TELUH GASIANG TANGKORAK

Anton menatap marah pada kedua iblis yang sedang bercumbu mesra pada sang istri.

Bahkan terlihat kobaran api yang dikeluarkan oleh Banaspati sangat mengerikan.

Mawar masih merintih dalam kepuasan yang tak pernah ia temui sebelumnya dan hal itu semakin membuat darah sang suami mendidih.

"Setan laknat!" makinya dengan kasar.

Tangannya bersiap pada benda kecil melengkung yang tergantung dipergelangan tangannya karena diikat oleh benang berwarna hitam yang sudah ia pintal sedemekian rupa.

Kemudian, ia membuka sarungnya, benda itu tak lain adalah kerambit yang tak pernah ia tinggalkan dimanapun, dan kapanpun, lalu berusaha untuk menyerang kedua iblis tersebut.

Saat bersamaan, Banaspati melesat dengan aura panas yang sangat ekstrem dan hal itu membuat Anton yang melangkah maju terhenti seketika dan ia terpental ke ruang tengah.

Kerambit ditangannya terlepas dari genggamannya dan ia mengerang kesakitan.

Ditempat lain, seseorang sedang berkomat-kamit membaca mantra untuk melakukan aksi ritualnya yang sangat kejam.

Hal yang sama dilakukan seperti Anton, sebuah gasing tengkorak sedang berputar didalam sebuah ruangan luas dan diatas sebuah rumah panggung berbahan kayu.

Bibirnya terus bergetar membacakan mantra dengan matanya yang terpejam dan membuat para iblis jantan berduyun-duyun datang memasuki kamar Mawar dan bergantian menyenggamainya hingga membuat wanita itu terpekik saat merasakan anunya sangat panas.

Anton berusaha untuk bangkit. Lukanya cukup parah.

Ia mencoba menggerakkan ujung jemarinya. Ia tidak rela jika para iblis itu beramai-ramai memperkaos sang istri dan menjadi pusat kepuasan mereka.

Tubuh Anton bergetar saat mendengar suara lenguh bercampur rintihan kesakitan yang keluar dari mulut sang istri.

Akan tetapi, ia tak dapat melakukan apapun, sebab sebuah kekuatan hitam yang lebih besar terus menghalanginya.

Angin bertiup kencang. Jendela kamar Mawar terbuka dan bergerak membentur dinding berulang kali yang disertai suara deritnya yang semakin membuat darah pria itu kembali bergejolak.

Kilatan cahaya terlihat memantik dan tiba-tiba suara petir menyambar dengan sangat kuat dan memekakkan telinga.

Setiap kali Anton menggerakkan jemarinya, sebuah tangan berbulu menahannya, sehingga ia terus berusaha dan gagal lagi.

Duuuuuaaaar....

Kembali suara petir menyambar dengan keras. Anton semakin frustasi, dan ia dapat melihat dari ambang pintu yang terhubung ke jendela, para dedemit jantan berlalu lalang keluar masuk seolah menggilir sang istri yang terus saja melenguh.

Anton menarik nafasnya, lalu membaca mantra untuk melawan kekuatan kegelapan yang jauh lebih besar datang untuk menyerangnya.

Ia ingin mencari tahu siapa yang sudah ikut campur dengan urusannya.

Namun semakin ia berusaha, ia semakin kehilangan tenaganya, hingga membuat ia semakin lemah.

Setelah beberapa jam berlalu, semuanya berakhir, dan ia mencoba merangkak untuk menghampiri wanitanya yang kini tergolek lemah diatas kasur tipis kamar yang tampak dipenuhi cairan berwarna hitam dan hijau pekat yang keluar dari liang sang istri.

Wanita itu tampak memejamkan kedua matanya. Nafasnya tersengal dengan dadanya yang turun dan naik menahan rasa sesak.

Terlihat dibagian anunya membengkak kemerahan. Sesaat terdengar suara rintih kesakitan menahan perih yang cukup parah disertai rasa panas yang seolah membakar tubuhnya.

Saat bersamaan, pelita diruang tengah mati. Suasana tampak gelap, dan Anton terpaksa keluar dari kamarnya dan merogoh saku celananya untuk mengambil pemantik api dan menghidupkannya.

Saat ia sudah berhasil membuat ruangan kembali terang, ia dikejut oleh sosok bertubuh tinggi besar yang semakin lama ia lia ketas maka semakin tinggi menjulang hingga menembus atap rumahnya.

Sosok itu menjulurkan tangannya yang sangat besar dan juga panjang, lalu meraih pundak Anton, dan melemparkannya ke dinding dengan begitu keras.

Pria itu terbentur dengan sangat keras, lalu merasakan dunianya sangat gelap, dan ia tak sadarkan diri.

Sementara itu, Radit baru saja selesai dengan dzikirnya. Ia merasakan jika sesuatu yang tadi mengikutinya telah pergi, dan ia meyakini tidak ada kekuatan didunia ini yang dapat melawan kekuatan Rabb-Nya.

Sesaat ia teringat akan Adjie sang tetangga yang saat ini sedang dilanda duka dan ujian yang bertubi-tubi.

Ia merasa jika pria itu bukan mengalami sakit biasa, melainkan teluh yang sangat kuat dan dikirim seseorang untuk mencelakainya.

Akan tetapi, kekuatan kegelapan itu tidak suka jika ada orang lain yang berusaha ikut campur dan akan mencelakai siapapun yang berusaha menghalangi jalan sesatnya atau aksi balas dendam yang membabi buta.

"Kesalahan apa yang sudah dilakukan Adjie dimasa lalu? Sehingga ia harus menerima penderitaan yang begitu besar?" gumam Radit dengan rasa penasaran yang cukup besar.

Ia akan mencari tahu esok hari, sebab saat ini sudah menunjukkan pukul 3 pagi dan ia berniat tidur untuk beberapa jam menanti waktu subuh.

Ditempat terpisah, Adjie berjalan dengan langkah tertatih menuju kamar mandi. Ia ingin buang air air dan wajahnya tampak sangat pucat.

Tubuhnya yang dahulu begitu kekar dengan otot-otot lengannya yang menyembul, kini susut dan tubuhnya terlihat sangat kurus.

Ia menatap meja kompor dengan pandangan nanar. Ia teringat akan sang istri yang biasa memasak disana.

Wanita cantik yang pernah ia dapatkan dengan cara jalan sesat itu, kini terbaring diranjang rumah sakit karena keguguran. Sungguh ia merindukan sang istri, dan berharap akan dapat berkumpul lagi.

Sekelebat bayangan hitam hadir didepannya. Sosok wanita berambut panjang dengan kuku tangannya yang meruncing menjulur ke arah perkutut pria yang saat ini tampak lemah.

Sosok itu membeliakkan kedua matanya yang hitam legam dengan dua taring yang mencuat dan terlihat sangat mengerikan.

Kraaaaaaas....

Satu cakaran mendarat diperkututnya yang terlihat membengkak hingga merobek celana dan juga rudal milik sang pria malang.

Darah mengucur dan membuat pria itu bergetar hebat karena menahan rasa takut dan sakit yang teramat sangat.

"Mengapa kau meninggalkanku? Bukankah kau berjanji untuk menjamahku," sosok itu terlihat penuh dengan api dendam.

Adjie berpegangan pada dinding, lalu mencoba bertahan pada rasa sakit yang begitu menyiksanya.

"S-siapa, Kau!" tanyanya dengan wajah yang semakin pucat.

Lantai dipenuhi cairan pekat yang berbau amis.

"Apakah kau melupakanku? Aku orang yang pernah terikat hati padamu. Kau menjebakku dengan ajian Jaran Goyangmu saat itu, sehingga membuatku gila akan cintamu!" jawab sosok tersebut, sembari mendekatkan dirinya pada Adjie.

"Aku tidak mengingatmu. Begitu banyak wanita yang menjadi korbanku, lalu kau siapa salah satunya?"

"Aku istri kang bakso! Apa kau lupa!" sosok itu menekankan.

Adjie tercengang mendengarnya. Ia menatap dengan rasa bersalah dan penuh penyesalan.

"A-apa? Lalu mengapa kau menjadi iblis? Apakah kau mati mengenaskan?" tanya Adjie dengan rasa takut yang begitu besar.

"Aku mati karena mengejarmu! Dan ini saatnya aku menuntut balas padamu!"

Adjie semakin ketakutan. "Maafkan aku, aku minta maaf atas semua salahku! Lepaskan aku dari.kutukan ini!" Adjie memohon sosok qorin yang saat ini sedang dimanfaatkan oleh seseorang untuk memaafkannya.