Baru menginjak kelas 12, ada saja hal yang membuat Syanza harus menghadapi Pangeran, si ketua Savero.
Ketua apanya coba, tengil gitu.
"Lo pikir, lo kodok bisa berubah jadi pangeran beneran, hah??" Ketus Syanza.
"Emang gue pangeran," balas Pangeran angkuh.
"Nama doang, kelakuan kayak setan!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cipaaiinee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 17
Suara mesin kencang nan berisik menambah sensasi tegang dan juga menyenangkan. Asap beserta debu yang keluar dari knalpot motor tampak menambah nuansa berenergi. Bau ban belakang yang terus memutar ditempat menyeruakkan pada penciuman.
Area balapan dengan dua gang motor itu sungguh membuat euforia dalam jiwa anak balap itu sendiri. Sorakan dari penggemar begitu menggema dan juga tepuk tangan yang ricuh menambah kepuasan tersendiri.
Ketua Savero dan Lenox mempunyai riwayat persaingan yang sengit. Tempat balap kali ini berlangsung di trek balap resmi dan memastikan safety gear telah siap.
Keduanya melaju pesat saat hitungan ketiga dicetuskan. Dua pembalap itu melakukan manuver yang berani dan mengambil risiko hanya untuk memenangkan balapan. Penonton semakin antusias dan mendukung ketuanya masing-masing.
"Lo lihat gak, Zer," ucap Arjuna pada Zergan yang menatap lurus di mana sang ketua dan saingannya menghilang secepat kilat.
"Lihat apa?" sahut Jarrel yang mendengar ucapan Arjuna.
Mendapat sahutan dari orang yang tidak diajak bicaranya, lantas Arjuna menoyor kepala Jarrel. "Kepo, kayak dora lu," cibirnya.
"Jingan," balas Jarrel menatap sengit Arjuna.
"Lo gak lihat sih kejadian tadi siang," timpal Cakra tiba-tiba ada di samping Jarrel.
Arjuna mengerutkan alisnya, dan memiringkan kepala disertai manik matanya melirik ke atas. "Kejadian legend apa sampai gue terlewat," pungkasnya penasaran.
Cakra melirik Jarrel yang juga sama-sama saling lirik ditambah kekehan, kecuali Zergan yang menghela napas jengah dengan tingkah mereka.
"Kejadiannya pas banget saat lo pulang duluan. Lo keluar masuk si Syanza, gak masuk sih cuma lihatin di ambang pintu kelas kita aja," ujar Cakra.
"Hm. Pangeran lagi di emo modenya. Kalau udah tahu gak usah minta validasi," tukas Zergan malas. Sebenarnya tadi dirinya ada kesempatan untuk mengantarkan seseorang tetapi gara-gara telepon dari Pangeran, ia sampai merelakan seseorang itu pulang sendiri.
"Bukan validasi, tapi gue mau tahu dia kenapa bisa gitu? Ads yang buat dia marah sampai tatapannya aja bengis gitu, lo pasti tahu karena lo sama dia duluan yang sampai area ini," jelas Arjuna mendengus jengah.
Jarrel menatap bergantian Zergan dan Arjuna. Sekarang dirinya yang tidak paham. "Hold on, brother. Ini apa maksudnya, tapi gue lihat si prince biasa aja," ujarnya.
Gaplok
"Duh si bego. Mines banget lo dalam ngebaca ekspresi orang," cibir Cakra disertai pukulan pada punggung Jarrel. Poor kepala dan punggung Jarrel menjadi korban tangan Cakra.
"Biasa aja kali. Ringan banget tangan lo nyiksa orang," sewot Jarrel.
Zergan menggerakkan tubuhnya untuk menghadapi tiga bocah yang masih suka bawel jika rasa keingintahuannya belum terpenuhi.
"Syanza ngajak putus Pangeran."
Satu kalimat yang membuat ketiganya terdiam, respons pertama dari indera penglihatan mereka. Bola matanya melebar terkejut, dan dada yang membusung tanda shock.
"Serius?"
"Yang bener lo?
"Yes!"
Tiga tanggapan yang berbeda. Bahkan nadanya beriringan, mulai dari Cakra berlanjut pada Jarrel terakhir Arjuna yang malah senang dengan kabar tersebut.
"Seneng lu, Jun," kata Cakra.
"Ada kesempatan, Cak. Gue bisa pepet Syanza," ucapnya menaik turunkan alisnya.
Tarikan pada kuping Arjuna membuat Jarrel dan Cakra meringis. Zergan tidak main-main menjewer Arjuna, apalagi diputar sampai 30 derajat, apa tidak takut lepas tuh daun telinga.
"Aduduh anying! Sakit Zergan, goblok lo ya," sentak Arjuna memegang kupingnya yang memerah, bahkan wajahnya ikut memerah saking sakitnya.
"Ini gak sebanding dengan nyawa lo yang melayang nantinya," papar Zergan.
"Maksud lo?" sewot Arjuna sembari mengusap-usap telinganya.
Zergan berdecih, kapan pada pekanya nih tiga anak buat Pangeran. "Lo jangan berani beraninya dekatin Syanza. Kalau masih sayang sama muka ganteng lo itu," ucapnya berseloroh sedikit.
"Wanjayy," sahut Jarrel.
"Di akuin ganteng lo, bro," timpal Cakra menepuk bahu Arjuna.
"Dari kandungan juga gue udah ganteng. Btw, thanks ya pak wakil udah muji gue," balas Arjuna dengan jari jempol dan telunjuk yang membentuk tanda ceklis, mengkece sendiri.
Jarrel dan Cakra menyesal membanggakan Arjuna, mereka malah memperagakan orang yang tengah mual.
"Gue serius, Jun," ucap Zergan datar.
"Abang masih normal jangan diseriusin, bang," sorai Arjuna sok panik.
BUGH