Ikuti setiap bab nya dan jangan lupa tinggalkan dukungannya ♥️
****
Anindira dan Anindita adalah saudari kembar yang terpisah sejak lahir. Keduanya memiliki nasib yang berbeda, Anindira sudah menikah tetapi dirinya selalu di sakiti oleh sang suami dan tidak mendapatkan kebahagiaannya. Sementara Anindita, dirinya hanya bisa menghamburkan uang dan angkuh.
Suatu hari, tanpa sengaja Anindita menggantikan peran Anindira. Dirinya masuk ke dalam kehidupan suami Anindira, dan tidak menyangka betapa hebat saudari kembarnya itu bisa hidup di tengah-tengah manusia Toxic.
Bagaimana kehidupan mereka selanjutnya?
SO STAY STUNE!
NO BOOM LIKE, BACA TERATUR DAN SEMOGA SUKA 😍🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom AL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 9 TWINS A
Sejak kejadian malam itu, sekarang Ayuna tidak pernah lagi keluar malam. Dirinya mengurung diri di dalam kamar, bahkan tidak ingin bicara dengan siapapun. Hal itu membuat Haikal khawatir, tetapi Yuna menolak untuk menceritakannya.
Tepat pukul satu malam dini hari, Raiden mengendap-endap masuk ke dalam kamar Ayuna. Dia membuka pintu dengan kunci cadangan. Pria itu menelan ludah dengan susah payah, karena walaupun di bawah lampu yang temaram, tubuh indah Ayuna masih bisa dilihat dengan jelas. Tidak terbesit dipikirannya untuk menyentuh sang adik, tetapi sebagai lelaki normal, tentu dia tergiur dengan daging segar yang ada di hadapannya saat ini.
Betapa seksinya wanita itu, yang hanya memakai celana pendek dan piyama satu jari. Perlahan langkah Raiden membawanya naik ke atas ranjang, dia mengungkung Yuna yang masih dalam keadaan tidak sadar.
"Harum sekali." gumam Raiden mencium aroma rambut Ayuna. Tangannya terulur menyentuh pipi mulus adik angkatnya itu, dia mulai mengusapnya dari atas sampai ke bawah dan membuat Yuna terbangun dari tidurnya.
Ayuna yang merasakan sesuatu di wajahnya langsung membuka mata, dia mendelik saat melihat sang kakak sudah berada di atasnya.
"Mmmm..." Yuna tidak bisa membuka suara karena Raiden membekap mulutnya.
"Sst! Diamlah, anak pungut. Kau jangan pura-pura polos, aku tahu kalau kau sangat menginginkan sesuatu yang lebih kan?" Raiden tersenyum licik.
Mata Ayuna memerah, dia mendengar buah zakar Raiden hingga pria itu terpental ke belakang dan jatuh. Yuna bangkit dari tempat tidurnya, dia menatap Raiden dengan tajam.
"Pria tidak tahu malu! Apa kau tidak sadar dengan perbuatanmu? Kau ingin melecehkan adikmu sendiri!" Ayuna berdecih.
Raiden menegakkan tubuhnya, dia tersenyum miring, tanpa rasa takut. "Adik kau bilang? Kau itu hanya anak pungut, Yuna. Anak yang di adopsi dari panti asuhan. Walaupun begitu, kau masih tidak tahu terima kasih dan balas Budi. Kau sudah membunuh Mamamu, kau lah penyebab Mamaku meninggal!" teriak Raiden tidak membuat Ayuna gentar menatap pria itu. Untung saja kamar mereka kedap suara hingga teriakan pun tidak akan terdengar sampai ke luar kamar.
"Berapa kali harus ku katakan kalau aku bukan penyebab kematian Mama! Kau harus ingat baik-baik, Kak. Mama meninggal karena serangan jantung dan itu semua ulahmu!" Ayuna menunjuk wajah Raiden yang memerah.
"Tapi kaulah penyebabnya, Ayuna! Jika kau tidak memberitahu Mama tentang kehamilan kekasihku, maka semua itu tidak akan terjadi."
"Cih!" Yuna meludah. "Bagaikan lempar batu sembunyi tangan. Kau yang bersalah tapi kau malah menuduhku sebagai penyebabnya. Kapan kau akan sadar dari kesalahanmu itu, Kak?"
Raiden mendekati Yuna, dia mencekik leher sang adik dengan sangat kuat hingga membuat wanita itu kesulitan bernapas.
"L—lepas—kan, aku! K—kau sudah t—tidak waras, y—ya?" ucap Ayuna terbata-bata.
"Aku bisa melenyapkan benihku, jadi aku juga bisa melenyapkanmu, Ayuna." Raiden berkata dengan mata mendelik.
Yuna mencoba mengambil oksigen sebanyak-banyaknya setelah Raiden melepaskan cekikan itu, dia memegangi lehernya yang sangat sakit. Ayuna melihat vas bunga yang ada di meja, dengan cepat dia mengambilnya dan memukul kepala Raiden menggunakan Vas itu.
"Argh!" Raiden memegangi dahinya yang berdarah. "Sial! Anak pungut brengsek!" teriaknya semakin emosi.
Ayuna berlari cepat membuka pintu, untung saja Raiden tidak menguncinya.
"Berhenti, Yuna!" teriak Raiden merasa kesal.
Ayuna berlari menuju kamar Papanya, dia menggedor pintu dengan kencang.
"Pa! Papa, buka pintunya!"
Yudha yang baru saja merebahkan tubuhnya langsung menajamkan pendengaran.
"Itu seperti suara Yuna, tapi kenapa dia berteriak?" Yudha bergegas turun dari ranjang dan membuka pintu.
Grep!
Yuna masuk ke dalam pelukan Yudha, sedangkan Raiden, pria itu hanya mampu menatapnya dari kejauhan.
"Ada apa, Nak?" tanya Yudha khawatir.
"Pa, kak Raiden, dia ingin melecehkan aku. Dia juga ingin membunuhku, Pa." ucap Yuna.
Dia bisa saja melawan Raiden mengingat dirinya pernah belajar ilmu bela diri. Tetapi, inilah jalan agar Papa Yudha mengusir Raiden dari rumah. Jujur saja, Yuna sudah muak dengan kelakuan pria itu yang selalu mengolok-oloknya.
Yudha mengeraskan rahangnya, dia memeluk Ayuna dengan erat. "Dimana dia sekarang?"
"Dia, dia ada di kamarku, Pa. Tapi tadi aku memukulnya dengan Vas, mungkin dia sudah pergi." jawab Yuna.
"Kurang ajar! Berani sekali anak itu melakukan hal buruk pada adiknya!" Yudha mengelus kepala Ayuna. "Nak, kau tidurlah disini. Besok Papa akan berikan pelajaran pada anak tidak tahu diri itu."
Ayuna mengangguk, dia tersenyum puas karena telah berhasil membuat Raiden dalam masalah.
'Awalnya kau yang ingin membuatku berada dalam masalah, tapi sekarang kau sudah terjebak dalam permainanmu sendiri, Raiden.' batin Yuna tersenyum lega.
*****
Bersambung
LANJUT BESOK YA, ALL...
JANGAN LUPA TINGGALKAN DUKUNGANNYA 🥰 SEE YOU TOMORROW, PAPAYYYY 🔥
mudah2 an mereka saling menerima 1 sama lainnya