Kembali ke kehidupan nyata membuat Azalea senang sekaligus sedih. Ada rasa tak rela ketika mengetahui jika dirinya kembali.
Pertemuannya dengan Allarick, CEO baru tempatnya bekerja membuat Azalea banyak merasakan dejavu ketika mereka bersama. Ada banyak persamaan yang ia rasakan ketika bersama Allarick.
"Siapa kamu sebenarnya Allarick?"
"Waktu akan menjawab semuanya Aza, siapa aku, bagaimana kita, perasaan ku dan kamu."
Allarick yang selalu menjawab dengan teka-teki membuat Azalea semakin penasaran akan sosoknya.
"Bagaimana jika aku adalah dia?"
"... "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! 2 (Real Life) 17
Selamat membaca
*****
"Papa harap kamu tidak melakukan sesuatu yang membuat papa dan mama malu. Allarick tidak sepenuhnya salah Renata, dari awal dia tidak mencintamu. Jadi tolonglah berusaha untuk mengikhlaskan dia."
Renata hanya diam sambil melanjutkan makan malamnya. Ia sama sekali tak menanggapi ucapan sang papa yang menatapnya datar.
"Papa mengenalmu lebih dari siapapun Renata, tapi lawanmu kali ini bukanlah orang biasa. Keluarga Maheswara bukan sembarang orang yang bisa kamu lawan."
"Re," tegur Dian.
Renata memutar bola matanya malas. "Heem, aku tahu."
Dian menghela napas kasar. Ia sedikit menyesal mengingat bagaimana ia memperlakukan Renata dulu. Ia dan sang suami selalu memanjakan Renata sejak kecil. Apapun keinginannya pasti akan dituruti. Meski sulit sekali Dian dan suaminya aka berusaha. Hal itu berdampak besar bagi Renata sekarang.
"Aku selesai." Renata beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan kedua orang tuanya tanpa pamit sama sekali.
"Awasi Renata. Jika dia melakukan kesalahan fatal, aku sama sekali tidak segan menghukumnya."
Dian menatap suaminya cukup lama kemudian mengangguk tegas. "Letakkan beberapa bodyguard padanya Andre, aku juga ingin kita mengadakan pertemuan private dengan Allarick. Ada sesuatu yang ingin aku bicarakan padanya."
Andre mengangguk, "Aku akan menganturnya."
Sementara di kamarnya, Renata membanting seluruh barang yanga da di meja rias miliknya. Ia menatap dirinya di cermin.
"Kau sangat cantik Renata. Allarick saja yang bodoh malah memilih wanita jelek dan kampungan seperti dia!" Renata tersenyum sambil mengelus wajahnya sendiri. Ia mengaggumi wajahnya dan bentuk tubuhnya yang menurutnya sangat sempurna. Renata tertawa sambil menatap cermin. "Jika aku tidak bisa memiliki Allarick, maka tidak ada yang bisa memilikinya termasuk jalang itu sekalipun!"
*****
30 menit...
1 jam...
2 jam kemudian..
Waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, dan Allarick masih tetap fokus pada berkasnya.
Sesekali ia melirik Azalea yang duduk di sofa sambil mengecek beberapa file dari laptopnya. Istrinya itu terlihat begitu fokus membuat Allarick terkekeh kecil.
Allarick menutup semua berkasnya di atas meja. Mengambil jas miliknya dan menghampiri Azalea yang masih fokus tanpa terganggu.
"Sayang,"
Azalea mendongak. Tatapannya bertemu dengan manik hitam milik Allarick.
"Ayo pulang, itu bisa di lanjutkan besok," total Allarick.
"Ok," singkat Azalea mulai merapikan barangnya dan menutup laptopnya. "Ayo,"
Allarick menggenggam tangan mungil nan lembut milik Azalea. Terasa begitu hangat.
Keduanya berjalan menuju lobi yang terlihat cukup sepi. Allarick langsung membukakan pintu begitu sampai di sana dan menyuruh Azalea masuk ke mobil. Begitupun dengan dirinya yang langsung masuk ke kursi kemudi dan mobil pun bergerak menjauhi area perusahaan.
Jalanan yang cukup sepi dan keheningan yang menyapa keduanya membuat suasana menjadi sedikit canggung. Ralat, hanya Azalea.
"Al?"
"heem?"
"Ini bukan jalan menuju apartement mu, kita mau kemana?"
Allarick menoleh sekilas dan tersenyum, "Kamu akan tahu nanti."
"Ck.. selalu saja begitu!"
Allarick tertawa mendengarnya. Sudah menjadi kebiasaannya membuat Azalea kesal dan berakhir merajuk padanya.
"Jangan marah atau kamu akan lebih cepat menua."
Tidak terdengar lagi balasan dari Azalea. Allarick dapat melihat dari ekor matanya bahwa istrinya itu memilih menatap jendela sambil melipat tangan di dada.
"lucu!"
20 menit kemudian...
"Aku tidak ingin kamu kelaparan, Restoran ini salah satu tempat makan yang buka 24 jam."
Allarick membuka pintu mobil dan keluar. Ia beralih menuju pintu mobil milik Azalea dan membukanya. "Ayo, kenapa diam?"
"Maaf~"
Allarick tersenyum gemas. Azalea yang menundukkan kepala dengan wajah memelasnya terlihat sangat menggemaskan di matanya. "Tidak masalah sayang~ Aku yang salah karena membuatmu kesal. Sudah ayo turun." Allarick mengacak gemas rambut Azalea sebelum mengulurkan tangannya.
"Maaf." Azalea keluar dan langsung memeluk Allarick, "Maaf sudah marah padamu Al."
"Hey," Allarick melepas pelukan mereka dan menangkup wajah istrinya, "Bukankah aku sudah bilang tak masalah dengan itu? Tidak perlu meminta maaf Sayang."
Setelah adegan yang cukup romantis di waktu yang hampir tengah malam, Keduanya memutuskan masuk ke dalam Restoran.
*****
Kanaya menatap kesal pada Sabrina yang mondar mandir di hadapan mereka. Askara yang berasa di pangkuannya berulang kali menguap lebar.
Saras dan Gio menatap jengah pada Sabrina.
"Dasar! Bisa-bisanya dia menyuruh istrinya lembur dalam keadaan hamil seperti itu?! Dadar cucu biadab! Awas kau Allarick!"
"Mama sudahlah, mungkin saja mereka sedang dalam perjalanan," bujuk Gio.
Sabrina menatap tajam anaknya itu, "Kau membelanya?! Istrinya sedang hamil Gio! Bagaimana jika cucu buyutku kenapa-napa? Bagaimana jika Azalea terluka?!"
"Sudahlah oma, kak Al tidak mungkin membiarkan Azalea kelelahan." Kanaya menyandarkan kepalanya di bahu kiri Gio.
"Benar ma, mungkin saja mereka memang dalam perjalanan," tambah Saras yang menguap lebar lalu menjatuhkan kepalanya di bahu kanan Gio.
"Tidak!"
"Pokoknya kita harus tetap di sini sampai mereka pulang!"
Perintah Sabrina yang begitu tegas dan bersifat mutlak tak mampu membuat mereka membantah. Alhasil Saras, Gio, Kanaya, dan Askara tertidur di sofa membiarkan Sabrina yang berdiri sambil mondar-mandir.
"Awas kau cucu nakal! Aku akan menghukummu nanti!"
*****