NovelToon NovelToon
Mengapa, Harus Aku?

Mengapa, Harus Aku?

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Erni Handayani

Alisha Alfatunnisa, putri dari pemilik pondok pesantren yang populer di kotanya. Belum menikah meski menginjak umur 29 tahun. Hati yang belum bisa move on karena Azam sang pujaan hati, salah melamar kembaran nya yaitu Aisha.

Peperangan batin dilalui Alisha. Satu tahun dia mengasingkan diri di tempat kakeknya. Satu tahun belum juga bisa menyembuhkan luka hati Alisha. Hingga datang sosok Adam, senior di kampusnya sekaligus menjadi rekan duet dalam menulis.

Apakah kehadiran Adam bisa menyembuhkan luka hati Alisha? Atau masih ada luka yang akan diterima Alisha? Cerita yang menguras air mata untuk kebahagiaan sang kembaran.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erni Handayani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Dua hari kurang tidur membuat aku lelah dan mengantuk hebat. Bisa di pastikan akan tidur di sepanjang jalan pulang nanti.

"Kak pernah nggak ketemu, Kak Akhzamil? Penulis novel Rembulan Tanpa Malam juga Dalam Sebuah Kenangan?"tanyaku pada Kak Adam saat mobil sudah membelah jalanan kota Jakarta.

"Belum, kenapa memangnya Alisha?" Kak Adam balik bertanya.

"Misterius banget kayanya, kak. Nggak ada yang tahu wajahnya sampai saat ini. Padahal novel dia bestseller!" tuturku.

Kak Adam menoleh padaku, matanya menatap curiga padaku.

"Kamu suka dia, Alisha?"

Aku tertawa mendengar pertanyaan Kak Adam, ada-ada saja Kak Adam. Orang misterius begitu di sukai.

"Nggak lah, belum tentu juga dia masih single, Kak!" ucapku.

"Misal dia masih single?"

Aku berdecak kesal aneh pertanyaan Kak Adam.

"Aku saja nggak pernah ketemu masa bisa suka,Kak! Nggak mungkin lah jawabku!" jawabku.

Kak Adam menepikan mobilnya di pinggir jalan. Membuat aku mengernyitkan dahi.

"Sudah tujuh bulan berlalu, Alisha. Apa kamu masih belum bisa membuka hatimu untukku?" tanya Kak Adam dengan nada serius.

Bibirku bungkam tak tahu harus menjawab apa. Tujuh bulan ini, Kak Adam yang mendukung aku baik dalam hal moril maupun semangat. Aku tak bisa memungkiri jika sekarang bergantung padanya.

"Aku serius tadi, Alisha. Aku ingin meminang kamu!" kembali Kak Adam berucap.

Allah aku harus jawab apa, rasa yang singgah ini belum sepenuhnya menjamin aku sudah jatuh cinta pada Kak Adam.

"Kak aku.."

"Aku bisa menunggu lagi, jangan jawab jika kamu masih ragu." Kak Adam memotong ucapanku. Kak Adam kembali menancap gas, mobil melaju lancar di jalanan.

Allah tujuh bulan bukan waktu yang sebentar untuk bisa menyembuhkan luka. Namun, bayangan Azam masih kerap menyapa. Juga beberapa bulan ini Aisha menghiasi tidurku. Kembaranku itu tampak kacau wajah kusut juga pucat. Dia menyerahkan seorang bayi padaku.

Aku harus bagaimana sekarang, aku tak bisa abai pada cinta Kak Adam yang tulus.

"Insya Allah bisa membuka hatikku untukmu, Kak." akhirnya kata-kata ini keluar juga dari mulutku.

Kak Adam menatap tak percaya.

"Serius, Alisha?"tanya Kak Adam memastikan apa yang dia dengar tidak salah. Aku mengangguk pasti.

Bismillah semoga kali ini tidak ada halangan lagi, dan sama dengan rencanamu, Robb.

"Besok aku datang ke pesantren untuk melamarmu, Alisha!"

Dapat aku rasakan kebahagiaan yang Kak Adam rasa dari nada bicaranya. Allah, semoga besok lancar.

Rembulan pun tahu kini kau tak lagi merana, telah kau temukan cahaya dalam hidupmu. Masa suram telah kau lewati, saatnya kebahagiaan itu kau nikmati.

Dalam kisah yang indah, yang kau damba selama ini. Aku hanya ingin mengucapkan selamat berbahagia untukmu selamanya.

Wahai sang pemilik hati, yang tak pernah aku miliki raganya. Dalam takdir yang tak pernah memihak pada kisah kita. Aku tetap memujamu, dalam aksaraku. Di setiap rangkaian huruf-huruf, dalam cerita kisah kita. Yang terkenang indah sepanjang masa. Pada cinta yang lara. Dua hati yang saling terikat cinta sampai detik ini.

Selalu ku sebut indah namamu, Elsaku.

Lagi dan lagi postingan IG Akhzamil, mencuri perhatianku. Siapa lelaki ini? Jiwa bucinnya sungguh luar biasa melebihi wanita. Hanya fiksi atau nyata Mira juga Elsa baginya.

Di setiap postingan dia selalu tersemat nama Elsa, tidak asing sepertinya bagiku. Namun, aku tidak ingat ada hubungan apa aku dengan Elsa.

Dering ponsel membuat aku tersentak dari lamunan. Pesan singkat dari Kak Adam terpampang jelas di layar ponsel.

[Ingat hari ini aku akan datang, Alisha! Semoga tidak ada yang membuat niat ini batal lagi.]

Senyum tipis terlukis di bibirku. Aku melirik jam di atas meja, pukul 05:30 pagi. Kak Adak seakan aku takut lupa sepagi ini sudah mengirim pesan.

[Ditunggu, Kak! Kedatanganmu.] balasku singkat. Allah semoga kali ini tak ada halangan apapun.

Gaun berwarna navy telah melekat di tubuh, berpadu dengan jilbab pasmina warna senada. Untung berat badan sudah kembali nain ke angka 46 kg, membuat aku tak seperti mayat berjalan lagi. Kini tanganku tengah memoleskan lipstik di bibir.

Cantik, itu yang bisa aku katakan setelah melihat tampilan diri di cermin. Aku hanya memberitahu Ayah juga Ibu, jika hari ini Kak Adam akan melamarku. Entah bisa datang atau tidak aku tidak tahu, yang penting sudah memberi kabar.

Apa kamu bahagia hari ini? Sudah lupa sepenuhnya pada Azam? Separuh hati terus memberikan pertanyaan yang aku belum bisa menjawab iya dengan mantap. Aku hanya ingin membuka hati untuk Kak Adam dan memulai kisah baru. Lupa atau belum pada kisahku juga Azam tak bisa menjadi alasanku untuk menolak Kak Adam.

Aku berhak bahagia bukan? Aku memejamkan mata untuk mencari sebuah ketenangan, dan menghempaskan rasa resah yang mendera hati.

Mataku terbuka lebar saat merasakan ada yang memelukku dari belakang.

Pelukan dari dia yang tujuh bulan ini aku rindukan, dia yang selalu aku doakan agar senantiasa bahagia. Dia yang marah padaku, hingga tak pernah menanyakan sedikitpun kabar tentangku. Air mata ini meluncur tiba-tiba.

"Kak Alisha.." air mata semakin deras meluncur. Tujuh bulan ini dia baru menyebut namaku kembali hari ini. Allah, mimpikah aku saat ini. Hentikan waktu sedetik saja agar aku menikmati indahnya dekapan, Aisha Alfatunnisa kembaranku.

"Aisha.. Ini kamu sha?" ucapku memastikan jika dia benar-benar Aisha.

"Maafin aku, kak! nggak seharusnya aku marah pada kakak malam itu. Aku hanya terbawa emosi sesaat," lirih Aisha. Dapat aku rasa air mata membasahi pipinya,karena gamisku pun terasa basah. Aku membalikan badan membalas pelukan Aisha.

Perutnya sudah semakin buncit mungkin sebentar lagi dia akan lahiran. Kembaranku terisak di pelukanku. Aku hanya diam belum bisa mengatakan satu kata pun.

Kubiarkan Aisha menuntaskan tangsinya. Hati masih tak percaya jika Aisha ada di sini, tengah memelukku. Kembang kempis dada Aisha begitu terasa. Menumpahkan segala prasangka pada air mata. Tak bisa aku tahan air mata juga menerobos pertahananku.

"Kakak yang salah, Aisha. Tidak berani jujur padamu. Jika kakak jujur tidak akan terjadi semua ini. Kamu marah juga kakak terima, karena jika kakak di posisi kamu juga akan marah," balasku setelah sama-sama hanyut dalam tangisan masing-masing.

"Alisha, harusnya aku sadar jika kakak sangat terluka karena ini. Maafin Aisha, Kak. Karena ini dua kali kakak pergi dari rumah. Aisha rindu kakak! Rindu saat kita bermain di kolam ikan, rindu berebut bantal, juga rindu curhat sama kakak. Kejadian ini membuat kakak menjauh dariku, aku kesepian, kak!" tutur Aisha dengan suara serak karena air matanya.

Dadaku sesak, aku juga rindu padamu Aisha. Rindu segala kebersamaan kita sebelum ini terjadi, tak pernah aku sangka jika aku dan Aisha akan mencintai satu lelaki yang sama. Dengan kisah yang pelik juga menguras emosi serta air mata.

"Semua telah berlalu, Aisha! Hari ini kakak akan bertunangan. Kita akan hidup dengan pasangan masing-masing, kamu juga akan jadi ibu!" ucapku untuk meredam Aisha agar jangan terlalu terbawa emosi.

Kini aku benar-benar percaya, jika waktu penyembuh luka yang mujarab. Waktu yang menjadi penawar segala kekacauan yang ada. Waktu yang membuat Aisha mampu menerima kenyataan yang ada, jika ada kisah di masa lalu antara aku juga Azam.

"Kakak mau kan balik lagi Darul Arkom, aku butuh kakak!" ucap Aisha memelas. Allah, aku harus menjawab apa? Darul Arkom memiliki trauma yang mendalam bagiku.

"Aku mohon, Kak!" ucap Aisha kembali.

Aku masih terdiam, bibir ini terkatup rapat. Aku harus bagaimana? Akan selalu melihat Azam lagi setiap hari, hati ini takut akan goyah lagi.

Lagi aku kalah, kepala ini mengangguk. Membuat Aisha tersenyum lebar dan mengucap terima kasih.

"Jadi sudah sepakat jika pernikahan akan di lakukan bulan depan?" ucap Ayah pada semua yang ada. Kak Adam dia datang seorang diri, Sila juga neneknya sedang pergi ke luar negeri.

Semua hanya mengangguk setuju. Mengapa harus bulan depan karena banyak yang harus kami persiapkan. Hari ini aku sangat bahagia. Aisha dia tidak marah lagi, saat ini dia juga tersenyum lebar. Wajahnya semakin berisi tapi tetap cantik. Duduk menempel pada Azam, yang seperti patung tidak keluar suara satu kata pun dari mulutnya.

Lelaki itu hanya diam sepanjang pembahasan. Tak bisa aku definisikan dengan baik ekspresi wajahnya saat ini, datar tidak terlihat sedih atau bahagia. Hati ini tak bisa untuk berbohong, masih bergetar jika menatap wajah Azam. Meski pesona kak Adam tak kalah dengan Azam.

1
Afu Afu
jangan bucin alisha,buka hati buat yg lain percm menghro Azam istri nya jg SDH hmil apa yg mau km hrapkan ,plis deh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!