Rahasia besar dibalik persaingan dua kedai yang bertolak belakang dalam segala hal.
Saat yang nampak tidak seperti yang sesungguhnya, saat itu pula keteguhan dan ketangguhan diuji.
Akankah persaingan itu hanya sebatas bisnis usaha, atau malah berujung pada konflik yang melibatkan dua sindikat besar kelas dunia?
Bagi yang suka genre action, kriminal, mafia, dengan sentuhan drama, romansa dan komedi ringan, yuk.. langsung di klik tombol "mulai baca"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puspa Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAGIAN 17
"Sudah lama sekali aku tidak kesini", Sofia bergumam lirih.
Ia dan Alex sedang menyantap es krim di kedai yang sering mereka kunjungi saat masih kecil.
"Kau senang?", tanya Alex.
Sofia mengangguk yakin. Matanya yang menyipit menandakan kalau ia sedang tersenyum.
Dulu, saat masih kecil, mereka berdua hanya dua orang saudara yang dimanjakan oleh berbagai kemewahan. Tapi kini, mereka telah menjadi dua orang dewasa, terombang-ambing di pusaran dunia kejahatan yang dikendalikan oleh ayah mereka sendiri.
Alex sangat menyayangi sang adik, tapi cukupkah rasa sayang yang diberikannya? Karena nyatanya Sofia kini sedang dilanda kesedihan, tak punya tempat untuk meluapkan rasa itu untuk sekedar meringankan beban hatinya.
Alex teringat pria-pria muslim yang mendatangi mereka tadi. Tak ada ikatan darah di antara mereka dan Sofia, tapi kepedulian mereka begitu besar. Dan hal itu tentu telah membuat Alex malu pada dirinya sendiri. Saudara sedarah telah dikalahkan oleh saudara seiman.
"Bagaimana kabar Tuan Nakamura?", tanya Alex sambil menyuap es krimnya.
Mendengar pertanyaan itu, minat Sofia terhadap es krim di depannya tiba-tiba menguap. Ia meletakkan sendoknya kemudian bersandar.
"Apa kau harus membahas hal itu sekarang?", keluhnya.
Alex merasa bersalah, bukan maksudnya mengungkit tentang usaha Sofia untuk membunuhnya.
"Aku tak menanyakan perkembangan misimu, aku sungguh-sungguh menanyakan kabarnya", benarkah?! Bukankah itu terasa janggal?
Sofia pun merasa begitu. Apa tidak salah? Aneh rasanya bila Alex menanyakan kabar Akita seolah mereka berdua teman baik yang sudah lama tak bertemu.
"Kenapa kau tidak melihatnya sendiri? Racun itu sudah menggerogoti tubuhnya, dan kini dia pasti merasa lemah", Sofia berkata tanpa menatap Alex, khawatir kalau saudaranya bisa melihat matanya yang berkaca-kaca.
"Maksudku bukan begitu. Aku...", Alex bingung bagaimana memulai pembicaraan yang ia maksud sejak tadi.
"Sofia, menurutku... Kau tak perlu meneruskan misimu pada Nakamura"
Sofia terkekeh mendengar perkataan Alex.
"Maksudmu aku harus bertahan di keluarga ini? Lalu dengan sukarela menjadi menantu keluarga Gambino untuk menghabiskan seluruh sisa hidupku bersama Luca dan mengabaikan keyakinanku, begitu? Hhh, seharusnya aku tadi tak menuruti ajakanmu", Sofia terdengar kecewa.
Alex memukul dahinya dengan kepalan tangannya, seolah mengutuk kebodohan dirinya.
"Bukan begitu Sofia. Maksudku mengapa kau tidak melarikan diri saja bersama Nakamura, menjauh dari semua kegilaan Genovese maupun Gambino, dan hidup bahagia dengannya selama sisa hidupmu?", Alex akhirnya menemukan kalimatnya.
Sofia tertegun mendengar ucapan Alex.
"A..apa maksudmu?", Sofia mengira-ngira sesuatu dibalik ucapan saudaranya.
Alex menghela nafasnya. Wajahnya nampak murung dan es krim dihadapannya mulai mencair karena diabaikan.
"Aku sudah tahu kalau kau menyukainya. Kau bodoh sekali Sofia, membunuh orang yang kau cintai? Bagaimana mungkin kau sanggup melakukan itu hah?", Alex akhirnya tak tahan.
"Bagaimana kau..", ucapan Sofia tertahan.
Air matanya kini sudah mengalir. Tatapannya sendu seolah menampakkan kepedihan yang ia rasakan.
"Aku tak punya pilihan lain, dia atau kebebasan dan keyakinanku. Tentu saja aku akan memilih yang kedua. Lagipula.. dia seorang penjahat besar bukan?", lirih Sofia.
"Dan kau percaya itu?", tanya Alex.
Sofia tersentak, apa maksudnya?
"Aku bahkan ragu kalau dia pernah membunuh makhluk hidup selain salmon dan hewan lain yang dimasaknya", sambung Alex yang kini kembali memakan es krim melelehnya.
"Alex! Apa maksudmu? Tolong jangan berbelit-belit", Sofia memandang panik Alex.
"Maksudku, Akita Nakamura sama sekali tidak seperti yang papa katakan. Dia hanya seorang pria yang ingin menjadi koki dan memiliki kedai ramennya sendiri. Itu saja"
"Jadi, papa membohongiku? Untuk apa Alex? Untuk apa dia menyuruhku untuk membunuh Tuan Nakamura?", Sofia semakin panik.
Alex memberi isyarat agar Sofia tenang, ia khawatir kalau-kalau di kedai ini ada orang yang mengerti bahasa yang mereka gunakan.
"Kesalahan Nakamura hanya satu, yaitu menjadi anak dari seseorang yang padanya papa menaruh dendam. Tiba-tiba saja Nakamura muncul di sini, tepat di tempat kekuasaan papa, seolah takdir sudah mengantarkannya. Tentu saja itu menjadi peluang papa membalas perbuatan ayahnya dengan melenyapkan satu-satunya keturunan yang ia miliki. Tapi ia harus memikirkan agar niatnya itu tidak menimbulkan konflik baru. Dan kau, kandidat terbaik untuk melakukan eksekusinya", terang Alex.
Sofia kehabisan kata-kata, matanya hanya bergerak tak beraturan dan nafasnya tersengal demi mendengar penjelasan Alex. Sel otaknya seolah saling melepaskan pengaitnya masing-masing dan mencari pasangan baru untuk membuat sambungan pemikiran yang lebih masuk akal. Dan itu perlu waktu.
"Alex, aku.. harus bagaimana? Dia pasti akan sangat membenciku", akhirnya tangisnya tak terbendung lagi.
Alex melihat sekelilingnya, banyak mata yang kini mengamati mereka sebab tangisan Sofia.
"Ayo kita pergi dari sini. Orang-orang sedang melihat kita", Alex kemudian berdiri dan menunggu Sofia menyambut uluran tangannya.
Sofia yang tersadar kemudian menghapus air mata sekenanya lalu mengambil tangan Alex.
"Kita ke kedaimu", ajak Alex.
Akita duh nasibmu terancam
Akita malah bersyukur ada goncangan di pesawat, dapat pelukan tangan...
😘😘😘
👍👍👍
😄😄😄
😅😅😅
Ryuu sudah sangat bosan dengan genre romansa, saatnya genre HOROR & Baku Hantam ...!!!
Setiap muslim adalah saudara bagi muslim lainnya...
Jadi kena juga !!!!