NovelToon NovelToon
Senja Di Langit Biru

Senja Di Langit Biru

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Romansa Fantasi / Cinta pada Pandangan Pertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:285
Nilai: 5
Nama Author: siwriterrajin

Dua orang remaja yang bertemu di bangku SMA, pertemanan menyatukan keduanya kemudian naik level menjadi jatuh cinta.

Banyak rintangan yang harus di lewati untuk mencapai kata BERSAMA, hingga salah satu dari mereka dipaksa untuk pergi.

Apakah perjuangan cinta mereka akan berakhir indah layaknya senja dan langit biru? Mau menjadi saksi perjuangan cinta mereka?

Baca disini‼️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17: Alat Sadap

Denika keluar dari pintu gerbang panti asuhan dan menuju mobil.

"Pak ayo." Kata Denika sambil mengenakan sabuk pengaman.

"Oke den, sekarang kita pulang ya." Kata pak Sapto.

Dalam perjalanan Denika hanya menatap kosong ke arah luar jendela.

"Den, nyonya sudah telfon dari tadi ke Pak Sapto."

"Kemungkinan nanti Aden akan kena marah." Kata Pak Sapto.

"Iy Pak Denika tahu kok." Kata Denika tetap dalam posisi sama.

"Nanti jangan melawan ya den, dengarkan saja. Ini saran dari Pak Sapto." Kata Pak Sapto.

"Iya Pak, Pak Sapto tenang aja." Kata Denika.

"Denika tidur ya pak, bangunkan kalau udah sampai." Kata Denika memejamkan matanya.

"Baik Den." Kata Denika.

...----------------...

Setelah beberapa menit akhirnya sampai di rumah Denika.

"Den sudah sampai, Aden masuk aja biar barangnya Pak Sapto yang bawain." Kata Pak Sapto mengguncangkan pelan tubuh Denika.

"Eh udah sampai ya pak, nggak usah Denika aja yang bawa pak, sekalian." Kata Denika kemudian turun dari mobil.

Denika mengambil barangnya di bagasi dan mengetuk jendela mobil. Pak Sapto segera membuka jendela mobil.

"Pak Sapto teriak kasih ya hari ini. Maaf kalau kamu merepotkan Pak Sapto." Kata Denika dari luar jendela mobil.

"Iya den sama-sama. Istirahat den sudah malam." Kata Pak Sapto dan dibalas anggukan oleh Denika.

Denika kemudian berjalan mendekat ke arah pintu utama, menatap beberapa detik pintu utama tersebut sambil membuang nafas berat.

Denika lalu membuka pintu utama tersebut. Denika baru beberapa langkah memasuki rumah, tetapi sudah di hujani pernyataan oleh Sintia.

"Denika kamu dari mana?." Kata Sintia mendekat ke arah anaknya.

"Dari pantai ma." Kata Denika menghentikan langkahnya.

"Kenapa nggak izin sama mama dulu?!." Kata Sintia.

"Bukannya mama udah tau semua dari Pak Sapto?, Denika juga nggak harus izin sama mama tok mama tahu semuanya kan?." Kata Denika.

"Udah lah ma, daripada ribut sama ku, mending tanya Pak Sapto aja." Kata Denika kalau pergi meninggalkan Sintia.

"Denika, mama belum selesai sini!." Kata Sintia tetapi diabaikan oleh Denika.

"Ma udahlah ma, Denial juga sudah besar papa yakin dia bisa jaga dirinya sendiri ma." Kata Deri.

"Mama cuma mau Denial nurut sama Mama, pah." Kata Sintia.

"Denika kurang nurut apa lagi sama mama? Semua kemauan mama sudah dia turuti. Biarlah Denika bergaul dengan teman-temannya. Ini masa-masa jiwa sosialnya perlu berkembang ma." Kata Deri menenangkan istrinya.

"Ayo duduk, jangan begitu nanti Denial jadi tidak betah di rumah." Kata Deri.

"Tpi pah,, Denika." Kata Sintia terpotong.

"Sudah Bu, nanti biar papa yang bicara sama Denika. Ibu tenang aja." Kata Deri sembari menuangkan segelas air putih untuk Sintia.

...----------------...

Setelah Siska tenang, Deri tampak mendekat ke arah dapur.

"Bi tolong buatkan teh anget untuk Denika ya." Kata Deri pada Bi asih pembantu dirumahnya.

"Maaf Tuan Deri, tapi den Denika tidak suka teh sebaiknya dibuatkan Cokelat panas saja." Kata Bi Asih.

Deg

Perasaan Deri menjadi campur aduk, dalam hatinya tiba-tiba muncul rasa bersalah bagaiman seorang ayah tidak mengenal selera anknya sendiri? Malah seorang pembantu yang buak keluarga yang tahu semua hal tentang putranya.

"Baik bi, saya minta tolong ya." Kata Deri.

"Baik tuan tunggu sebentar." Kata Bi Asih.

Deri tampak merenungi sikapnya selama ini pada Denika.

"Apa kami sebagai orang tua kurang perhatian sam Denika?." Batin Deri.

"Ini tuan cokelat panasnya, Saya sudah tambahkan cemilan kesukaan den Denika." Kata Bi Asih.

"Makasih ya bi, biar saya aja yang antar ke kamar Denika." Kata Deri mengambil alih nampan yang ada di tangan Bi Asih.

Deri berjalan menaiki tangga sambil membawa nampan di tangannya.

Deri memandang ke arah istirnya yang sedang sibuk mengerjakan pekerjaan kantor dan tidak mempedulikan sekitarnya.

Deri kembali berjalan menuju kamar Denika.

Tok tok tok

"Denika ini ayah nak." Kata Deri tetapi tak kunjung mendapat jawaban dari putranya.

"Denika ayah bawakan cokelat panas." Kata Deri tetapi tidak dijawab.

"Ayah mu bicara sama kamu Denika, sebentar." Kata Deri.

Deri terus mencoba tetapi tidak ada jawaban, der akhirnya memutuskan untuk turun lagi ke lantai bawah dan tidak jadi menemui putranya.

Saat Deri hendak melangkah pergi, terdengar suara pintu yang terbuka.

Deri yang menyadari itu segera membuka dengan pelan pintu kamar putra kesayangannya itu.

Deri tampak melihat ke sekeliling, Kamar yang didominasi warna abu dan putih itu tampak rapi. Deri bahkan hampir tidak pernah mengunjungi kamar putranya sendiri.

"Maaf yah, Denika habis mandi nggak kedengeran." Kata Denika sambil mengusap rambutnya Dnegan handuk.

"Ini Ka ayah bawakan coklat panas dan cemilan." Kata Deri.

"Taruh atas meja aja yah." Kata Denika.

Deri kemudian meletakkan nampan di atas meja belajar putranya dan segera duduk di atas kasur.

"Denika, sini duduk ayah mau bicara sebentar." Kata Deri sembari melambai pelan tangannya.

Denika lalu duduk disamping Deri.

"Denika, Ayah sam Mama minta maaf ya karena selalu marahin kamu." Kata Deri.

"Kami begini karena kami sayang sama kamu." Kata Deri dengan anda lembut.

"Kesalahan memang ada di kami, kami bahkan belum tentu tau apa hal yang kamu sukai. Maaf sekali lagi nak." Kata Deri penuh penyesalan.

Denika tampak tak menjawab perkataan ayahnya.

"Kalau mau kemna-mana jngan lupa izin dulu, pasti kami beri izin kamu jangan khawatir." Kata Deri.

"Ayah yakin, Mama bakal ngasih izin?." Kata Denika angkat bicara.

"Ayah bakal usaha Ka, Ayah bakal bujuk Mama." Kata Deri meyakinkan putranya.

"Nggak akan dikasih izin yah, bahkan ketika Denika ada di dalam rumah aja Mama nggak percaya sama Denika." Kata Denika dengan wajah kesal.

"Apa maksud kamu?." Kata Deri terkejut Dnegan perkataan putranya.

Denika kemudian bangkit dari duduknya dan tampak meraba bagian bawah meja belajarnya dan mengambil sebuah benda berwarna hitam dengan lampu merah yang menyala.

"Ini." Kata Denika menunjukan benda tersebut pada ayahnya.

"Kamu disadap?."

"Keterlaluan mama." Kata Deri kemudian mengambil alat sadap dari tangan Denika dan menginjaknya.

"Kamu minum coklat panasnya sama cemilannya, Ayah turun dulu." Kata Deri lalu keluar dari kamarnya.

Setalah Deri keluar dari kamar, Denika tampak merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil menatap plafon.

"Kenapa tuhan, cuma aku pewaris di keluarga ini, apa kalau aku punya saudara semuanya akan berbeda?." Kata Denial sambil menatap plafon putih di depan matanya.

...----------------...

Deri bergegas berjalan menuruni tangga.

"Mama." Panggil Deri.

"Kenapa sih pa teriak-teriak." Kata Sintia.

"Ini apa?." Kata Deri menunjukan alat sadap pada Sintia.

Sintia yang melihat alat sadap tersebut langsung pucat pasi.

"Kenapa kamu tega sama Denika? Kamu nggak percaya sama anak kita." Kata Denika tak menyangka dengan perbuatan istrinya itu.

"Percaya mas, aku percaya. Cuman untuk memastikan aja." Kata Sintia.

"Ini terkahir Ma, kalau Samapi kamu pasang hal-hal begini lagi dikamar Denika, aku bawa pergi Denika dari rumah ini." Kata Deri lalu pergi meninggalkan Sintia.

Bersambung,,,,

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!