Cinta Suamiku Untuk Siapa?
"Dan aku berjanji tidak akan menyusahkanmu, bahkan di saat hari kematianku nanti. Itulah bentuk cintaku padamu, suamiku."
-------
"Aku hamil, mas."
Tak ada reaksi khusus dari laki-laki dihadapan Aira, membuat hatinya sakit bukan main. Suaminya duduk dengan tenang sembari menatap lembaran-lembaran yang selalu membuat laki-laki itu sibuk.
"Oke."
Hanya itu respon dari Aryan, setelah sekian detik Aira menunggu ucapan selamat ataupun ucapan kebahagiaan.
Suaminya tak senang ia hamil, padahal ini adalah anaknya juga
Tidak apa-apa.
Memangnya apa yang bisa Aira harapkan dari pernikahan tanpa dasar cinta ini. Pernikahan yang terjadi, karena sebuah pertanggungjawaban atas kecelakaan mobil yang disebabkan oleh Aryan.
Aira menjadi korban tabrakan, lalu di vonis tidak akan bisa beraktivitas seperti biasanya, karena sangking lemah tubuhnya. Bahkan, dokter menyarankan agar Aira kelak tidak mengandung, karena itu akan menambah derita tubuh yang bisa mengakibatkan Aira kehilangan nyawanya.
Aryan menikahinya, karena sebuah tanggung jawab. Siapa yang akan menikahinya, kecuali Aryan, disaat tubuhnya pun sudah sangat lemah. Bahkan hanya karena telat makan beberapa menit saja, ia akan merasakan sakit teramat di perutnya.
Masih teringat jelas, ketika awal-awal menikah dengan Aryan. Aryan yang notabennya sudah punya kekasih, harus meninggalkan pujaan hati demi tanggung jawabnya pada Aira, jika tak mau masuk penjara.
Sebagian keluarga senang, tapi sebagian juga tidak senang.
"Ingat ini, Aira. Kamu mencuri kebahagian putri saya, jadi, kamu gak akan bisa bahagia dengan pernikahan ini!" Aira kembali mengingat, saat ibu dari mantan kekasih suaminya menyumpahinya, disaat ia baru saja resmi menjadi istri Aryan. Bukannya kata-kata selamat dan doa, malah sumpah seorang ibu yang ia dapatkan.
Apa ia salah?
Ia tak punya maksud merebut Aryan.
Sebelumnya, ia juga tidak tau kalau Aryan punya kekasih. Ia tau semua itu, disaat hari pernikahan tiba, dimana seorang gadis cantik menangis tersedu-sedu menyaksikan Aryan melakukan ijab qabul. Orang-orang pun mulai menjelaskan, bahwa dia adalah Diana, kekasihnya Aryan yang harus di putuskan demi pernikahan ini.
"Selamat ya, mbak Aira. Jaga Aryan dengan baik, karena tugas ini udah berpindah ke tangannya mbak. Aryan itu gak suka pedas, dia gak suka makanan yang terlalu berminyak,-----" dan banyak lagi yang disampaikan Diana padanya, tentang kesukaan Aryan dan apa yang tidak Aryan suka.
Kenapa ia berada di posisi yang dipandang jahat di sini? Kenapa ia harus mengalami sakit di seluruh tubuhnya dan juga hatinya.
Mencintai Aryan bukanlah hal yang sulit. Meski laki-laki itu sangat pendiam, tetap saja perlahan-lahan Aira mencintai suaminya. Meski interaksi mereka pun hanya ala kedarnya saja. Aryan tak pernah bertanya hal yang tak penting dan jarang sekali menjawab dengan kalimat yang panjang.
Pada saat malam pertama, Aira merasa kaget sekaligus senang karena suaminya mau menyentuhnya. Aira kira, karena Aryan tak mencintainya, laki-laki itu pasti tak akan menyentuhnya, tapi ternyata Aira salah.
Aira senang, karena suaminya memperlakukannya seperti layaknya seorang istri yang dicintai, malam itu. Namun, kesenangan hanyalah sampai di waktu itu saja, karena Aira begitu kaget dan sedih, saat mendengar ucapan suaminya, setelah kegiatan mereka tadi selesai
"Nafkah batin ini adalah nafkah untuk seumur hidup kamu, Aira. Setelah ini, saya tidak akan memberikannya lagi. Selain nafkah batin, saya akan berikan setiap bulannya dan tidak akan telat. Saya harap, kamu bisa memaklumi itu. Ayo hidup damai, dengan kehidupan masing-masing. "
Aira benar-benar syok mendengar kalimat panjang yang pertama kali diucapkan suaminya.
Nafkah batin seumur hidup?
Itu berarti mereka tidak akan melakukan ini lagi dan ini adalah yang pertama dan terakhir, agar suaminya tak merasa bersalah padanya.
Mengingat kejadian 2 bulan yang lalu, benar-benar membuat Aira sakit.
Sekarang pun mereka seperti hidup di dunia masing-masing. Aryan yang sibuk bekerja dan jarang di rumah, Aira yang sibuk mencoba membuat Aryan menoleh ke arahnya, hanya untuk tersenyum tulus sekali saja.
"Uang bulanan kamu sudah saya transfer." Lamunan Aira seketika buyar saat mendengar suara suaminya.
Ia masih ada di ruang kerja suaminya, berdiri sembari menatap Aryan yang sibuk bekerja.
"Saya harap kamu sering ke rumah sakit setelah ini, apalagi kamu sedang hamil. Jangan lupa ajak bu Imas, supaya kamu gak kerepotan. Saya gak bisa temenin kamu, karena saya sibuk," ujar Aryan masih sibuk dengan berkas-berkas didepannya.
"Iya, mas."
"Jangan sakit, Aira. Saya benar-benar sibuk buat bisa rawat kamu. Kalau ada apa-apa bilang ke bu Imas," lanjut Aryan membuat Aira kembali mengangguk.
Iya.
Aira janji, ia tak akan sakit, agar suaminya tidak repot. Aira janji, ia akan sehat, supaya suaminya tidak kecewa padanya.
Keesokan harinya.
Pagi ini, saat suaminya baru saja selesai memakai pakaian kerja, Aira mendadak merasa mual. Aira pun langsung bergegas ke kamar mandi, lalu memuntahkan isi perutnya.
Rasanya sangat pusing dan juga sakit.
Setelah merasa lega, Aira keluar dari kamar mandi. Tak ia temukan keberadaan suaminya, yang ada hanya bu Imas saja.
"Non Aira baik-baik aja? Masih mual?" tanya bu Imas merupakan orang yang bekerja mengawasi dapur.
"Iya, Aira baik-baik aja, bu. Mas Aryan udah pergi kerja?"
Bu Imas tampak terdiam sejenak, membuat Aira langsung paham.
"Mungkin pak Aryan lagi ada meeting pagi ini, non. Makanya buru-buru," jelas bu Imas mengelus lembut punggung Aira. Aira tersenyum kecut, lalu mengangguk. Ini bukanlah pertama kalinya, ini sudah kesekian kalinya, jadi Aira sudah mulai terbiasa.
"Oh ya, non, tadi bu Elisa nelpon, katanya bakalan mampir ke sini."
"Mama mau ke sini? Kalau gitu Aira mandi dulu ya, soalnya siap muntah rada engap gitu," sahut Aira antusias.
Meski hidupnya setengahnya malang, tapi ia masih punya sisi keberuntungan, salah satunya memiliki mertua yang menyayanginya.
Kedatangan ibu mertuanya, ternyata untuk menjemputnya ke rumah mereka, karena ada acara makan malam bersama keluarga besar. Aira pergi dengan Mama Elisa, sedangkan Aryan nanti akan menyusul sepulang kerja.
Sesampainya di rumah mertuanya, Aira langsung diantarkan ke kamar untuk beristirahat. Orang-orang belum ada yang tau kalau ia sedang hamil, karena memang hanya suaminya dan bu Imas lah yang tau.
"Mama sama papa masuk ya, Ra."
"Iya, ma." Aira membuka pintu kamar, lalu mempersilahkan kedua mertuanya masuk.
"Gimana? Sehat?" tanya papa Heri, ayah mertuanya.
"Alhamdulillah, Aira sehat, Pa."
"Jadi, tadi katanya mau ngomong sesuatu ke Mama sama papa. Apaan tuh, mama penasaran nih," seru Mama Elisa penasaran. Aira pun tertawa pelan, lalu memperlihatkan testpack ke mertuanya.
"MasyaAllah, Aira hamil?" Aira langsung mengangguk, membuat Mama Elisa berteriak senang, lalu memeluk Aira.
"Aryan udah tau?" tanya papa Heri melihat testpack yang menunjukkan garis dua.
"Udah, Pa." Kening Aira seketika berkerut, saat melihat reaksi ayah mertuanya yang terlihat khawatir. "Papa kenapa?" tanya Aira membuat Mama Elisa menoleh ke arah papa Heri.
"Aira yakin mau lanjutin? Aira masih ingat kata dokter kan," tanya papa Heri. Aira terlihat tersenyum tipis, lalu mengangguk.
"Aira mau lanjutin, Pa. Aira janji bakalan sehat dan gak bakalan nyusahin lagi," sahut Aira dengan senyuman manisnya.
"Eh, siapa yang ngerasa di susahin. Kami gak pernah ngerasa susah karena Aira, ada-ada aja ngomongnya, " celetuk Mama Elisa kembali memeluk Aira.
Malam harinya.
Orang-orang sudah mulai berdatangan, termasuk Aryan. Laki-laki itu tampak memeluk keponakannya, mencium pipi anak kecil itu beberapa kali.
Terlihat Aryan tertawa gemas, saat anak perempuan itu memberontak. Aira seketika merasa iri.
Satu fakta yang ia mengerti, bahwa suaminya selalu tersenyum dan ramah ke orang lain, namum bersikap dingin bila dengannya.
"Katanya dia hamil." Aira yang sedang memperhatikan suaminya dari jarak jauh, mendengar bisik-bisik yang sengaja dibesarkan.
"Gak tau diri itu mah, udah tau penyakitan, gak boleh hamil, malah hamil. Nambah susah aja," sambung yang lainnya.
"Ngapain dipertahanin sih, palingan nanti anaknya cacat juga." Tak mau mendengar lebih banyak lagi, Aira pun bergegas pergi dari situ dan menghampiri kedua mertuanya.
"Aira, tante bawain ini buat Aira. Bagus banget buat kesehatan," ujar tante Arin memberikan buah tangan dari tempatnya.
"Alhamdulillah, makasih tante." Tante Arin adalah salah satu dari beberapa keluarga mertuanya yang menerimanya dengan baik.
"Ini bagus juga buat kesehatan janinnya Aira. Semoga Aira sama baby-nya sehat selalu ya," ucap tante Arin mengelus perut Aira yang masih rata.
Aryan yang melihat itu hanya diam saja, lalu menatap wajah Aira yang sedari tadi tersenyum. Wajah pucat yang menggambarkan si pemilik tubuh sangat lemah dan rapuh.
Tatapan keduanya bertemu, namun Aira langsung menatap tante Arin lagi. Aryan pun tampak tak peduli, lalu pamit ke kamar untuk berganti pakaian.
"Aira ke kamar dulu ya, mau nyiapin keperluannya mas Aryan," seru Aira saat melihat suaminya sudah berjalan menuju kamar mereka.
"Iya, sayang. Beruntungnya Aryan punya istri kayak Aira, selalu perhatian di tiap saat."
Aira hanya tersenyum tipis saja menganggapi itu, lalu pamit masuk ke kamar.
Sesampainya di kamar.
Aira melihat suaminya tengah membuka kancing kemeja, ia pun langsung menyiapkan handuk dan juga pakaian ganti.
"Kamu ngasih tau ke mereka kalau kamu hamil?" tanya Aryan setelah melepaskan kemejanya.
"Aku ngasih tau ke mama sama papa, mungkin mama sama papa yang ngasih tau."
"Oh ya, mas. Kata mama, besok kita harus cek kandungan, biar tau kondisi janinnya gimana," ujar Aira membuat Aryan yang hendak masuk ke kamar mandi, langsung berhenti.
"Saya kan udah bilang, kalau saya sibuk. Minta tolong sama mama buat nemenin kamu," sahut Aryan lalu masuk ke kamar mandi.
"Iya, mas." Aira mengangguk pelan, lalu mencoba tersenyum manis.
Aira harus mengerti, kalau suaminya sibuk, bukan sepertinya yang tidak punya pekerjaan. Ya, Aira harus mengerti semua kondisi suaminya.
Harus mengerti!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Tijanud Darori Tiara
aku mampir ka,,
semua cerita KK sudah aku baca
aku suka semua nya😄
2024-12-11
1