Ketika wabah zombie mulai menyebar di sekolah, Violetta berusaha keras untuk menahan perasaannya. Luka hatinya akibat perselingkuhan Zean dan Flora masih segar, dan kini dia terjebak dalam situasi hidup dan mati yang mengharuskan dia untuk tetap fokus. Namun, perasaan sakit hati itu tetap menghantui, mengganggu konsentrasinya setiap kali dia melihat Zean atau Flora di dekatnya.
Di tengah situasi yang genting, Arshanan, cowok yang dikenal dingin dan tidak banyak bicara, justru menunjukkan perhatian yang mengejutkan. Meski jarang berbicara, ia selalu ada di sekitar Violetta, seolah memastikan gadis itu baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puja Andriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 10
Keesokan paginya, sisa-sisa hujan semalam menyisahkan kelembapan di udara, daun-daun di perpohonan dipenuhi embun, jalanan bahkan dinding toko yang sedikit berlumut basah, namun sinar matahari bersinar, cahaya nya menembus kaca toko yang mereka jadikan tempat beristirahat.
Violetta terbangun perlahan, membuka matanya yang masih terasa berat karena kelelahan, mulutnya bahkan menguap seraya tubuhnya menggeliat mencoba menghempaskan otot-ototnya yang terasa kaku akibat tidur dengan posisi duduk semalaman. Ketika kesadarannya sudah sepenuhnya terkumpul, Violetta menyapukan pandangannya ke sekeliling ruangan setelah menyadari Arshanan tidak berada di tempatnya tadi malam. Namun, alih-alih mendapati keberadaan Arshanan, ia malah melihat pemandangan yang sangat tidak mengenakan, Violetta mendengus, rasa sebal langsung menyeruak di hati nya ketika melihat Zean dan Flora yang tidur seraya saling bersandar. Violetta sangat menahan diri nya agar tidak memukulkan tongkat baseball miliknya kepada dua orang tersebut dan pada akhirnya, setelah menghembuskan napas cukup panjang, Violetta segera beranjak, merasa enggan jika harus lebih lama berada di dekat dua orang yang hanya bisa terus-terusan menyakiti hati nya.
Tongkat baseball yang ia genggam, di ayunkan dengan main-main, sementara kakinya terus melangkah menapaki ke sekeliling ruangan. Pada awalnya, Violetta hanya ingin melihat-lihat, namun ketika ia mencoba melihat keruangan lain yang lebih kecil di dalam toko, Violetta malah mendapati Arshanan yang tampak sangat sibuk mengobrak-abrik rak-rak bagian bawah di ruangan itu, tangannya memeriksa setiap sudut dengan hati-hati, Violetta berdiri di ambang pintu dengan tatapan ingin tahu.
"Lo lagi ngapain?" Tanya Violetta dengan tatapan mencari tahu yang terlihat begitu ketara.
Arshanan sempat menoleh ke arah Violetta saat mendengar pertanyaan cewek itu, namun ia tidak menjawab dan kembali fokus dengan apa yang sedang ia cari, wajah Arshanan tampak serius. Violetta memiringkan kepala nya, merasa tidak sabar menunggu jawaban.
Setelah beberapa saat berlalu, Arshanan akhirnya berdiri dan berbalik ke arah Violetta dengan wajah yang terlihat sedikit cerah dari sebelumnya. Cowok itu kemudian mengangkat dua kaleng makanan ringan yang berhasil ia temukan dari tumpukan barang-barang di salah satu rak.
"Sarapan kita,"
Violetta menatap kaleng-kaleng itu dengan ekspresi tidak percaya, "Lo bercanda?" Violetta kemudian meraih salah satu kaleng dan melihat tanggal expired nya kemudian ia menatap Arshanan dengan sorot mata skeptis, "ini udah kadarluarsa, Arshanan!"
"Baru hari ini!" kata Arshanan ikut memperhatikan tanggal expired di kaleng di tangannya.
"Lo serius kita makan ini?"
"Iya lah. Lo pikir kita bakal nemu roti panggang sama jus segar di tempat kayak gini dan situasi kita sekarang?" Arshanan melengos pergi begitu saja melewati Violetta, membawa satu kaleng di tangannya sambil berkata, "Di kondisi kita saat ini, makan apapun yang bisa di makan kalau lo mau survive dan tetap hidup. Lo harus belajar terbiasa dari hari ini."
Violetta menoleh menatap punggung Arshanan yang kian menjauh. Cewek itu mendengus meski ia tahu perkataan Arshanan benar, "Gue gak akan pernah terbiasa dengan ini!" gumamnya kemudian.
Arshanan terus melangkah menuju ke sisi ruangan dimana ternyata Zean dan Flora baru saja bangun, menguap perlahan petanda masing-masing dari mereka masih merasakan kelelahan setelah melalui malam yang berat. Arshanan berhenti di depan kedua nya dan segera menyerahkan sekaleng makanan yang berhasil ia temukan, kepada Flora sambil berkata, "Gue cuman bisa menemui ini buat sarapan kita. Cuman dua kaleng. Jadi, lo makan satu kaleng sama Zean, gue makan satu kaleng bareng Violetta.
Flora mengangguk kecil seraya tangannya menerima kaleng makanan yang di berikan Arshanan. Namun, belum sempat ia mengatakan sesuatu, Zean yang duduk di sebelahnya menatap Arshanan dengan tatapan tajam penuh ketidaksukaan, " Kenapa Violetta makan bareng lo?" tanya Zean dengan nada sini yang tidak disembunyikan.
Flora yang peka akan perdebatan yang sebentar lagi akan terjadi segera mencoba menyentuh lengan Zean, bermaksud agar emosi cowok itu tercontrol meski di sisi lain ia juga agak terganggu dengan sikap yang di tunjukan Zean setiap kali melihat Violetta dan Arshanan tampak dekat, seolah cowok itu merasa cemburu.
Sementar itu, Zean yang mearasa sentuhan lembut di lengan segera menoleh pada Flora yang lantas menunjukan senyuman termanisnya, sayangnya Zean malah terlihat acuh dan lebih memilih untuk kembali berhadapan dengan Arshanan, menatap Arshanan seolah ingin menantangnya.
Arshanan yang masih berdiri di tempatnya terlihat tenang. Namun, ia cukup peka dengan maksud Zean, "Terus sama siapa? Sama lo?" Arshanan memainkan alis nya ketika ia melontarkan tanya dengan nada sarkastik pada Zean.
"Iyalah," Zean tampak percaya diri ketika menyahuti Arshanan, meskipun sebenarnya ia tahu jawaban itu hanyalah bentuk dari egonya semata.
Arshanan menganggukan kepala nya, " Oh, yaudah. Asal Violetta nya mau aja makan sama lo," kata Arshanan lagi sebelum ia embali beranjak meninggalkan Zean dan Flora.
Perkataan Arshanan barusan berhasil membungkam Zean. Ia seperti tertampar oleh kata-kata itu, membuat dadanya terasa panas, terutama karena ia tahu bahwa Violetta saat ini tidak akan sudi berada dekat dengannya, apalagi makan bersama.
Sementara Flora di samping Zean menunduk, merasa begitu tidak nyaman dengan sikap Zean.
Flora melirik Zean, mata nya berkaca-kaca, "Zean," Suara Flora bergetar, "Kamu kenapa sih?"
Zean menoleh pada Flora dengan gusar, namun ia tidak mengatakan apapun. Zean tahu Flora punya lasan untuk bertanya, namun ia tidak ingin membahas perasaannya sekarang. Zean menghela napasnya, mencoba meredakan emosi nya sambil mengalihkan pandangannya ke arah Violetta yang baru saja mendudukan dirinya di sudut lain ruangan. Violetta tampak sibuk membuka kaleng makanan sambil berbicara pelan pada Arshanan yang baru saja datang dan duduk di sisi cewek itu.
Di sisi lain ruangan, Violetta yang duduk bersandar pada dinding yang lembab dengan wajah cemberut menerima kaleng makanan yang sudah dibuka Arshanan, kemudian cewek itu juga menerima sendok kecil yang baru saja dicuci seadanya dengan air kemasan oleh Arshanan. Meski lapar, Violetta terlihat tidak berselera untuk makan. Mata nya sesekali melirik ke arah Arshanan yang bergeser untuk duduk di depannya.
"Lo nggak makan?" Tanya Arshanan sambil menatap Violetta yang tak kunjung melahap makanan kaleng di depan mereka.
Bahu Violetta melorot, bibirnya makin cemberut, mata nya hanya menatap isi kaleng di depan nya, " Gue nggak biasa makan makanan kayak gini," keluhnya.
Arshanan menatap Violetta lekat-lekat, kemudian ia menggelengkan kepala nya seraya mendengus geli, "Di situsi kayak gini, lo harus biasa. Kalau nggak, lo bakal kelaparan."
Violetta menatap Arshanan dengan ekspresi memelas. Sementara, Arshanan berinisiatif menyodorkan sesendok makanan kaleng itu ke pada Violetta.
Violetta bergeming. Matanya menatap Arshanan dan sendok yang cowok itu sodorkan pada nya secara bergantian sebelum akhirnya ia membuka mulutnya dengan terpaksa, menerima suapan Arshanan.
Arshanan tersenyum kecil melihat Violetta Akhirnya mau makan. Sementara Violetta mengunyah makanan di dalam mulutnya seraya memalingkan pandangan ke arah lain.