Demi 9 Juta, Aku Jadi Istri Ke 2

Setelah menempuh perjalan yang lumayan jauh, tibalah mereka di sebuah Villa mewah, yang terletak di kawasan Ubud Bali. Pemandangannya sangat indah, kerlap kerlip lampu yang menerangi di sekitaran Villa itu, seolah menambah keindahan tersendiri.

"Ayo turun!" Bobby membukakan pintu mobil Giska.

"Tidak mau." Giska menggeleng.

"Kenapa tidak mau? bukankah kau ingin turun sejak tadi?" Bobby menautkan kedua alisnya.

"Ya, tapi bukan di sini. Saya ingin pulang." Ucap nya.

"Lagipula kenapa anda membawa saya kemari? di mana ini?" tanya nya.

"Kau lupa apa bagaimana? kau kerja di sini." Ucap Bobby santai.

"Saya kan sudah bilang, saya tidak jadi kerja dengan Bapak. Kenapa Bapak tidak mau mendengar saya!" seru Giska memberanikan diri meninggikan suaranya.

"Bli! jangan Bapak!"

"Aku juga sudah mengatakan, aku sudah membayarmu mahal. Jadi kau harus bekerja untuk ku!" seru Bobby, ia langsung membopong Giska ala bridal style.

"Hee! anda jangan kurang ajar!" Giska berontak, ia memukul dada Bobby dengan begitu keras.

"Tolong! tolong saya, saya di culik!" teriak Giska.

"Teriaklah! karena percuma saja, tidak akan ada yang mendengarmu di sini." Bobby tersenyum.

Giska menoleh ke sekitar nya, dan benar saja, tempat ini jauh dari keramaian. Tak ada satupun orang yang lewat di sana. Pikiran Giska kembali memikirkan hal yang tidak-tidak.

"Apa orang ini akan memperkosaku?"

"Laki-laki brengsek! turunkan aku!" teriak Giska, ia sudah tak takut lagi, ia juga sudah tak perduli lagi dengan rasa sopan.

Bobby pun tetap berjalan, tanpa memperdulikan ocehan Giska, hingga akhirnya mereka tiba di kamar.

Brukkk

Bobby menjatuhkan Giska di atas kasur. Giska pun akan berlari keluar, namun Bobby lebih dulu mengunci kamar itu.

"Brengsek! apa maumu!" teriak Giska.

"Aku mau dirimu." Ucap Bobby, ia berjalan mendekati Giska.

"Jangan mendekat!" Giska melangkah mundur, hingga badan nya membentur tembok.

"Kau tidak bisa pergi kemanapun!" Bobby menghimpit tubuh Giska.

"Jangan! jangan melakukannya, Pak. Saya mohon, jangan lakukan." Pinta Giska, wajahnya berkeringat, nampak raut wajahnya ketakutan.

"Tuhan, apa hidup ku harus selalu di perlakukan seperti ini? kenapa aku harus mengalami hal seperti ini lagi?" Giska meneteskan air mata nya.

"Heii, kenapa kau menangis?" dengan bodohnya Bobby bertanya seperti itu. Bobby pun sedikit menjauh dari Giska.

"Jangan lakukan, tolong biarkan saya pulang." Giska mengatupkan kedua tangan nya, ia memohon kepada Bobby.

"Kenapa kau jual mahal denganku? apa harga yang ku berikan masih kurang?"

"Kau itu jangan munafik. Aku tau, kau itu perempuan seperti apa. Kau tenang saja, setelah ini, aku akan memberikanmu uang lagi." Ucap Bobby.

Plakk

"Anda pikir saya wanita bayaran! biarpun saya butuh uang, saya tidak akan menjual diri saya sendiri!"

"Kau!" geram Bobby. Ia langsung memeluk Giska secara paksa, ia mendaratkan ciuman paksa di bibir Giska.

"Emmpp, emmpp." Giska mencoba mendorong Bobby, ia mencoba melepaskan ciuman nya, namun, Bobby malah semakin erat memeluk nya.

Bobby semakin gila menciumi Giska, tangan nya sudah menjalar kemana-mana. Di robek nya kaos yang Giska kenakan, hingga terpampanglah gundukan sintal yang tak begitu besar, namun masih terbungkus dengan kain berenda.

"Brengsek! dasar gila!" Giska mencoba melepaskan diri.

"Diam!" bentak Bobby. Ia berusaha menarik celana Giska, namun itu sulit ia lakukan. Di samping Giska yang berontak, celana jeans Giska juga sangat ketat, dan itu membuatnya semakin sulit melepaskan nya.

"Jangan, saya mohon. Saya akan melakukan apapun untuk anda, asalkan anda melepaskan saya. Tolong jangan lakukan ini kepada saya, kasihanilah saya." Giska menangis terisak.

"Apa aku sebegitu menakutkan nya? sehingga gadis ini menolak ku?" batin Bobby, "Dia sampai menangis seperti ini."

"Baiklah. Aku tidak akan melakukan nya." Bobby pun menjauh, dan langsung duduk di tepi kasur, namun mata nya masih menatap Giska.

"Ambilah!" Bobby melemparkan selembar selimut kepada Giska, Giska pun langsung menangkap nya, dan segera ia balutkan ke tubuh nya.

"Pak, terimakasih. Saya akan melakukan semua perintah, Bapak." Ucap Giska dengan suara sesenggukan.

"Bli! jangan Bapak!" geram Bobby, "Sejak tadi, kau selalu memanggilku, Pak, Bapak, Bapak terus!" seru nya.

"Ma-af, Bli." Giska menunduk, ia mengelap sisa-sia air mata nya yang masih menempel di pipi nya.

"Menikahlah denganku." Ucap Bobby kemudian.

Giska membelalakkan kedua mata nya, "Menikah? dengan anda? apa anda tidak salah?"

"Tidak. Kau sendiri kan yang bilang, bahwa kau akan melakukan semua perintahku." Bobby tersenyum menyeringai.

"Tapi tidak untuk menikah." Tolak Giska.

"Anda juga sudah memiliki istri, dan saya juga tidak mau menikah dengan laki-laki asing yang tidak saya kenal. Apalagi itu suami wanita lain."

"Saya tidak mau! saya mau pergi dari sini." Ucap Giska.

"Kau yakin akan pergi dengan keadaanmu yang seperti itu? tubuhmu terbalut selimut. Kau juga tidak tau kan, ini dimana? bagaimana jika di tengah jalan, ada pria yang melihatmu, dan dia malah memperkosamu?" Bobby menakut-nakuti Giska.

"Jika kau mau, maka Pergilah!"

Giska terdiam memikirkan semua perkataan Bobby, "Dia benar, aku bahkan tidak memakai baju, aku juga tidak tau ini dimana? bagaimana kalau di tengah jalan, aku malah bertemu dengan orang jahat?" Giska bergidik ngeri membayangkan hal yang tidak-tidak.

"Anda yang merobek baju saja!" teriak Giska, "Tolong kembalikan baju saya seperti semula!" Giska melototkan kedua mata nya ke arah Bobby.

"Itu soal mudah, aku bisa membelikanmu banyak baju. Menikahlah denganku."

"Aku tidak mau!"

"Kalau begitu, kembalikan semua uang yang sudah ku keluarkan untuk membelimu tadi." Bobby berucap dengan santai nya.

"Uang apa? saya tidak menerima uang apapun dari anda!" Giska masih ngotot.

"Tanyalah kepada wanita yang mengantarkan mu tadi. Aku sudah membelimu padanya." Ujar Bobby, "Bukankah ini sudah biasa untukmu? kenapa kau pura-pura tidak mengerti?" Bobby tersenyum sinis.

"Aku paham sekarang, jadi maksud Ibu warung itu adalah, aku bekerja melayani para pria hidung belang, seperti pria di depan ku ini. Pantas saja, dia bilang, aku bisa mendapatkan uang 1 juta dalam sehari." Giska baru menyadari, "Bodoh sekali aku ini, kenapa aku tidak bisa menyadari sejak awal? lihat sekarang, karena ke bodohanku, aku hampir di perkosa oleh orang." Giska terdiam.

"Kenapa kau malah diam?" Bobby kembali bersuara.

"Bli, saya tidak pernah bekerja seperti ini, saya benar-benar tidak tau." Giska mencoba meyakinkan Bobby.

"Kau belajar acting di mana? sungguh acting mu luar biasa sekali." Sindir Bobby.

"Sungguh, saya tidak tau."

"Sudah jelas-jelas kau pergi ke tempat itu, itu berarti kau memang kerja di sana."

"Menikahlah denganku, atau kau kembalikan uang 50 juta kepadaku." Ucap Bobby.

"50 juta? jadi wanita itu menjual ku 50 juta?" gumam Giska pelan, namun masih bisa terdengar oleh Bobby.

"Hargamu 150 juta, dan aku baru membayar DP nya saja, yaitu 50 juta." Terang Bobby.

"Saya tidak memilik uang sebanyak itu. Tapi saya akan berusaha mencicil nya, Bli." Ucap Giska.

"Tidak bisa di cicil. Harus lunas sekarang juga!" seru Bobby.

"Manusia apa anda ini, anda sudah menyebabkan saya di pecat dari pekerjaan saya, dan sekarang anda malah memeras saya!" geram Giska, ia sungguh tak habis pikir, kenapa hidup nya semakin sulit semenjak bertemu dengan pria ini. Pasti ada saja masalah yang datang.

.

.

.

Bersambung...