NovelToon NovelToon
Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Takdir Yang Berbelit: Dari Mata-Mata Menjadi Duchess

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Romansa Fantasi / Cinta Paksa / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita / Bercocok tanam
Popularitas:4.5k
Nilai: 5
Nama Author: d06

Prolog

Hujan deras mengguyur malam itu, membasahi jalanan berbatu yang dipenuhi genangan air. Siena terengah-engah, tangannya berlumuran darah saat ia berlari melewati gang-gang sempit, mencoba melarikan diri dari kematian yang telah menunggunya. Betrayal—pengkhianatan yang selama ini ia curigai akhirnya menjadi kenyataan. Ivana, seseorang yang ia anggap teman, telah menjebaknya. Dengan tubuh yang mulai melemah, Siena terjatuh di tengah hujan, napasnya tersengal saat tatapan dinginnya masih memancarkan tekad. Namun, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang, satu hal yang ia tahu pasti—ia tidak akan mati begitu saja.

Di tempat lain, Eleanor Roosevelt menatap kosong ke luar jendela. Tubuhnya kurus, wajahnya pucat tanpa kehidupan, seolah dunia telah menghabisinya tanpa ampun. Sebagai istri dari Duke Cedric, ia seharusnya hidup dalam kemewahan, namun yang ia dapatkan hanyalah kesepian dan penderitaan. Kabar bahwa suaminya membawa wanita lain pulang menghantamnya seperti belati di dada

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon d06, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16: Kesabaran yang Mulai Habis

...✧⁠*⁠。 🌷 happy reading 🌷✧⁠*⁠。 ...

Carolet berdiri dengan wajah merah padam, matanya menyala penuh kemarahan saat menatap Eleanor.

"Kau mengadu pada Cedric, bukan?! Karena itu dia memarahiku! Kau benar-benar wanita licik, Eleanor!" suara Carolet meninggi, seolah ingin memastikan semua orang di sekitar mendengarnya.

Eleanor, yang baru saja selesai membaca dokumen di ruang kerja pribadinya, hanya menghela napas panjang. Dia bahkan tidak menatap Carolet, hanya menutup matanya sejenak, berusaha meredam kejengkelannya.

"Lalu, apa yang kau lakukan sekarang?" suara Eleanor terdengar datar, nyaris tanpa emosi. "Apa kau tidak paham bahasa manusia?"

Carolet tertegun sesaat. "A-apa maksudmu?"

Eleanor membuka matanya perlahan, tatapannya dingin dan menusuk. "Cedric sudah menjelaskan padamu, bukan? Aku bahkan tidak perlu repot-repot melaporkan apa pun tentangmu. Kau cukup berbicara dan bertindak sesukamu, dan dengan sendirinya kau menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya."

Carolet mengepalkan tangannya. "Jangan sok suci, Eleanor! Kau ingin membuatku terlihat buruk di mata Cedric!"

Eleanor tertawa kecil, namun tawanya dingin. "Carolet, aku tidak perlu melakukan apa pun untuk itu. Kau sendiri yang membuat dirimu terlihat buruk."

Carolet terdiam. Matanya berkilat marah, tetapi Eleanor tidak memberinya kesempatan untuk membalas.

"Aku lelah dengan drama kekanak-kanakanmu. Jika kau punya cukup waktu untuk terus mengomel dan menyalahkanku, mengapa tidak kau gunakan untuk membuktikan diri pada Cedric? Atau mungkin kau sudah sadar bahwa bagaimana pun kau berusaha, dia tidak akan pernah memilihmu?"

Kata-kata Eleanor bagaikan pedang yang menusuk Carolet tepat di jantungnya. Wajahnya memucat, bibirnya bergetar, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar.

Eleanor kembali menatap dokumen di hadapannya. "Jika kau sudah selesai, silakan keluar. Aku masih memiliki banyak hal yang lebih penting daripada mendengar ocehan tidak berguna."

Carolet menggigit bibirnya, merasa terhina. Dia ingin membalas, ingin mengatakan sesuatu yang lebih menyakitkan, tetapi tidak ada yang bisa dia katakan.

Dengan geraman marah, Carolet membalikkan badan dan pergi, menghentakkan kakinya di lantai seolah ingin membuat Eleanor sadar bahwa ia masih ada.

Eleanor hanya menghela napas lagi. Lelah. Itu satu-satunya kata yang bisa menggambarkan perasaannya terhadap wanita itu.

...🌼🌼🌼...

Suara langkah kaki Carolet yang menghentak semakin menjauh, tetapi Eleanor tidak merasa lega. Dia hanya menutup matanya sejenak, berusaha menenangkan diri. Carolet benar-benar tidak tahu kapan harus berhenti.

Eleanor menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengusap pelipisnya yang mulai terasa berdenyut. Jika situasi ini terus berlanjut, cepat atau lambat dia bisa benar-benar kehilangan kesabaran.

Namun, sebelum pikirannya semakin jauh, suara ketukan di pintu membuyarkan lamunannya.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk."

Pintu terbuka, dan Cedric melangkah masuk dengan ekspresi datarnya. Eleanor hanya melirik sekilas, lalu kembali melihat dokumen di tangannya.

"Carolet datang mengganggumu lagi?" tanyanya tanpa basa-basi.

Eleanor mendesah pelan, menutup dokumen di hadapannya. "Kau sudah tahu jawabannya, jadi untuk apa bertanya?"

Cedric mengamati ekspresi Eleanor dengan saksama. Wanita itu tampak lelah, tetapi tetap berusaha menampilkan wajah tanpa emosi.

"Kau sepertinya sudah tidak bisa bersabar lagi."

Eleanor menatap Cedric, kali ini dengan ekspresi serius. "Aku tidak peduli dengan wanita itu, Cedric. Aku tidak peduli dengan apa yang dia lakukan selama dia tidak menyeret namaku ke dalam kekacauan yang dia buat sendiri. Tapi aku benar-benar lelah dengan tingkah kekanak-kanakannya. Aku sudah memberitahumu, jika kau tidak berniat menikahinya, jangan beri dia harapan."

Cedric terdiam. Matanya yang tajam menatap Eleanor seolah ingin mengungkap isi pikirannya.

"Aku tidak pernah memberi Carolet harapan."

Eleanor tertawa kecil, tetapi tawanya tidak menunjukkan kebahagiaan. "Kau tidak sadar bahwa kau melakukannya, Cedric. Jika kau benar-benar tidak memberinya harapan, kau tidak akan membiarkan dia tetap tinggal di sini setelah apa yang dia lakukan. Kau tidak akan membiarkan dia berbicara sesuka hatinya tentang aku."

Cedric menghela napas, lalu bersandar pada meja. "Jadi, apa yang kau inginkan?"

Eleanor menatap Cedric dalam-dalam. "Aku ingin kau membuat keputusan, Cedric. Jika kau ingin menikahi Carolet, lakukan saja. Tapi jika tidak, hentikan semua ini. Aku sudah cukup bersabar."

Cedric terdiam cukup lama, lalu akhirnya berkata, "Aku tidak akan menikahi Carolet."

Eleanor mengerutkan keningnya. "Lalu kenapa kau membiarkan dia bertingkah seperti ini?"

Cedric mendekat, menatap Eleanor dengan mata yang sulit ditebak. "Karena aku ingin melihat seberapa lama kau akan bertahan sebelum akhirnya mengakui perasaanmu."

Eleanor terdiam. Ia bisa merasakan jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya.

"Kau salah paham, Cedric," katanya dengan suara tenang. "Aku tidak memiliki perasaan apa pun padamu."

Cedric tersenyum tipis. "Benarkah?" tanyanya, lalu membalikkan badan dan berjalan ke arah pintu.

Sebelum keluar, dia menoleh sekilas. "Kau tahu di mana mencariku jika kau berubah pikiran."

Pintu tertutup, meninggalkan Eleanor yang masih duduk terpaku di tempatnya.

Apa maksud semua ini?

Dan yang lebih penting... kenapa jantungnya masih berdegup kencang?

Eleanor merasa tubuhnya begitu berat. Matanya terasa panas, kepalanya pening, dan kelopak matanya seolah tak sanggup untuk tetap terbuka. Dia berencana hanya menutup mata sebentar, tetapi tanpa sadar, tubuhnya benar-benar tenggelam dalam kelelahan.

Di meja kerjanya, di antara tumpukan dokumen yang belum selesai ia periksa, Eleanor tertidur.

Namun, alih-alih beristirahat dengan tenang, sesuatu yang aneh terjadi.

Dalam mimpinya...

Eleanor mendapati dirinya berada di ruangan yang kosong dan tak berujung. Ruangan itu gelap, tetapi samar-samar ada cahaya biru redup yang menyelimutinya. Tidak ada dinding, tidak ada jendela, hanya kegelapan tanpa batas.

Tiba-tiba, suara isakan terdengar.

Eleanor menoleh dan melihat seseorang berdiri tidak jauh darinya. Seorang gadis dengan rambut pirang keemasan, mengenakan gaun tipis berwarna putih.

Gadis itu mengangkat wajahnya—dan Eleanor terkejut.

Itu dirinya.

Atau lebih tepatnya, sosok asli Eleanor, pemilik tubuh ini sebelum dirinya datang.

Mata biru Eleanor asli dipenuhi air mata. Dengan langkah gemetar, dia berjalan mendekat, lalu meraih tangan Eleanor dengan erat, seperti seorang anak kecil yang meminta pertolongan.

"Tolong... tolong aku..." suaranya bergetar, penuh kesedihan.

Eleanor terdiam, tak tahu harus berkata apa. Ia hanya menatap gadis itu dengan mata penuh tanda tanya.

"Aku mencintainya..."

Eleanor terkejut mendengar ucapan itu.

"Aku benar-benar mencintai Cedric..." gadis itu melanjutkan dengan suara terisak. "Aku telah berusaha begitu keras... tetapi dia tidak pernah melihatku. Aku selalu menjadi orang kedua baginya..."

Eleanor hanya bisa menatapnya tanpa berkata-kata. Dia memang sudah lama menduga bahwa Eleanor asli memiliki perasaan pada Cedric, tetapi mendengarnya secara langsung seperti ini terasa begitu nyata.

Gadis itu menggenggam tangan Eleanor semakin erat, seakan takut Eleanor akan menghilang.

"Siena..." panggilnya lirih.

Eleanor tertegun. Itu adalah namanya sebelum dia memasuki tubuh ini.

Bagaimana Eleanor asli bisa tahu namanya?

"Aku mohon... kau harus membantuku. Aku ingin Cedric mencintaiku... Aku ingin dia melihatku..." tangisnya semakin dalam.

Eleanor ingin membuka mulutnya, ingin mengatakan sesuatu, tetapi tiba-tiba segalanya menjadi kabur.

Tubuh gadis itu mulai memudar, suara tangisannya perlahan-lahan menghilang.

Dan sebelum Eleanor sempat bertanya lebih jauh—

Matanya terbuka.

Dia terbangun.

Napasnya tersengal, tangannya gemetar, dan dadanya terasa sesak.

Dengan cepat, Eleanor menegakkan tubuhnya dan mengusap wajahnya yang sedikit berkeringat. Pandangannya menyapu sekeliling ruangan. Dia masih berada di meja kerjanya, dan semuanya tampak normal.

Tetapi...

Kenapa mimpinya terasa begitu nyata?

Dan kenapa Eleanor asli tahu siapa dirinya?

...。⁠*⁠♡🥀 thanks for reading🥀。⁠*⁠♡...

1
Khanza Safira
Hai Aku mampir
dea febriani: hai, terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini❤️
total 1 replies
masria hanum
kak ini ceritanya bagus banget lho, cerita yang lain2 juga bagus2 semoga viewers nya makin banyak ya...

suka banget sama alurnya, pelan tapi ada aja kejutan di tiap bab...
dea febriani: MasyaAllah Tabarakallah, terima kasih banyak! Komentar kamu benar-benar bikin aku semangat. Semoga kamu juga selalu diberkahi dan tetap menikmati ceritaku! 💖
total 1 replies
Sribundanya Gifran
lanjut thor
Sribundanya Gifran
eleanor rubahlah dirimu jgn krn cinta kau lemah, tingglkan yg tak menginginkanmu dan buatlah benteng yg kuat untuk dirimu.
lanjut up lagi thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!