NovelToon NovelToon
Mengapa, Harus Aku?

Mengapa, Harus Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:219
Nilai: 5
Nama Author: Erni Handayani

Alisha Alfatunnisa, putri dari pemilik pondok pesantren yang populer di kotanya. Belum menikah meski menginjak umur 29 tahun. Hati yang belum bisa move on karena Azam sang pujaan hati, salah melamar kembaran nya yaitu Aisha.

Peperangan batin dilalui Alisha. Satu tahun dia mengasingkan diri di tempat kakeknya. Satu tahun belum juga bisa menyembuhkan luka hati Alisha. Hingga datang sosok Adam, senior di kampusnya sekaligus menjadi rekan duet dalam menulis.

Apakah kehadiran Adam bisa menyembuhkan luka hati Alisha? Atau masih ada luka yang akan diterima Alisha? Cerita yang menguras air mata untuk kebahagiaan sang kembaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Napasku memburu, makanan dipiring sudah tidak menarik untukku. Napsu makan menguap entah kemana.

"Karena kamu Rani selalu di abaikan, Abah!"

Desiran dingin menyampaikan hawa dingin keseluruh tubuh, memainkan jilbabku sesukanya. Kembali aku menepi dari keluarga, ucapan Umi Zulfa tidak bisa aku pahami dengan baik. Bukannya Kakek juga sayang pada Rani?

Aku memijit kening yang berat. Segerombolan ikan emas menepi di dipinggir kolam seolah bertanya mengapa aku selalu bersedih di sini?

Air mata berjatuhan di pipi, masih serapuh ini aku. Apa dengan menikah bisa membuat Umi Zulfa berhenti membenciku? Ah, rumit jika di pikirkan terlalu dalam.

"Aku nggak suka melihat air matamu jatuh. Maaf aku telat, Alisha!"

Aku membalikan badan menatap lekat sosok yang berdiri di hadapanku. Kak Adam dia tengah tersenyum padaku.

"Ceritakan padaku, akan aku dengar dengan sepenuh hati. Jangan ada air mata lagi karena aku tak sanggup melihatmu terus bersedih, Alisha Alfatunnisa."

Aku masih menatap lekat Kak Adam, tangannya mengulurkan sapu tangan. Senyum masih merekah di bibirnya, berusaha membuat aku ikut tersenyum.

"Hapus air matamu, Alisha!" ucap Kak Adam yang masih setia mengulurkan sapu tangan. Dengan ragu aku mengambilnya, menghapus jejak air mata.

Semilir angin memainkan rambut Kak Adam yang sedikit memanjang.

"Sila tidak enak badan semalaman.Dia terus memanggil nama mamanya!" terang Kak Adam. Aku terdiam tidak bisa memberi tanggapan apapun. Sila gadis manis yang harus tumbuh tanpa sosok ibu.

"Apa di sini tempat kamu untuk mengadu masalahmu, pada ikan yang menatap heran kamu, Alisha?"

Aku tersenyum kikuk. Setidaknya ikan itu tak pernah kepo dengan apa yang aku rasa. Apa aku semenyedihkan itu?

"Duduk di sini, Kak!" ucapku pada Kak Adam.

Kak Adam menurut, jadilah kami duduk bersisian menatap lurus ke depan pada ikan-ikan yang berebut makan.

"Dari mana kakak tahu aku di sini?" tanyaku setelah lama terdiam.

"Azam yang memberitahuku."

Aku menoleh menatap Kak Adam, wangi lavender menguar dari tubuhnya menguasai indera penciumanku. Menghadirkan rasa tenang sedikit pada jiwa yang rapuh ini.

"Azam?" tanyaku memastikan agar tidak salah dengar.

Kak Adam menoleh padaku saat aku menyebut nama Azam.

"Iya, tadi dia yang aku temui saat datang. Ayah kamu sedang terlibat obrolan dengan wanita paruh baya yang mirip dengan Ayah!" terang Kak Adam.

Aku mendesah lemah, Ayah pasti tengah berdebat dengan Umi Zulfa karena aku.

"Apa yang bisa aku lakukan untuk membuat kamu bisa seperti dulu, Alisha?" tanya Kak Adam.

Aku membuang pandangan ke arah ikan lagi, aku juga nggak tahu harus dengan apa membuat diri ini seperti dulu.

"Mungkin waktu yang akan membuat aku kembali seperti dulu lagi, Kak!" jawabku lirih.

"Satu tahun belum bisa menyembuhkan lukamu di hatimu, cintamu terlalu dalam pada Azam, Alisha. Tidak adakah ruang untuk aku masuk sedikit saja?" tanya Kak Adam lirih.

"Apa adil untuk kakak jika hanya sebagai pelampiasan aku saja?" aku balik bertanya pada Kak Azam.

Kak Adam mendesah lirih, terluka kah hatinya karena ucapanku?

"Itu yang menjadi alasanku pergi ke Amerika, Alisha. Karena aku tahu kamu dan Azam memiliki cinta yang kuat dan besar. Cinta kalian dari hati bukan karena napsu. Hanya takdir yang memainkan cinta kalian. Bahkan saat ini kamu bisa bertahan dengan rasa sakitmu,"ungkap Kak Adam.

Cinta yang besar tidak bisa menjamin untuk bersama, ribuan kenangan yang terajut tak bisa menyulam luka menjadi bahagia.

Aku memang punya cinta yang besar,sedangkan Aisha memiliki jiwa raga Azam. Sekuat apapun cintaku tetap kalah dengan takdir yang berkuasa.

"Kenapa Kak Adam tidak mencoba jujur padaku? Dan memilih pergi begitu saja?"tanyaku padanya.

Aku dan Kak Adam sama-sama terjebak dengan nostalgia rasa di masa lalu, terjebak dengan keputusan masing-masing.

"Untuk apa, Alisha? Hanya akan menimbulkan luka yang lebih dalam. Kehilangan sahabat juga di benci gadis yanh aku cinta," jawab Kak Adam dengan suara serak.

Aku memandang lekat lelaki bermata sipit itu, luka yang dia terima lebih dalam. Jika dulu Kak Adam nekad mungkin benar apa yang dia katakan. Dia akan kehilangan Azam juga aku akan benci.

"Sedalam itu cintamu, Kak? Apa yang membuat kamu jatuh cinta padaku?" tanya penasaran.

Saat ini aku hanya ingin memastikan Kak Adam benar-benar mencintai aku, dan untuk aku memantapkan hati ini untuk melangkah pada kisah yang baru.

"Aku tak bisa menjelaskan dengan kata-kata, Alisha. Aku jatuh cinta saat Azam mengenalkan kamu. Sejak itu bayangan kamu selalu hadir di pikiranku."

Aku terdiam mendengar jawaban Kak Adam.

"Aku berani datang lagi karena Azam tidak memiliki kamu, Alisha. Satu tahun aku menunggu tengang waktu untuk muncul lagi dihadapanmu,"ucap kak Adam lagi.

Dadaku sesak, udara menjauh dariku. Apa seperti ini seorang penulis jatuh cinta?

Apa aku dan Kak Adam berjodoh? Kita sama-sama terluka dengan keputusan masing-masing. Namun, cinta itu belum hadir di hati untuknya.

"Kita saling berkorban untuk orang yang kita cinta. Terluka karena keputusan masing-masing. Apa kita berjodoh?"ucapku bertanya pada Kak Adam, kita memiliki nasib yang sama dan masalah yang sama juga. Masalah hati, cinta juga pengorbanan.

Kak Adam menoleh padaku menatap tajam aku. Berjuta tanya terpancar dari bola mata sipitnya.

"Jodoh rahasia Allah, yang tak satu orang pun tahu. Pasangan belum tentu jodoh kita, kamu lihat banyak pasangan yang cerai meski telah lama menikah. Aku hanya ingin melihat kamu bahagia, Alisha. Jika ada kesempatan aku ingin menjadikan kamu istriku,"terang Kak Adam.

Aku membisu, menatap sendu Kak Adam. Sudah waktunya kah aku memulai kisah baru? Cinta lelaki ini juga dalam untukku. Siapa lagi yang bisa mencintai aku sedalam ini, hanya Azam dan Kak Adam."

Apalagi yang kamu pikirkan, Alisha? Dia tulus padamu, tidak ada salahnya memulai kisah bersamanya. Separuh hatiku berkata untuk aku menerima separuh lagi masih ragu.

"Kakak serius sama aku?"tanyaku setelah lama diam.

"Serius, Alisha. Apa perlu malam ini aku katakan pada Ayah?" tantang Kak Adam.

Aku tersenyum tipis mendengar jawaban Kak Adam, begitu antusias dia untuk menemui Ayah.

"Besok malam datang ke sini, Kak! Bismillah aku terima tawaran kakak,"ucapku. Semoga sesuai rencana Allah keputusan yang aku ambil malam ini.

"Serius, Alisha?" tanya Kak Adam tak percaya.

Aku hanya mengangguk untuk meyakinkan apa yang aku ucap.

"Alhamdulillah!" ucapan syukur keluar dari bibir Kak Adam.

Allah, semoga kali ini aku tidak akan merasakan luka kembali. Aku lelah dengan peperangan batinku sendiri. Adam Al Ghani apa dia akan menjadi jodohku?

1
Afu Afu
jangan bucin alisha,buka hati buat yg lain percm menghro Azam istri nya jg SDH hmil apa yg mau km hrapkan ,plis deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!