yang rumputnya sudah di bersihkan, dan juga bagian atap rumah yang sudah di perbaiki membuat rumah itu terlihat memiliki penghuni sekarang, kolam ikan juga sudah di perbaiki dan diisi air oleh Bintang, bahkan warga yang lewat disana turut ikut membantu saat Yana dan Maman hanya di bantu Bintang dan Karman dari bawah untuk menyodorkan genteng baru
"Ini camilannya para bapak bapak dan ibu ibu, maaf seadanya" ucap Silvia sopan
"Bi Sumi, tolong buatkan es buah untuk para warga yang ikut membantu, supaya tidak kepanasan" pinta Silvia
"Baik non" jawab Sumi berlari ke arah dalam
"Maaf kemarin kami tidak ikut membantu, karena masih sibuk di sawah" ungkap seorang warga
"Tidak apa apa pak, kami juga maklum ko" jawab Bintang
"Bapa ini benar benar pemilik baru dari rumah dan lahan yang di belakang itu kan?" Tanya warga memastikan
"Iya pak, saya ini cucu kandung dari kakek Bagaskara" jawab Bintang
"Oh iya, ini istri saya Silvia, dan yang sedang bersama Galang itu adalah putra saya Dimas, dan asisten rumah tangga kami bi Sumi" ucap Bintang
"Alhamdulillah kalau begitu pak, kami sudah tidak perlu takut lagi saat melewati rumah ini dan area lahan milik bapak" ungkap seorang warga
"Memangnya kenapa ya pak?" Tanya Silvia
"Begini Bu, sudah sejak sepuluh tahun Lalu, sejak pak Bagaskara meninggal, rumah ini sering memakan korban, meski yang jadi korban adalah para penjahat yang coba coba ingin mencuri di dalam rumah bapak" ungkap seorang warga
"Setiap yang masuk ke rumah itu pasti akan mati pak, jika bukan pemilik ataupun sang pemilik sendiri yang memberi ijin untuk masuk ke dalam" jawabnya cukup membuat Bintang merinding
"Tapi Karena sekarang pemilik aslinya Sudah datang, kami bisa tenang dan tak perlu khawatir lagi" ucap Karman
"Ada gudang cukup besar di belakang sana pak, itu dulunya tempat apa ya?" Tanya Bintang
"Itu tempat penyimpanan padi pak, dulu biasanya pak Bagaskara akan menyimpan sebagian dari hasil panennya di sana, dan para penduduk yang menjual hasil panen juga si simpan disana sampai beliau menjualnya kembali ke pasar yang jaraknya lumayan cukup jauh dari sini" jawab seorang warga yang dulu pernah bekerja pada Bagaskara
"Oh, begitu ya, kalau begitu saya akan bersihkan dan perbaiki juga gudangnya, supaya tidak ada tikus dan juga hewan liar ke sana" jawab Bintang
"Oh iya, kalian butuh pekerjaan kan? Pak Bintang membutuhkan orang untuk menjadi pekerja di lahan miliknya, apa kalian bersedia?" Tanya Karman karena yang kebetulan membantu adalah para pekerja yang di pecat juragan Galuh
"Kami sudah tua pak, tapi tenaga kami insya Allah masih kuat, jika bapak menerima kami, kami akan sangat berterima kasih" jawab seorang warga bernama Hasan
"Tentu saja saya terima kalian asal kalian bisa bekerja dengan jujur, karna bagi saya kejujuran itu adalah yang terpenting" jawab Bintang dan semuanya bersyukur
"Ada tambahan dua orang lagi tidak pak? Saya butuh untuk mengurus perbaikan gudang dan juga pagar pembatas samping, sepertinya pagarnya hampir roboh" tanya Bintang
"Pa..." Bisik Silvia
"Insya Allah uang kita cukup ma" bisik Bintang dan Silvia mengangguk
"Kalau itu, kami juga bisa bantu pak, sampai semua bahan siap dan juga lahan itu di bersihkan dulu pak" jawab Semua warga
"Kalau begitu, kita mulai besok saja ya pak, lebih cepat lebih baik" ucap Bintang
"Baik pak, istri saya pasti tidak akan mengeluh lagi, karena saya bisa bekerja lagi" ungkap Hasan
"Oh iya, pak kami berniat untuk mengawasi rumah Jatmiko nanti malam" bisik Maman
"Kenapa dengan Jatmiko? Dia kan sedang sakit" tanya Karman
"Kami curiga yang menjadi babi ngepet di kampung kita ini adalah dia pak RT" bisik Yana
"Apa! Kenapa kamu bisa curiga pada dia?" Tanya Karman
"Pak Bintang kan bilang kalau babi itu di pukul punggungnya sampai terluka, nah tadi pagi itu istrinya Jatmiko bilang, kalau dia jatuh dan punggungnya terluka" jawab Yana
"Tapi bisa saja kan dia benar benar jatuh, kita tidak boleh sembarangan menuduh" ungkap Hasan
"Iya memang begitu, tapi selama ini Jatmiko kan hanya seorang pengangguran dan istrinya saja yang bekerja di ladang, tapi dia itu gimana ya jelasinnya pak, rumah Jatmiko itu gubuk reyot, tapi bapak pasti tahu kan kalau dia belanja di warung?" Tanya Maman dan semuanya jadi ikut curiga
"Iya pak RT dia kalau ke toko belanjanya selalu yang mahal mahal, padahal penghasilan si Suri dari menjadi buruh di kebun paling hanya empat puluh ribu saja" ungkap seorang warga
"Kalau begitu, nanti malam kita adakan Ronda, tapi saya yakin babi itu nggak akan keluar karena kan dia di pukul pak Bintang semalam" jawab Karman
"Iya juga ya, percuma dong kalau begitu, kita begadang malam malam mengintai rumah si Jatmiko" balas Yana lesu
Saat semua warga pulang, Bintang memilih untuk segera memasang kasur kasur yang dia jemur ke kamar masing masing, bahkan dia juga membantu untuk membersihkan kamar tamu di lantai bawah
"Kamar ini kamar siapa pa?" Tanya Dimas
"Ini dulunya kamar kakek kamu, itu ada fotonya di tembok, sedang bergaya bersama teman temannya" jawab Bintang terkekeh
"kakek keren juga ya pa, kalau saja Kakek nggak kecelakaan, mungkin Dimas masih bisa lihat Kakek" ungkap Dimas murung
"Kita do'akan kakek supaya di terima amal ibadahnya" jawab Bintang
"Aamiin" balas Dimas
"Pa, di lemari kamar Dimas, Dimas menemukan sebuah kotak cincin pa, bagus cincinnya sepertinya perak, boleh Dimas pakai ya?" Tanya Dimas
"Pakai saja, mungkin itu cincin gaul punya kakek kamu" jawab Bintang
"Atau mungkin cincin untuk pacarnya tapi pas mau di kasih kakek di putusin" ucap Dimas
"Kamu terlalu banyak nonton drama" gerutu Bintang terkekeh
"Dimas ngantuk pa, Dimas mau tidur ya, sudah malam juga" pamit dimana memeluk Bintang
Dimas masuk ke kamarnya, dan karena sudah di ijinkan Bintang, dia memakai cincin yang dia temukan di lemari
"Mulai sekarang, kamu itu milikku, jangan kabur ya" gumam Dimas cengengesan sambil mencium cincin itu
"Mulai ngantuk, mungkin Karena lelah" gumamnya lagi dan menutup matanya
"Bima, ini indah sekali" ungkap seorang perempuan berambut panjang dengan wajah yang cantik, juga kulit kuning Langsat membuka kotak yang di berikan Bima, ayah dari Bintang
"Ini sengaja aku pesan untuk kamu Sahara, milikmu ada namaku dan milikku ada namamu" jawab Bima
"Tapi ... Ini Pasti sangat mahal" ucap Sahara merasa ragu
"Ini tidak seberapa di banding rasa cintaku Sahara" jawab Bima
"Kita berbeda Bima, ayahmu pasti akan menentang hubungan kita" ungkap Sahara
"Aku tidak peduli, bahkan aku sudah mengikat darahku di cincin ini dan tinggal darahmu saja Sahara" jawab Bima
"Apa yang harus aku lakukan? Akan aku lakukan semuanya untukmu Bima" tanya Sagara
"Berikan tanganmu" pinta Bima
Sahara memberikan tangannya, dan Bima tiba tiba mengeluarkan pisau kecil dari saku jaketnya, dengan hati hati dia mengiris tangan Sahara sampai darah di tangannya menetes mengenai cincin yang dia pakai
"Berjanjilah untuk menjadi milikku dan jangan menjalin hubungan dengan orang lain Sahara, kamu hanya milikku" bisik Bima
"Aku berjanji Bima, hanya kamu yang bisa memilikiku, dan darahmu saja yang akan menjadi tuanku" ungkap Sahara
"Sekarang tak akan ada yang bisa memisahkan kita Sahara" ucap Bima mengecup bibir Sahara sampai mereka melakukan sesuatu yang lebih dari itu di dalam sebuah kamar di rumah Bagaskara
Brak
"Ayah!" Pekik Bima yang terkejut karena pintu kamarnya di dobrak Bagaskara
"Kalian berani berbuat mesum di rumahku!" Bentak Bagaskara murka
Dia menjambak Sahara dan menyeretnya ke tengah rumah
"Ampun tuan maafkan saya" ungkap Sahara memegangi rambutnya yang di Jambak Bagaskara
"Ayah lepaskan Sahara yah, Bima mohon, kami saling mencintai" ucap Bima menyusul Bagaskara dan menyelimuti tubuh polos Sahara
"Ayah sudah menikahkan kamu Bima! Dan berani sekali kamu selingkuh dengan perempuan ini!" Bentak Bagaskara
"Bima tidak mencintai Lina yah, kami bahkan tidur terpisah karena dia juga memiliki kekasih" jawab Bima
"Meski begitu, kamu tidak boleh melakukan dosa besar ini Bima! Kamu itu masih suaminya! Kenapa tidak kamu ceraikan saja dia!" Bentak Bagaskara
"Dia hamil yah, saat bima secara tak sengaja tidur dengannya waktu Bima mabuk" jawab Bima jujur
Bagaskara terkejut, ternyata selama ini, drama pernikahan bahagia yang di perlihatkan Bima adalah sebuah kepalsuan belaka
"Tinggalkan Sahara, dan urus keluargamu Bima, setidaknya jadilah ayah yang baik untuk anakmu nanti, dan lupakan perempuan ini" ucap Bagaskara
"Tapi yah, bagaimana dengan Sahara? Dia adalah cinta Bima" tanya Bima
"Ayah akan mengurusnya disini, dan ayah akan pastikan dia selamat asal kamu tidak macam macam di jakarta, ayah yang akan kesana, kamu dan keluargamu tidak perlu datang kemari, Sahara akan di kenal sebagai istri ayah dan kamu jangan berani untuk datang kecuali jika ayah meninggal dan hanya anakmu saja yang akan menjadi pewaris sah rumah dan aset milik ayah!" Ucap Bagaskara tegas
"Mas Bima, Sahara ingin ikut kamu mas" rengek Sagara yang masih terbungkus selimut
"Diam! Dan mulai sekarang aku adalah pemilik mu!" Ucap Bagaskara menggigit leher Sahara dan meminum sedikit darah yang keluar dari leher Sahara
"Tidakkkkkk!" Teriak Dimas terbangun dengan nafas tersengal dan keringat dingin sebesar biji jagung membasahi wajahnya
"Kakek, apa yang kakek lakukan sampai kakek buyut begitu murka" gumam Dimas yang bisa mengenali orang yang ada dalam mimpinya
"Dimas... "
Deg
Sosok perempuan berambut panjang terlihat berdiri di depan lemari Dimas, dia menatap Dimas dengan tatapan kosong dan juga kaki yang terlihat tidak menapak
"Aaakkhhhhhhh papa!" Teriak Dimas menutupi tubuhnya dengan selimut
Bersambung
padahal ceritanya bagus.
gw demen.
lancar ampe tamat ye