NovelToon NovelToon
Anhe : Teratai Air Yang Damai

Anhe : Teratai Air Yang Damai

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Sri Wulandari

Anhe gadis yang telah di besarkan dalam lingkaran kegelapan. Hanya mengerti akan pembunuhan, membantai tanpa henti, tugas mematikan yang siap datang setiap waktu. Tanpa di duga gadis itu terbunuh saat menghadapi musuh besarnya. Dia bangkit kembali menjadi seorang gadis muda yang masih berusia lima belas tahun. Gadis dengan tubuh lemah, sakit-sakitan dan terbuang.
Anhe terlahir kembali sebagai putri kelima orang yang hampir dia bunuh. Di menit terakhir Tuan besarnya meminta untuk mundur dan pembunuhan di hentikan. Sehingga keluarga itu selamat dari pembantaian. Dan kini dia harus menjadi salah satu dari Putri perdana menteri pertahanan itu sendiri. Terjerat dalam skema keluarga besarnya bahkan keluarga kerajaan yang saling bertentangan.
Gadis pembunuh itu kini harus siap menghadapi perubahan besar dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perburuan malam

Kereta melaju di kegelapan malam menembus jalur hutan. Membutuhkan empat hari lagi untuk bisa sampai di kota Hengji. Hujan tiba-tiba menguyur lagi tanpa henti bahkan membawa angin kencang bersamanya. Kereta tentu tidak bisa melanjutkan perjalanan saat di terjang angin kencang. Mereka harus mencari tempat untuk berlindung sementara waktu. Di dalam hutan tidak ada penginapan atau kediaman yang dapat di gunakan untuk berteduh sementara waktu.

"Nenek, kita bisa mencari gubuk pemburu untuk berlindung sesaat selama hujan masih belum reda. Setelah angin dan hujan berhenti kita dapat melanjutkan perjalanan kembali," Li Anhe memberikan saran yang cukup berguna.

"Baik," Nyonya tua Chao menyetujuinya. Dia menyibak kain penutup jendela memanggil salah satu penjaga. "Cari gubuk pemburu di sekitar tempat ini."

"Baik," saut penjaga itu. Pria itu mengajak beberapa orang untuk ikut mencari keberadaan gubuk pemburu. Setelah beberapa saat mencari para penjaga datang kembali. "Nyonya besar, kami telah menemukannya."

Di balik penutup jendela suara Nyonya tua Chao terdengar. "Kita pergi ke sana untuk berlindung."

"Baik. Arahkan kereta kegubuk pemburu," teriakan pria itu membuat kereta berpindah haluan mengarah ke timur.

Sekitar sepuluh menit dari tempat awal mereka berhenti. Ada gubuk pemburu berdiri kokoh di dalam hutan yang rimbun. Semua orang langsung bergegas untuk masuk agar angin dan hujan tidak mengenai tubuh mereka.

Semua pelayan juga pengawal saling membantu untuk membuat perapian agar ruangan menjadi hangat. Hawa dingin di dalam hutan lebih pekat juga terasa menusuk kuat.

"Kesini lebih dekat dengan nenek," meraih tangan cucunya agar bisa saling menghangatkan. "Yi er, kamu pasti lelah. Kamu bisa tidur terlebih dulu," membiarkan Li Anhe bersandar di pangkuannya. Nyonya tua Chao mengelus lembut kepala cucunya. "Masih butuh beberapa hari lagi untuk dapat sampai di kota Hengji. Kamu harus lebih banyak istirahat."

Gadis dalam pangkuan itu sudah mulai terbiasa mendapatkan kehangatan dari seseorang. Sehingga membuatnya sedikit lebih serakah. 'Li Anhe bukan aku tidak memberimu jalan untuk kembali. Hanya saja ini sangat nyaman juga menenangkan,' gumamnya dalam hati. Pantulan cahaya dari api yang berkobar tidak terlalu besar membuat sebuah kelembutan. Wajah tua itu masih saja seperti seorang gadis muda tanpa kerutan ataupun tanda penuaan. Sangat cantik, berwibawa, tegas dan bijaksana semua terlihat dari raut wajah Nyonya tua Chao. "Nenek," dia memanggil pelan.

Nyonya tua Chao melihat kearah cucunya. "Iya. Apa kamu lapar?"

Li Anhe menggelengkan kepalanya, "Tidak. Aku hanya ingin memanggil saja."

Senyuman lembut itu semakin terlihat di wajah Nyonya tua Chao saat melihat kearah cucunya. "Semua akan berlalu. Jangan khawatir ada nenek. Nenek akan melindungi mu."

Hujan berhenti tepat di pertengahan malam. Suara langkah kaki dari kejauhan menapaki genangan air. Setiap langkah terdengar sangat kuat. Mereka pemburu malam yang telah terlatih dalam kegelapan bermandikan darah segar.

Li Anhe bangkit, "Nenek sudah waktunya untuk pergi."

Nyonya tua Chao menatap kearah cucunya. Kilatan mata setajam elang seperti tengah menunggu mangsanya datang. "Yi er, jangan. Kita harus pergi," meraih tangan cucunya.

"Nenek. Tidak ada waktu lagi. Pergilah bersama semua orang. Aku akan di sini untuk mengalihkan perhatian. Tunggu aku di perbatasan kota," gadis itu melepaskan genggaman tangan neneknya. "Nenek juga telah melihat ku bertarung malam itu. Seharusnya nenek tahu kemampuan ku. Mereka tidak akan bisa membunuh ku. Aku janji," menatap penuh keyakinan.

Nyonya tua Chao masih tidak bisa melepaskan cucunya. "Sekalipun nenek mati hari ini. Nenek tidak akan melepaskan mu untuk pergi seorang diri."

Li Anhe menatap tenang dia mendekat memeluk neneknya. Senyuman samar terlihat di wajahnya.

Pakk ...

Dia memukul neneknya hingga pingsan. Hanya dengan begitu orang yang ingin dia lindungi bisa aman. Selama hidupnya gadis itu baru bisa merasakan keinginan untuk melindungi seseorang. Dan dia tentu tidak mungkin berkompromi dalam hal ini. "Bawa nenek pergi. Jangan pernah berhenti sebelum keluar dari hutan. Jangan menunggu dan jangan memilih jalur utama."

"Baik," saut serentak semua penjaga juga pelayan tapi tidak dengan Bi er.

"Apa kamu juga ingin aku pukul hingga pingsan agar bersedia pergi?" Li Anhe menatap kearah pelayan pribadi Bi er. Pelayan Bi er menggelengkan kepalanya. "Tenang saja aku tidak akan mati. Aku pasti kembali," dia mengambil pedang milik penjaga kediaman lalu berjalan keluar gubuk. "Cepat pergi," ujarnya sebelum berlari mengikuti arah suara dari dalam hutan.

Semua orang langsung pergi dengan kuda dan kereta menuju jalur kecil. Semua orang sudah melihat keahlian dari Nona muda mereka. Tentu bersedia mengikuti pengaturan yang di berikan. "Ciah..." pantat kuda di cambuk lebih kuat sehingga membuat kereta melaju lebih cepat.

Di dalam kegelapan malam bayangan di atas pohon diam menunggu. Dia berdiri tegap menatap tajam ke arah bawah. Empat pemburu malam datang untuk mengambil nyawa Nyonya tua Chao.

Csiuuurttt...

Siulan terdengar dari atas pohon membuat para pemburu malam menatap kearah atas. Mereka melihat wanita bergaun indah berdiri tegap tanpa rasa takut.

"Tingkat dua," ujar Li Anhe terbang turun. Tepat di saat kakinya menapak ke tanah.

Demm...

Kekuatan dalam di dalam dirinya membuat getaran kuat.

Empat pembunuh tingkat dua bahkan tidak mampu menahan kekuatan itu. Pijakan kaki mereka sedikit bergeser.

Pedang panjang di tangan gadis itu tidak terlalu tajam. Tapi ketajaman pedang mengikuti sang pembawa.

Demm...

Li Anhe menyerang,

Ttrenggg...

Ssreett...

Satu tebasan mengenai lengan salah satu pembunuh. Gadis itu melompat membuat lengkungan indah dan lentur dari tubuh mungilnya saat menghindar dari serangan pedang.

Sseeettt...

Dengan cepat dia menebas punggung salah satu pembunuh.

Ttrenggg...

Satu pedang menahan tiga pedang di atasnya.

Demmm ...

Dia melompat membuat tendangan pada perut. Salah satu pembunuh terpental jauh menabrak pohon.

Buurr...

Darah segar menyebut tanpa henti. "Aaa..." memuntahkan darah lebih kental.

Ssreenggg...

Sayatan leher memutus syaraf utama.

Bbrukk...

Satu orang tumbang lagi.

Li Anhe menatap kedua lawannya yang masih belum menyerah. Senyuman itu membuat guratan mengerikan juga mematikan. Dia berlari kencang tanpa ada kata mundur,

Trengg...

Pedang saling bersinggungan membuat suara nyaring di kegelapan malam.

Ssrettt...

Satu leher telah di tebas hinga terputus.

Tinggal satu lagi yang masih berdiri menatap ketakutan di depan gadis itu. Dia melemparkan pedang di tangannya menembus dada membelah jantung pembunuh yang tersisa. Li Anhe berjalan santai ke arah tubuh tanpa nyawa.

Ssrett...

Dia menghunus pedang dari tubuh itu. Di barengi dengan terhunusnya pedang darah menyembur seperti aliran air. Menggenang membuat genangan coklat di tanah berwarna merah darah.

Pergerakan kecil di tangkap dengan cepat oleh Li Anhe. Masih ada satu orang yang hidup. Pembunuh itu menyandarkan tubuhnya di pohon berusaha untuk menyerang kembali. Tapi,

Pakk...

Kerikil kecil menembus kening membelah kelapanya. Seketika nafasnya terhenti.

1
Cha Sumuk
belum bls dendam ke BP nya kok mlh dah pergi ga menarik ah cerita nya
Sri wulandari: Cerita tidak sepenuhnya jalan dalam satu tempat yang sama.
Sri wulandari: Saya membuat cerita bukan menyesuaikan keinginan pembaca. Tapi untuk menyalurkan hobi. Jadi suka atau tidaknya anda dengan cerita ini itu tidak ada kaitannya dengan saya.
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Rafly Aiman Syah
ku menunggu
Rafly Aiman Syah
author ku menunggu lanjutan cerita ini ya.
semangat dan sehat selalu
Sri wulandari: Sudah saya up kk. Masih dalam peninjauan. Sabar ya😊❤️
total 1 replies
Rafly Aiman Syah
cerita yg menarik dan alur yg tidak bertele-tele
Rafly Aiman Syah
thor terimakasih untuk cerita yg menarik.
semangat terus dan bisa menciptakan banyak karya terbaik kedepan nya
Rafly Aiman Syah: sama² thor
Sri wulandari: Terima kasih atas dukungannya kk.😊❤️
total 2 replies
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
lanjut Thor
Etty Rohaeti
lanjut
Etty Rohaeti
terima kasih Thor
lanjut
Sri wulandari: siap.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!