Liliy aqila khanza, Hesti Adifa dan Wina arfa alia bersahabat sejak TK sampai bangku kuliahan. mereka menamainya Black Ladies karena mereka memiliki kesamaan tidak menyukai warna yang cerah dan itu menggambarkan kepribadian mereka. Liliy aqila khanza berusia 19 tahun dan diagnosa dan mengidap DID ( Dissociative identy Disorver) 8 tahun yang lalu. Trauma masa kecil akibat broken home membuat tempramennya sulit ditebak. Liliy jurusan seni dan tergolong pandai di kelasnya. Gitar merupakan barang kesayangannya yang selalu di bawa kemana pun dia pergi. hesty dan wina ialah sahabat yang selalu memahaminya mereka tidak membiarkan sahabatnya larut dalam kesedihan. Hingga persahabatan mereka di uji oleh seorang laki-laki tampan jurusan olahraga yang merupakan pindahan dari kota. postur tubuhnya yang kokoh membuat idola para kaum hawa di kampusnya.Kedatangannya membuat persahabatan mereka mulai retak. Apakah Black Ladies mampu mengatasi keretakan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dragon starr, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17.Dipercepat?
" Waktu bisa berubah, kita hanya mampu sigap dalam menghadapinya. Lakukan yang terbaik di setiap langkahmu dan buktikan bahwa kamu bisa menghiraukan omongan orang lain."
*** Kampus***
Waktu pun mulai berjalan cepat. Tidak terasa tinggal 1 bulan 2 minggu kegiatan pentas seni di mulai. Sebagian proses di kerjakan, semuanya sibuk latihan. Terutama Lily, Hesti dan Wina.
Saat di area kampus, Wina kepagian ke kampusnya dan memutuskan jalan jalan mengelilingi ruangan ke ruangan lainnya, karena suasana kampus saat itu masih belum banyak anak anak yang lalu lalang. Jadi, Wina leluasa berjalan tanpa ada yang memperhatikan.
Wina pun menelusuri setiap lorong jalan ke ruangan, sampai ia mendekati mading yang di penuhi dengan informasi informasi yang ia anggap tidak penting. Awalnya Wina tidak tertarik untuk membacanya, tapi seketika mata Wina langsung tertuju pada secarik kertas yang sama tertempel begitu banyak. Wina pun menatapnya lekat sambil membacanya dengan teliti. Ternyata kegiatan pentas seni musik akhir bulan di percepat menjadi awal bulan.
Wina membacanya sambil mempelototi kertas itu dengan lekat dan membuat Wina terkejut bukan kepalang. Ia pun langsung mencopot poster itu buat memperlihatkan kepada Hesti dan Lily. Pasti mereka sama terkejut seperti dirinya.
Wina menyudahi kelilingnya, ia menuju ruangannya datangnya Hesti dan Lily untuk memperlihatkan poster pengumuman itu.
Tidak lama kemudian, Wina sampai di ruangan sambil mondar-mandir karena gelisah saat melihat informasi itu. Saat Wina membolakkan badannya ke arah pintu, ia melihat Hesti yang masuk ke ruangan. Wina pun langsung berlari menuju ke arah Hesti yang tidak sabar mengatakannya.
" Hes... kamu harus liat ini," ucapnya Wina sambil mengambil poster itu di dalam saku roknya.
" Liat apaan?" Tanya Hesti yang kebingungan melhat tingkah Wina yang aneh.
Sebelum Wina memperlihatkan poster yang ia ambil tadi di mading, tiba-tiba Lily akhirnya datang juga.
"Pas sekali kamu datang, Li. Jadi sekalian deh liat ini," ucapnya Wina dengan memperlihatkan kertas itu.
"Itu apaan? Nggak ada, cuman kertas kosong," ucapnya Lily sambil mengerutkan kedua alisnya.
Wina heran pada sahabatnya itu tanpa ekspresi melihat poster yang ia pegang, Wina pun melihatnya sendiri ternyata poster yang ia pegang itu kebalik.
" Astagfirullah. Maaf... maaf kebalik. Jadi malu kan," ucapnya Wina dengan malu menutupi mukanya dengan poster itu.
" Emang informasi apa'an sih? Sampai-sampai kamu bisa kayak gitu," ucapnya Hesti yang penasaran melihat tingkah aneh Wina.
" Liat deh ini," ucap Wina sambil membalikkan poster yang sempat kebalik tadi.
" HAH, Kok bisa dipercepat? Kenapa mendadak gitu?" pekiknya Hesti melototkan matanya melihat kegiatan pentas itu di percepat.
"Apa yang di percepat," ucapnya Lily yang belum mengetahui kalau kegiatan pentas itu di percepat.
" Nih baca dulu, kegiatan pentas musik akhir tahun ini di percepat menjadi awal bulan," jelasnya Wina sambil menunjuk poster yang ada di tangannya.
" Kok mendadak sih," ucapnya dengan nada kesal sambil menggerutu. " Yuk! Kita ke panitianya sekarang," ajaknya Lily yang tidak terima kalau kegiatan pentas di percepat tanpa ada konfirmasi sebelumnya.
" Nanti aja ke sananya, tidak lama kita masuk," ingatkan Hesti ke Lily.
" Iya, bentar aja kalau sudah kita kuliahnya," tambahnya Wina.
" Hmm... ya," ucapnya Lily menahan kesal dan meninggalkan sahabatnya menuju tempat duduknya.
Wina dan Hesti mengikutinya di belakang untuk duduk juga. Tidak lama mereka duduk, dosennya datang dan mengucapkan salam sambil menuju ke tempat duduknya.
Dosennya mulai menganabsen satu per satu dan mulai menyampaikan materinya. Semuanya menyimak dengan serius kecuali Lily. Pikiran Lily sekarang tertuju pada masalah kegiatan pentas itu di percepat. Ia sangat tidak betah di dalam kelas, Lily memutuskan untuk izin ke toilet. Wina dan Hesti heran melihat Lily ketika minta izin ke toilet karena tidak biasanya Lily pergi ke toilet pagi pagi.
Lily memutuskan ke perpustakaan, di sama dia bisa menenangkan pikirannya. Ia pun masuk di perpustakaan dan melihat hanya beberapa orang yang sedang mencari buku dan membacanya. Ia mencari tempat yang tidak terlihat oleh pengawasnya karena Lily ingin membaringkan wajahnya di atas meja.
Lily mendapatkan tempat itu, ia pun menuju tempat duduk itu dekat jendela dan terlindungi oleh mata pengawas. Jadi, Lily bebas membaringkan wajahnya dan memasang headset di telinganya. Ia pun merasakan suasana yang nyaman daripada di dalam kelas mengikuti perkuliahan yang ia tidak mengerti sama sekali dan pikirannya pun tidak ada di situ.
Tidak terasa, waktu pun menunjukkan jam istirahat. Dosennya pun selesai menjelaskan dan pamit keluar. Wina langsung mengangkat kursinya mendekat ke Hesti dan langsung bertanya.
" Hes... Lily kemana yah? Tadi izinnya ke toilet tapi kok nggak balik balik sampai sekarang," tanyanya Wina keheranan.
" Nggak tau, paling dia bosan ama materi yang disampaikan dosen," ucapnya Hesti sambil menatap Wina.
" Mungkin dia ke taman, kalau bukan di situ paling dia ke perpustakaan."
Tebaknya Wina yang memahami sifat Lily kalau ingin mencari situasi yang tenang itu di tempat yang rawan di kunjungi orang.
"Mungkin juga," ujarnya Hesti sambil menaikkan pundaknya dan menurunkannya kembali.
" Kita ke taman aja dulu yuk buat mastiin Lily ada atau nggak," ajaknya Wina sambil merapikan bukunya dan memasukkan dalam tasnya.
"Ayo! Kebiasaan tuh anak kalau bosan," ucap Hesti yang juga merapikan bukunya di atas meja.
Mereka berdua berjalan menuju taman. sesampainya di taman, mereka mencari Lily yang sering ia tempati. Tapi mereka tetap saja tidak menemukannya. Wina mengajak Hesti ke perpustakaan untuk mencari Lily.
Mereka pun menuju ke perpustakaan dan sesampainya di perpustakaan, mereka menelusuri setiap celah-celah rak yang berdempetan. Wina kesulitan mencari Lily dan memutuskan untuk duduk terlebih dahulu dan memanggil Hesti duduk di sampingnya.
" Hes... duduk dulu yuk! Capek nih nyarinya dari tadi bolak-balik nggak ketemu juga," ucapnya sambil mengehela nafas.
" Di sini juga nggak ada juga. Aduh, dia kemana sih?" keluhannya Wina yang capek berjalan sambil mengambil buku lalu ngibas ngibaskan ke wajahnya karena merasa AC perpustakaan itu rusak
" Coba deh di telepon, siapa tau di angkat" sarannya Hesti.
" Oh iya ya, aku lupa. kenapa bukan dari tadi sih kepikiran kesitu," ucapnya Wina sambil mengutuk dirinya.
Wina langsung mencari kontak Lily dan meneleponnya. Tidak lama kemudian, Lily mengangkatnya sambil mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa yang menelponnya.
" Kenapa?" tanyanya 1 dengan mada malas dan kesal
" Kamu dimana?" Tanyanya Wina.
Wina mendengar suara Lily di sekitaran tempat ia sekarang, ia berdiri sambil mencari suara yang ia dengar seperti suara Lily yang begitu dekat dengannya.
"Tunggu... aku dengar suara kamu, tapi kamu di mana ya? Ucapnya Wina sambil mendekatkan telinganya di dekat rak.
Akhirnya Wina menemukan Lily duduk dengan santai sambil memakai headset.
"ASTAGA... ternyata kamu di sini," pekiknya Wina sambil menutup panggilannya ke Lily membuat orang di sekitarnya melotot ke arahnya.
Hesti menuju ke tempat Wina dan Lily sambil menepuk pundak Wina.
"Hustt... ini perpus, Win. Untung pengawasnya cuek nggak negur kita. Kalau dia negur kita, pasti kita di suruh keluar atau beres buku buku berantakan," ucapnya mengingatkan Wina sambil meletakkan jari telunjuknya di bibirnya.
"Maaf kelepasan... dia juga sih dari tadi kita cariin ternyata ada di sini," Ucap Wina menutup mukanya dengan kedua tangannya malu karena di liatin sama orang yang ada di perpustakaan.
"Iya nih, kami dari taman nyariin tapi nggak ada, taunya ada di sini lagi asyik" tambangnya Hesti.
"Kalian kok ke sini? Emang dosen nggak negur kalian?" Tanyanya Lily sambil menatap Wina dan Hesti bergantian.
"Jamnya udah habis. Jadi, kita nyariin." Ucapnya Wina.
"Kita mau ke panitia kegiatan pentas?" Tanyanya Hesti mengingatkan Lily.
"Oh iya, ayo! Langsung ke sana aja,"
" Ayo!" Ucapnya Wina sambil menggandeng tangan Hesti dan Lily.
Mereka bertiga pun pergi menuju tempat pendaftaran dulu untuk mengklarifikasi mengenai poster kegiatan pentas seni itu yang di percepat.
Sesampainya di tempat pendaftaran, Lily bertanya pada Victoria ketua panitia dari kegiatan pentas sekaligus senior di kelas musik semester 5.
"Win, bisa minta poster yang tadi," mintanya Lily di depan meja kepanitiaan.
"Boleh," ucapnya Wina sambil mengeluarkan poster itu dalam saku.
Lily menanyakan tentang poster itu pada Victoria sambil menatapnya tidak terima,
" Kak, ini benaran kalau kegiatan pentas seni di percepat jadi awal bulan Februari?" Tanyanya Lily sambil menyodorkan poster itu depan Victoria.
"Iya dek, itu benar," jawabnya Victoria sambil memperlihatkan senyumnya.
"Kok bisa di percepat? Waktu kita latihan itu mepet sekali, tinggal 1 minggu lagi." Tanyanya Lily dengan kesal menahan emosi.
"Maaf dek, kami dari panitia hanya mengikuti keputusan dari pembina acara," ucap Victoria dengan mengehela nafas.
"Emang pembina acara itu nggak punya hati yah, masa di percepat di awal bulan, dia nggak mikir ama peserta," pekiknya Lily merasakan tidak terima di depan Victoria.
"Hustt... udah, Li. Kita kan nanti latihannya lebih serius lagi," nasehatinya Hesti sambil menepuk-nepuk pundaknya perlahan.
"Nggak gitu dong, Hes. Itu namanya nggak adil buat kita dan peserta yang udah daftar," Pekiknya Lily yang merasa tidak adil buatnya.
"Maaf ya dek. Kalau mau protes bukan di sini tempatnya dan kalau mau mengundurkan diri, silahkan! Kami tidak melarang," ucapnya Victoria sedikit pekik menahan emosi di depan Lily.
"Li... ingat kata kata nenek kamu, jangan sampai kebawa emosi di sin" bisiknya Hesti dengan mengingatkan kata kata neneknya.
Lily mengingat semua kata kata neneknya dan ia menghela nafas panjang sambil beristighfar dalam hati.
"Ah... sudahlah, nggak guna juga ke sini," ucapnya Lily berusaha menahan emosinya dan meninggalkan tempat itu.
Wina dan Hesti pun berlari mengikuti langkah Lily. Sementara Victoria mengerutkan alisnya dan bergumam," Dasar konslet tuh anak, datang datang langsung marah."
Lily menuju mobilnya dan menancap gasnya menuju rumahnya tanpa pamit di sahabatnya. Wina ingin meneriaki Lily, tapi Hesti melarangnya agar Lily bisa menenangkan dirinya.
Tidak lama kemudian tiba-tiba ada notifikasi chat grupnya kalau Lily tidak bisa datang latihan hati ini dan mungkin besok dia bisa latihan lagi.
Wina dan Hesti pun akhirnya tenang dan lega juga karena mengira Lily mau mengundurkan diri dari pentas itu atau nggak mau latihan lagi. Mereka berdua pun langsung menuju mobilnya masing-masing dan pulang menuju rumahnya.