NovelToon NovelToon
Terjerat Pernikahan Dengan Pria Kejam

Terjerat Pernikahan Dengan Pria Kejam

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Romansa Modern / Masokisme / Konflik Rumah Tangga- Terpaksa Nikah / Konflik Rumah Tangga-Pembalasan dendam / Konflik Rumah Tangga-Pernikahan Angst
Popularitas:6.1M
Nilai: 4.8
Nama Author: Nadziroh

Demi menghindari bui, Haira memilih menikah dengan Mirza Asil Glora, pria yang sangat kejam.

Haira pikir itu jalan yang bisa memulihkan keadaan. Namun ia salah, bahkan menjadi istri dan tinggal di rumah Mirza bak neraka dan lebih menyakitkan daripada penjara yang ditakuti.

Haira harus menerima siksaan yang bertubi-tubi. Tak hanya fisik, jiwanya ikut terguncang dengan perlakuan Mirza.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadziroh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pingsan

Mirza turun dari mobil setelah Erkan membukakan pintu. Ia memasuki gedung pencakar langit yang membesarkan namanya. Langkahnya tak terhentikan oleh siapapun, seakan semua yang menyapa itu adalah patung. Otaknya masih berkelana. Entah apa yang dipikirkan, Erkan hanya bisa membaca keseriusan pria itu. 

Berhenti di depan pintu lift. Erkan menekan tombol. Setelah pintu terbuka, keduanya masuk. Hanya ada mereka hingga di dalam lift itu terasa hening mencekam. 

Apa yang Tuan pikirkan? Erkan ingin bertanya seperti itu, namun ia tak ada keberanian untuk membuka suara hingga memilih diam. 

Pintu lift terbuka sesuai angka yang ditekan sang sekretaris. Sama seperti dibawah, Erkan pun mengikuti langkah Mirza yang nampak menyimpan sejuta misteri. 

"Hari ini tidak ada meeting, tapi ada undangan dari Cargo, mereka meminta Tuan untuk datang ke sana."

"Kenapa harus aku?" sergah Mirza seketika yang membuat Erkan menciut. 

"Baiklah, Tuan. Nanti saya akan kirim orang untuk mengawasinya," jawab Erkan kemudian. Sebab, tidak mungkin dirinya yang datang. 

Ada apa dengan Tuan Mirza, sepertinya dia memikirkan sesuatu, tapi apa? Erkan hanya bisa bertanya dengan hatinya sendiri, karena saat ini belum ada yang bisa diajak curhat. 

Mirza menghempaskan tubuhnya di kursi kebesarannya. Memijat pangkal hidungnya. Bak orang frustasi, wajahnya tampak datar seperti memendam amarah. 

Erkan memilih pergi saat melihat wajah Mirza yang semakin mengerikan. 

Jalan satu-satunya untuk melepas masalah yang membelenggu, Mirza menghubungi Aslan. Hanya pria itu yang ia yakini punya jalan keluar untuk membantunya. 

"Halo, Mir." Suara khas menyapa diiringi dengan gelak tawa. 

Mirza mengusap wajahnya dengan kasar. Selama ini ia selalu tenang saat menghadapi masalah, meskipun berat. 

Namun kali ini ia benar-benar butuh masukan dari orang lain. 

"Apa kamu punya obat untuk menghilangkan stres?" tanya Mirza setelah sekian detik diam. 

Terdengar suara gelak tawa dari seberang sana. Sejak kapan Mirza meminta solusi padanya. Meskipun bersahabat, mereka jarang bertemu, bahkan Aslan yang sering berkunjung ke rumahnya lebih dulu. 

"Apa kamu masih belum bisa melupakan Lunara?" tanya Aslan. 

Mirza tak menyahut. Ia semakin gelisah saat bayangan wajah Haira terus melintas bak baju yang melekat di tubuhnya. 

"Sekarang kamu ada di mana?" Mirza mengalihkan pembicaraan. 

"Di rumah."

Tanpa berpikir panjang, Mirza langsung meninggalkan ruangannya. Kali ini ia benar-benar merasa otaknya sudah gila.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Mirza langsung duduk di sofa yang ada di rumah Aslan. Menyandarkan punggungnya dengan kepala mendongak ke atas. Memejamkan mata sejenak lalu membukanya lagi untuk menghindari wajah Haira yang terus mengikutinya. Wajahnya kusut tanpa ekspresi. 

"Kamu kenapa?" tanya Aslan. Ia datang membawa dua botol minuman yang memabukkan. 

"Belum bisa melupakan Lunara?" imbuhnya, menuangkan segelas wine untuk sang sahabat. 

"Aku nggak tahu dengan perasaanku sendiri. Dan aku juga bingung. Akhir-akhir ini aku sering memimpikan seseorang, dan aku juga merasa bersalah padanya, sebenarnya itu perasaan apa?" 

Aslan menyodorkan segelas minuman di depan Mirza yang disambut oleh pria itu. Tak seperti biasanya yang langsung diminum, Kali ini Mirza hanya menatapnya saja. Seolah-olah tak ingin membawa masalahnya lari ke sana. 

"Apa ini tentang Haira?" tebak Aslan lagi. 

Mirza menatap Aslan dengan tatapan sinis, meskipun benar dugaan pria itu, ia tetap saja enggan untuk jujur. 

"Ini tidak ada hubungannya dengan dia." Mengucapkan dengan pelan. Mengalihkan pandangannya ke arah luar jendela. 

"Bagaimana dada kamu saat di dekatnya?" Aslan terus mengorek isi hati Mirza. 

"Deg-degan." Mirza menjawab dengan cepat. 

"Apa kamu juga nyaman saat berada di dekatnya?" 

Mirza mengangguk tanpa suara. 

"Apa kamu juga terus ingin melihat wajahnya? Bahkan kamu tak ingin jauh darinya? Jika benar seperti itu, artinya kamu jatuh cinta padanya. Siapa perempuan yang berhasil melunakkan hati kamu yang sekeras baja? Aku jadi penasaran?" 

Seketika itu juga bantal melayang tepat di wajah Aslan. Bagaimana bisa pertanyaan bertubi-tubi yang diajukan itu hanya dengan satu jawaban, dan itu adalah iya.

 

Aku menikahinya hanya untuk balas dendam, dan tidak boleh jatuh cinta. 

Mirza masih mencoba menyangkal tentang apa yang dikatakan Aslan. 

Tok tok tok  

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Mirza yang hampir saja melambung diatas Awan. 

Sang pemilik rumah langsung membukanya. 

"Misel," seru Aslan terkejut. 

Gadis yang bernama Misella Rahardian itu tersenyum manis. Menatap Mirza sekilas lalu kembali fokus pada Aslan. 

"Kamu ngapain ke sini?" tanya Aslan antusias, biasanya mereka hanya bertemu di klub. Namun, tanpa janji Misel datang ke rumahnya. 

"Apa kedatanganku mengganggu Kalian?" 

"Tidak," jawab Aslan tanpa meminta persetujuan dari Mirza. 

Misel masuk dan duduk di depan Mirza. Mereka terhalang meja kaca yang membentang. Tidak ada sapaan, Mirza masih terhanyut dalam perasaan yang membuatnya cemas. 

"Za, ini Misel yang aku bilang sama kamu kemarin." 

Misel mengulurkan tangannya ke arah Mirza. 

Begitu juga dengan Mirza yang menerima tangan itu. Keduanya bersalaman dan saling menyebut nama. 

"Senang berkenalan dengan, Anda." 

Misel terlihat menggoda.

Mirza tersenyum tipis, namun pikirannya masih tetap tenggelam dengan perasaan yang belum dimengerti. 

Ponsel yang ada di saku jas Mirza berdering. Ia langsung mengangkatnya. 

"Ada apa, Bi?" tanya Mirza pada orang yang ada di seberang sana.

"Nona Haira pingsan, Tuan."

Ucapan bi Enis bagaikan petir yang menyambar. Entah, saat ini hati Mirza terasa sakit saat mendengar itu. Sekujur tubuhnya lemas. 

Aku tidak boleh khawatir padanya, ini memalukan. Jika Aslan tahu, pasti akan membullyku. 

"Panggil dokter, aku akan segera pulang." 

Mirza tetap memasang wajah tenang. Ia tak mau gugup. Sementara Aslan masih sangat kepo dengan orang yang di maksud. 

"Aku harus pulang, kita lanjutkan nanti." 

"Siapa yang sakit?" tanya Aslan.

Mirza membisu, tidak mungkin ia mengatakan sejujurnya, pasti sahabatnya itu akan melempar ejekan.

Mirza melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Menerobos jalanan yang lumayan padat. Untuk saat ini tak ada yang membuatnya tenang selain penjelasan sang dokter. 

Ia menghentikan mobilnya di halaman. Kakinya melangkah masuk menghampiri para pelayan yang berkumpul di ruang tengah. 

"Bagaimana keadaannya?" 

"Mungkin Haira hanya kelelahan, Tuan."

Ceklek

Beberapa menit kemudian, pintu kamar Haira terbuka lebar. Seorang wanita cantik yang memakai jas putih langsung mendekati Mirza. 

"Tekanan darah Nona Haira sangat rendah, dia butuh makan dan istirahat yang teratur. Mungkin saja banyak pikiran yang membuat kesehatannya menurun."

Mirza hanya mengangguk berat. Menatap pintu kamar Haira yang tertutup rapat.

Haira yang ada di kamar mandi merasa sangat cemas. Matanya terus tertuju pada benda yang ada di dalam gelas. Kini nasibnya hanya pada benda itu. 

Semoga dugaan Naina salah, dan aku hanya sakit biasa. Berjalan pelan mendekatinya. Tangannya gemetar mengangkat benda itu

Setelah hitungan ketiga, Haira membuka matanya dan melihat tanda yang ada di alat itu. 

1
Rahmawati Hulukiba
Is the Best
Sukesih Sukesih
Luar biasa
Lusi Sabila
aku malah gak doyan seblak Mirza 🤣
Rieka Mawon
Luar biasa
Siti solikah
mantap erkan
Jessica
Luar biasa
𝐝𝐞𝐰𝐢
𝐭𝐡𝐨𝐫 𝐣𝐥𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐝𝐨𝐧𝐠 𝐥𝐭𝐫 𝐛𝐥𝐤𝐠 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚 𝐈𝐧𝐝𝐨𝐧𝐞𝐬𝐢𝐚 𝐚𝐩𝐚 𝐭𝐮𝐫𝐤𝐞𝐲 𝐛𝐢𝐚𝐫 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫 𝐭𝐝𝐤 𝐬𝐥𝐡 𝐩𝐡𝐦

𝐬𝐨𝐚𝐥𝐧𝐲𝐚 𝐚𝐠𝐚𝐤 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥 𝐭𝐝 𝐤𝐚𝐧 𝐡𝐚𝐢𝐫𝐚 𝐧𝐚𝐢𝐤 𝐛𝐢𝐬


𝐤𝐥𝐨 𝐬𝐦𝟐 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐭𝐮𝐫𝐤𝐞𝐲 𝐤𝐧𝐩 𝐢𝐛𝐮 𝐭𝐝 𝐛𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠 𝐩𝐚𝐧𝐭𝐞𝐬𝐚𝐧 𝐛𝐬 𝐩𝐧𝐲 𝐚𝐧𝐚𝐤 𝐛𝐮𝐥𝐞

𝐡𝐫𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐤𝐥𝐨 𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠 𝐬𝐦𝟐 𝐛𝐮𝐥𝐞 𝐲𝐚 𝐢𝐛𝐮 𝐢𝐭𝐮 𝐠𝐤 𝐛𝐥𝐧𝐠 𝐠𝐢𝐭𝐮
𝐝𝐞𝐰𝐢
𝐡𝐫𝐬𝐧𝐲𝐚 𝐩𝐞𝐫𝐢𝐤𝐬𝐚 𝐂𝐂𝐓𝐕 𝐣𝐠 𝐬𝐢𝐡 𝐬𝐢 𝐌𝐢𝐫𝐳𝐚 𝐢𝐧𝐢
Khusnul Khotimah
jg goblok jadi laki
Lilis Suryani
Luar biasa
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
𝚏𝚞𝚑𝚑𝚑 𝚋𝚊𝚕𝚒𝚔 𝚍𝚎𝚑.. 𝚔𝚎𝚝𝚎𝚖𝚞 𝚗𝚊𝚍𝚊 𝚜𝚒 😃
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
𝚓𝚞𝚓𝚞𝚛 𝚊𝚓𝚊 𝚍𝚎𝚑 𝙷𝚊𝚒𝚛𝚊 𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚖𝚒𝚛𝚣𝚊 𝚜𝚎𝚛𝚒𝚞𝚜
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
𝚗𝚊𝚑 𝚔𝚎𝚝𝚊𝚑𝚞𝚊𝚗 𝚔𝚊𝚗 𝚔𝚕𝚘 𝚑𝚊𝚒𝚛𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚕𝚊𝚖𝚒 𝚑𝚊𝚕 𝚋𝚞𝚛𝚞𝚔 𝚍𝚒 𝚜𝚒𝚝𝚞
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
Haira kenapa 𝚐𝚊𝚔 𝚓𝚞𝚓𝚞𝚛 𝚜𝚒𝚑 𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚖𝚒𝚛𝚣𝚊
Khanza Safira
cocok Momy kok kan meskipun dari kampung haira udh jadi istri orang kaya jadi cocok banget
Khanza Safira
🤣🤣🤣🤣
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
𝚒𝚔𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚝𝚒𝚗
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
𝙷𝚘𝚎𝚔𝚔𝚔 😄😄😄 𝚕𝚊𝚗𝚐𝚜𝚞𝚗𝚐 𝚖𝚞𝚞 𝚊𝚕𝚕 𝚍𝚊𝚑𝚑 𝚝𝚞𝚑𝚑 𝚜𝚒 𝚖𝚒𝚛𝚣𝚊 😃😃😃😃😃
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
𝚊𝚒𝚑𝚑 𝚍𝚊𝚑 7 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚊𝚓𝚊 😄😄😄😄 ...
𝚑𝚎𝚕𝚕𝚘 𝚐𝚊𝚗𝚝𝚎𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚔𝚗𝚕 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚊𝚞𝚗𝚝𝚢 𝚊𝚗𝚐𝚎𝚕𝚊 🤣🤣
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
𝚔𝚎𝚗𝚊𝚙𝚊 𝚌𝚘𝚋𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚞𝚝𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚟𝚛𝚎𝚗𝚝𝚎𝚗𝚒𝚛... 𝚔𝚗𝚙 𝚐𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚊 𝚠𝚊𝚛𝚐𝚊 𝚢𝚢 𝚖𝚘 𝚋𝚊𝚗𝚝𝚞 𝚜𝚒 𝚗𝚎𝚗𝚎𝚔 𝚔𝚊𝚑
𝐝𝐞𝐰𝐢: 𝐛𝐞𝐭𝐮𝐥 𝐤𝐚𝐤.... 𝐤𝐥𝐨 𝐚𝐝𝐚 𝐩𝐞𝐩𝐚𝐭𝐚𝐡 𝐛𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠

𝐤𝐞𝐭𝐢𝐤𝐚 𝐦𝐢𝐬𝐤𝐢𝐧 𝐬𝐨𝐝𝐚𝐫𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐭𝐞𝐦𝐚𝐧 𝐩𝐮𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐣𝐚𝐮𝐡, 𝐭𝐩 𝐤𝐥𝐨 𝐤𝐚𝐲𝐚 🤣🤣🤣🤣𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐨𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐧𝐠𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐨𝐝𝐚𝐫𝐚
annethewie: mungkin adik blm pernah mengalami beratnya hidup sampai bertanya kenapa pinjam rentenir...adik tahu saudara atau tetangga juga teman itu bisa lebih jahat dari siapapun dan memandang kita begitu hina kalau tidak punya uang...entah kenapa manusia kdg lebih jahat dr binatang...yg aneh negara ini mayo muslim yg diajarannya harusnya membuat tidak mungkin org bisa demikian miskin tapi inilah dunia inilah Konoha inilah dunia...
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!