Naidim, Widy dan Grady adalah teman dekat sejak berada di bangku SMP dan SMA. Mereka memiliki banyak kesamaan dan selalu ada satu sama lain. Namun, saat memilih jurusan kuliah, mereka mengambil jalan yang berbeda. Widy memilih jurusan teknik, sedangkan Naidim lebih tertarik pada bidang pendidikan keolahragaan. Perbedaan minat dan lingkungan membuat hubungan mereka renggang. Widy yang selama ini diam-diam menyukai Naidim merasa sangat kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Widyel Edles, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Petualangan Mencari Jejak Budaya di Danau Toba
Setelah berhasil melewati rintangan ujian masuk SMA dengan hasil yang memuaskan, Naidim, Widy, dan Grady sepakat untuk merayakan pencapaian mereka dengan petualangan seru di sebuah tempat wisata yang terletak tidak jauh dari keindahan Danau Toba. Mereka bertiga sangat antusias merencanakan liburan ini sebagai hadiah atas kerja keras dan dedikasi mereka selama masa persiapan ujian.
Dengan semangat membara, Naidim, Widy, dan Grady mulai merancang petualangan seru mereka ke Danau Toba. Seminggu sebelum keberangkatan, rumah mereka berubah menjadi markas kecil persiapan liburan. Mereka sibuk membolak-balik katalog pakaian, memilih baju-baju paling keren untuk berfoto di tepi danau. Tak lupa, mereka juga menyiapkan perlengkapan mandi lengkap, mulai dari sabun hingga handuk bermotif lucu. Untuk bekal perjalanan, mereka berkreasi membuat sandwich isi telur, memotong buah-buahan segar, dan menyiapkan camilan ringan seperti keripik dan cokelat.
"Jangan lupa bawa senter, ya! Siapa tahu nanti malam kita mau jalan-jalan di sekitar danau," saran Naidim.
"Bawa gitar juga Dim, biar bisa kita mainkan sambil menikmati pemandangan danau," tambah Widy.
Naidim mengangguk setuju. "Jangan lupa kamera juga, biar bisa kita abadikan momen-momen seru kita di sini."
Hari keberangkatan pun tiba. Mereka bertiga berangkat pagi-pagi sekali menggunakan motor Widy dan satu motor sewaan. Sepanjang perjalanan, mereka bernyanyi bersama, bercanda, dan saling berbagi cerita. Pemandangan alam yang hijau dan udara yang segar membuat perjalanan mereka semakin menyenangkan.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, akhirnya rombongan Naidim, Widy, dan Grady tiba di Danau Toba. Dengan perasaan bersemangat, mereka segera menuju penginapan yang telah dipesan sebelumnya. Sesampainya di sana, mereka disambut dengan pemandangan yang sangat menakjubkan. Dari jendela kamar yang menghadap langsung ke danau, mereka dapat melihat air danau yang berkilauan di bawah sinar matahari, pepohonan hijau yang rimbun di tepi danau, serta kabut tipis yang menyelimuti puncak-puncak gunung di kejauhan. Penginapan yang nyaman dan asri ini benar-benar menjadi tempat yang sempurna untuk melepas lelah setelah perjalanan jauh.
"Wow, pemandangannya keren banget!" seru Widy sambil membuka jendela kamar.
"Aku nggak nyangka danau Toba seindah ini," tambah Naidim sambil meminta kamera Widy untuk mengabadikan momen tersebut.
Selama beberapa hari ke depan, mereka menghabiskan waktu dengan berbagai aktivitas seru. Mereka berenang di danau, bermain pasir, menyewa perahu untuk mengelilingi pulau Samosir, dan mengunjungi desa-desa tradisional Batak.
Sesampainya di sebuah desa tradisional Batak, mereka disambut hangat oleh penduduk setempat. Di sana, mereka belajar banyak tentang budaya dan tradisi Batak. Mereka diajak melihat rumah adat Batak yang unik dengan arsitektur yang khas. Anak-anak juga diajarkan cara menenun ulos, kain tradisional Batak yang sangat indah.
Setelah kagum dengan keindahan rumah adat Batak, mereka diajak masuk ke dalam. Di dalam rumah, mereka menemukan ruangan-ruangan yang penuh dengan ukiran kayu yang rumit dan ornamen khas Batak. Sang pemilik rumah menjelaskan makna di balik setiap ukiran, mulai dari cerita tentang nenek moyang hingga simbol-simbol kehidupan sehari-hari.
Anak-anak semakin antusias saat diajarkan cara menenun ulos. Dengan telaten, mereka mengikuti arahan para penenun yang sudah ahli. Meskipun awalnya merasa kesulitan, mereka tetap bersemangat mencoba. Mereka belajar bahwa menenun ulos bukan hanya sekadar membuat kain, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur dan simbol keindahan budaya Batak.
Sore hari, mereka menikmati pemandangan matahari terbenam yang memukau dari puncak bukit. Cahaya keemasan matahari perlahan-lahan menghilang di balik horizon, meninggalkan langit berwarna-warni yang sangat indah. Mereka merasa sangat beruntung bisa menyaksikan keindahan alam yang begitu menakjubkan.
Pada malam hari, mereka menyalakan api unggun di tepi danau. Sambil menikmati jagung bakar dan teh hangat, mereka bercerita tentang pengalaman-pengalaman seru yang mereka alami. Mereka juga bermain gitar dan menyanyi bersama.
Cahaya api unggun berkobar hangat menerangi wajah-wajah mereka yang sumringah. Aroma jagung bakar dan teh hangat memenuhi udara malam, menambah kenyamanan suasana. Sambil mengunyah jagung bakar dan menyesap teh hangat, mereka bergantian menceritakan pengalaman seru selama di Samosir. Ada yang bercerita tentang keseruan belajar menenun ulos, ada pula yang berbagi cerita tentang keindahan pemandangan Danau Toba saat matahari terbenam.
Salah seorang dari mereka, Naidim mengeluarkan gitar kesayangannya. Dengan lihai, ia memetik senar gitarnya dan memulai lagu. Teman-temannya pun ikut menyanyi dengan penuh semangat. Lagu yang mereka nyanyikan adalah lagu daerah Batak yang berjudul "Ditakko ho ma rohakki".
Ima mulana sai huingot ho
Mambahen masihol au tu ho
Ditakko ho ma rohangki ito
Dibuatho nang holongki
Ditakko ho ma rohangki ito
Gabe laos tading do di ho.
Lirik lagu yang sederhana namun bermakna dalam, membuat suasana semakin hangat dan akrab.
Setelah menyanyikan lagu tersebut, mereka bergantian menyanyikan lagu-lagu favorit lainnya. Ada yang menyanyikan lagu pop, ada pula yang menyanyikan lagu tradisional favoritnya. Suara mereka berpadu menjadi sebuah harmoni yang indah, menggema di tepi danau yang tenang.
Malam semakin larut, namun mereka masih enggan beranjak dari tepi danau. Mereka terus bernyanyi, bercanda, dan menikmati suasana malam yang indah. Bintang-bintang berkerlap-kerlip di langit, seolah ikut menemani mereka dalam kebersamaan.
"Aku benar-benar bersyukur kita bisa liburan bersama," ujar Widy sambil tersenyum.
"Aku juga," sahut Naidim. "Ini liburan yang paling menyenangkan."
Grady mengangguk setuju. "Semoga kita bisa liburan bersama lagi di lain waktu."
Liburan mereka di Danau Toba meninggalkan kenangan yang tak terlupakan. Mereka semakin dekat satu sama lain dan hubungan persahabatan mereka semakin erat. Mereka juga belajar banyak hal baru tentang alam dan budaya Batak.
Hari-hari berikutnya, mereka terus menjelajahi berbagai tempat menarik di Pulau Samosir. Mereka mengunjungi air terjun yang sejuk, trekking di hutan pinus yang rindang, dan menikmati sajian kuliner khas Batak yang lezat. Setiap hari, mereka selalu menemukan hal-hal baru yang membuat mereka takjub dan tak ingin pulang.
Sebelum pulang, mereka berjanji akan kembali lagi ke Danau Toba suatu saat nanti. Mereka juga berencana untuk membuat video singkat tentang petualangan mereka dan mengunggahnya ke media sosial.Setelah kembali dari liburan, mereka kembali ke rutinitas masing-masing. Namun, kenangan indah selama liburan di Danau Toba selalu tersimpan di hati mereka. Mereka seringkali mengingat kembali momen-momen seru yang mereka alami bersama.
Video singkat tentang petualangan mereka di Danau Toba ternyata mendapatkan sambutan yang sangat baik di media sosial. Banyak teman-teman dan pengikut mereka yang merasa terinspirasi untuk mengunjungi Danau Toba. Beberapa di antara mereka bahkan meminta tips dan rekomendasi tempat wisata yang menarik di sekitar Danau Toba.
Persahabatan mereka semakin kuat setelah liburan tersebut. Mereka saling mendukung satu sama lain dalam menghadapi berbagai tantangan di sekolah. Mereka juga sering bertemu di luar jam sekolah untuk belajar bersama atau hanya sekedar mengobrol.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊