NovelToon NovelToon
Dikuasai Pria Dingin

Dikuasai Pria Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Wanita Karir / Romansa
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: Gledekzz

"Semua tergantung pada bagaimana nona memilih untuk menjalani hidup. Setiap langkah memiliki arti yang berbeda bagi setiap orang," ucapan itu terdengar menyulut hati Lily sampai ia tak kuasa menahan gejolak di dada dan berteriak tanpa aba-aba.

"Ini benar-benar sakit." Lily mengeram kesakitan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gledekzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch ~

"Kalau begitu, bagaimana dengan tradisi lainnya?"

Lily mengerjapkan mata. "Tradisi lainnya?" ulangnya dengan suara nyaris berbisik, masih berusaha memahami maksud Zhen.

Zhen menatap dengan ketertarikan yang semakin terlihat. "Kau bilang keluargamu punya wasiat untuk mencuci kaki suami di malam pertama. Apa ada tradisi lain yang harus dilakukan seorang istri setelah itu?"

Lily terdiam. Hawa di ruangan ini semakin panas, bukan hanya karena uap air, tetapi juga karena pertanyaan yang menggantung di udara.

Ia mencoba mengingat apakah ada wasiat lain yang pernah diceritakan neneknya, tetapi pikirannya terlalu kacau untuk berpikir jernih.

Satu-satunya yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menatap Zhen dengan wajah yang mulai memerah, sementara pria itu menunggu dengan ekspresi penuh kesabaran dan sedikit godaan terselubung.

Lily masih terdiam, pikirannya berkecamuk dalam kebingungan. Kata-kata Zhen masih bergema di kepalanya, tetapi sebelum ia sempat mengolah semuanya, pria itu kembali bersuara.

"Kalau begitu bagaimana dengan tradisi lainnya di malam pertama? Apa kau akan melakukannya juga?"

Jantung Lily seketika berdetak lebih kencang. Ia menegakkan tubuhnya dengan cepat, hampir kehilangan keseimbangan.

Zhen menatap dengan mata gelapnya mengunci pandangan Lily tanpa memberinya celah untuk kabur. "Kau bilang ini bagian dari wasiat keluargamu. Jadi, apakah ada tradisi lain yang harus kau lakukan setelah mencuci kakiku?"

Lily membuka mulutnya, lalu menutupnya kembali. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Memang benar, tradisi keluarganya bukan hanya soal mencuci kaki suami, ada banyak hal lain yang diajarkan turun-temurun, termasuk bagaimana seorang istri harus melayani suaminya di malam pertama.

Tetapi ia tidak pernah berpikir akan membicarakan hal itu dengan Zhen dalam situasi seperti ini.

Wajahnya semakin memanas, tangannya mencengkeram handuk kecil yang tadi ia gunakan untuk mengeringkan kaki Zhen. Ia menunduk, tidak sanggup membalas tatapan pria itu.

Melihat reaksi Lily, Zhen mengangkat sebelah alisnya. “Jadi memang ada?”

Lily menelan ludah, suaranya nyaris tenggelam. “Saya tidak tau apakah itu penting untuk dibahas.”

Zhen tersenyum tipis dengan ruangan yang masih dipenuhi uap hangat. Ia tidak berkata apa-apa lagi, tetapi cara matanya memperhatikan Lily membuat wanita itu semakin gelisah.

Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang terasa begitu menekan. Tanpa peringatan Zhen berdiri, tubuhnya menjulang di hadapan Lily. Dengan gerakan santai ia menghidupkan keran air di belakangnya, membiarkan bathtub mulai terisi.

Tanpa menoleh ke arah Lily ia meraih botol sabun cair dan menuangkannya ke dalam air yang mulai menghangat, menciptakan busa lembut yang perlahan mengambang di permukaan.

Lily hanya bisa menatap dalam kebingungan, mencoba memahami maksud pria itu. "Tuan…"

Zhen menoleh sedikit dengan ekspresinya tetap tak terbaca. "Aku hanya memastikan kau punya cukup air hangat kalau ingin melanjutkan tradisi lainnya," balasnya ringan.

Mata Lily melebar, dan ia hampir tersedak udara sendiri. "Saya tidak bilang akan—"

Zhen menyeringai kecil, tidak membiarkan Lily menyelesaikan kalimatnya. "Aku tau." Ia mengangkat bahu, lalu duduk kembali di tepi bathtub, menatap Lily dengan sorot penuh hiburan. "Tapi aku ingin tau saja sejauh mana kau akan menjalankan tradisi keluargamu."

Lily menggigit bibir bawahnya, dadanya terasa sesak oleh berbagai emosi yang bercampur aduk. Uap tipis dari air yang mengalir semakin memenuhi ruangan, tetapi bukan itu yang membuatnya sulit bernapas, melainkan cara Zhen berbicara, seolah pria itu menikmati melihatnya dalam keadaan seperti ini.

Ia ingin membalas, ingin mengatakan sesuatu yang bisa mengakhiri percakapan aneh ini, tetapi bibirnya tetap terkunci.

Zhen mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan, menyandarkan satu lengannya ke lututnya, wajahnya semakin dekat dengan Lily. "Atau kau ingin mengubah aturan malam ini?"

Lily tersentak dengan jantungnya terasa seperti jatuh ke perut. Ia tahu Zhen hanya bermain kata, tetapi dampaknya padanya terlalu nyata.

Ia berusaha menarik napas, mencoba menemukan jawabannya. Tetapi bagaimana mungkin ia bisa berpikir jernih dalam situasi seperti ini?

Lily merasakan jemari Zhen melingkar di pergelangan tangannya, tarikan ringan yang seolah ingin membawanya lebih dekat ke tepi bathtub. Air hangat yang mengalir menciptakan gelembung busa di permukaannya, berbaur dengan aroma sabun yang lembut.

Namun, Lily tetap berdiri kaku, kedua kakinya tertanam di lantai marmer. Ia tidak bergerak, hanya menatap Zhen dengan tatapan bingung.

"Tuan, apa yang anda inginkan?" suaranya bergetar ringan mencoba memahami maksud pria itu.

Zhen mengangkat alisnya sedikit, ekspresinya tetap santai. "Bukankah kau yang ingin menjalankan tradisi ini?"

Lily mengerjapkan mata, mencoba merangkai kata-kata, tetapi Zhen kembali menarik tangannya sedikit, memberi isyarat agar ia tidak menghindar.

"Apa kau hanya terpaksa?" tanyanya dengan nada rendah, nyaris terdengar seperti bisikan di antara uap hangat.

Lily menegang, menggeleng buru-buru. "Tidak, saya hanya—"

"Bagus," potong Zhen, sudut bibirnya sedikit terangkat. "Kalau begitu, tidak ada alasan untuk mundur kan?"

Lily menelan ludah, napasnya terasa berat. Ada sesuatu dalam cara Zhen berbicara, seolah ia sudah memahami semua keraguan yang berputar di kepala Lily, tetapi tetap tidak memberinya ruang untuk mundur.

Lily berusaha menarik tangannya, tetapi genggaman Zhen tetap kuat, tidak menyakitkan, hanya cukup untuk memastikan bahwa ia tidak bisa melarikan diri begitu saja.

"Aku tidak mengizinkanmu berhenti di tengah jalan," ucap Zhen pelan membuat Lily menoleh dengan waspada.

Lily membeku, jantungnya terasa berdetak lebih cepat. Zhen menatap dengan tatapan tajam, bukan ancaman, tetapi lebih seperti peringatan bahwa ia tidak suka sesuatu yang setengah-setengah.

Dengan lembut Zhen menarik lebih dekat lagi. "Kau sudah memulai tradisi ini, jadi selesaikan dengan baik."

Lily tidak bisa mengelak lagi. Ia tahu, sejak awal, ia yang membawa semua ini ke dalam tradisi. Namun, sekarang Zhen menggunakannya sebagai alasan untuk tidak membiarkannya mundur begitu saja.

Lily terkejut saat Zhen tiba-tiba mengangkat tubuhnya dengan gerakan yang cepat dan lembut. Sebelum ia bisa merespons atau bertanya, Zhen sudah membawanya menuju bathtub.

Tubuh mereka basah oleh air yang mengalir dari keran, menciptakan suasana yang semakin intens. Keheningan itu terasa semakin menekan.

Lily merasa dada dan perutnya semakin sesak, setiap detak jantungnya terasa seperti menggetarkan tubuhnya. Pandangannya kabur, diselimuti oleh hawa panas yang memenuhi ruang sempit itu.

Zhen dengan ekspresi yang tetap tenang, mengarahkan tubuh mereka ke dalam air yang hangat.

Tanpa kata, Zhen menatap dengan mata mereka bertemu, saling menantang dalam diam. Jarak antara mereka semakin menyempit, dan Lily merasa seolah-olah waktu berhenti sejenak.

Udara di sekitar mereka terasa begitu tebal, seperti menunggu sebuah keputusan yang tak terucapkan.

Dengan sebuah gerakan yang sangat pelan, Zhen mencondongkan tubuhnya, wajahnya semakin dekat. Lily bisa merasakan hembusan napasnya yang hangat di kulitnya.

Detik berikutnya, bibir Zhen menyentuh bibirnya dengan lembut, namun ada sesuatu yang dalam di ciuman itu, seolah menuntut lebih banyak tanpa kata-kata.

Ciuman itu tidak terburu-buru. Lambat dan penuh ketegangan, seolah setiap detik dipenuhi dengan rasa yang sulit diungkapkan.

Lily merasa tubuhnya terperangkap dalam ciuman itu, suaranya hampir hilang, dan hatinya berdebar begitu cepat. Rasa cemas, kebingungan, dan sesuatu yang lebih kuat lagi tercampur aduk di dalam dirinya.

Namun, Zhen tidak melepasnya. Ciuman itu berlangsung lebih lama dari yang diinginkan Lily. Ketegangan antara mereka semakin terasa, semakin kuat, dan Lily merasa tak mampu melawan dorongan yang datang begitu mendalam dari dalam dirinya.

1
Erviana Erastus
sehebat apa sih hugo? masa zhen kalah kejamx
Lisa Halik
lanjut thor
Lisa Halik
akhirnya update,ternyata lily masih hidup&hilang ingatan
Nar Sih
ahir nya hdir lgi ,lanjut kakk👍
Lisa Halik
harap2nya bocah itu anak zhen bersama lily
Lisa Halik
semiga lily masih saja hidup
Nar Sih
sepeti nya titik terang tentang lily segera terkuak ,dgn ketemu nya zhen dgn ank kecil yg mirip dgn nya
Nar Sih
semoga harapan dan keyakinan mu tentang lily yg masih hidup terkabul ya zhenn,
Nar Sih
semoga lily selamat
Lisa Halik
harapnya lily terselamat dari kebakaran itu
Lisa Halik
di mana kah lily,semiga lily terselamat
Nar Sih
oalah..ternya zhen tmn msa kecil nya lily
Lisa Halik
yang semangat thor updatenya
Lisa Halik: terima kasih
IG : Gledekzz97: Iya mak demi kalian, walaupun tak lolos bab terbaik😮‍💨
total 2 replies
Lisa Halik
rupanya lily amnesia pula,
Winda Lestari
Luar biasa
Winda Lestari
Lumayan
Lisa Halik
makasih thor ...rajin2 update..semoga selepas ini lily berubah&menerima zhen
Lisa Halik: 🤭🤭🤭🤭keren thor
IG : Gledekzz97: Masa sama Mak😍
total 2 replies
Nar Sih
awal nya kegiatan mandi air hagat jdi panasss nih
Erviana Erastus
unboxing kok di bath tube, walaupun bukan yg pertama hadehhhh,
Erviana Erastus
zhen minta jatah li hadehhhh nggak paham kah 🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!