"Tidak perlu Lautan dalam upaya menenggelamkanku. Cukup matamu."
-
Alice, gadis cantik dari keluarga kaya. Hidup dibawah bayang-bayang kakaknya. Tinggal di mansion mewah yang lebih terasa seperti sangkar emas.
Ia bahkan tidak bisa mengatakan apa yang benar-benar diinginkannya.
Bertanya-tanya kapankah kehidupan sesungguhnya dimulai?
Kehidupannya mulai berubah saat ia diam-diam menggantikan kakaknya disebuah kencan buta.
Ayo baca "Mind-blowing" by Nona Lavenderoof.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lavenderoof, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 Pesona Nona Swan
"Tapi tidak mungkin berganti pakaian di sini, Cindy.”
“Kita cari tempat untukmu berganti pakaian,” Cindy berkata sambil tersenyum penuh semangat. “Lalu rayakan kemenangan ini. Kau berhasil, adikku tersayang.”
Alice mengangguk perlahan, merasa sedikit lebih lega. Meskipun Cindy terkadang keras kepala dan seenaknya, kakaknya selalu tahu bagaimana cara menenangkan hatinya.
Cindy selalu berhasil membuat semuanya terdengar masuk akal, bahkan di situasi paling gila sekalipun.
*
*
📍Swan Enterprises
Keesokan harinya, Cindy dan Alice memutuskan untuk mengunjungi perusahaan keluarga mereka.
Mereka ingin memastikan bahwa citra mereka sebagai putri keluarga Swan tetap sempurna di mata para karyawan, terutama jika mungkin saja kabar buruk dari pria kencan itu beredar.
Hari itu, Swan Enterprises digemparkan oleh kedatangan dua putri muda keluarga Swan yang mendadak dan tak terduga. Biasanya, Nona Swans hanya datang beberapa bulan sekali, tepatnya saat perayaan ataupun hari penting perusahaan saja.
Namun, kali ini berbeda. Hanya berselang satu bulan sejak terakhir mereka datang, kakak-beradik itu muncul lagi di kantor pusat. Tanpa memberi kabar kalau mereka akan datang.
Suasana mendadak berubah. Para karyawan yang tadinya santai dengan kegiatan mereka tiba-tiba menjadi waspada, terutama saat langkah tegas dengan suara sepatu hak yang khas terdengar mendekat.
Dari kejauhan, mereka mengenali dua sosok yang tak asing. Putri sulung dan putri bungsu bos besar, pemilik perusahaan ini.
Saat mereka melangkah masuk ke lobi gedung kantor keluarga Swan, semua mata langsung tertuju pada mereka. Para karyawan yang sibuk dengan tugasnya tak bisa menahan diri untuk tidak mencuri pandang.
Cindy Swan, Si putri sulung berambut hazel brown yang selalu tertata sempurna, mengenakan kacamata hitam besar dan perhiasan yang memancarkan kilauan mewah.
Gaun berwarna navy dengan potongan tegas mencerminkan wibawanya sebagai calon pemimpin yang tak terbantahkan.
Di sampingnya, Alice Swan, Putri Bungsu adalah kontras yang mencolok. Rambut hitam legamnya dibiarkan tergerai lembut, matanya yang biru cerah bersinar dengan kehangatan.
Berbeda dari kakaknya, Alice memilih tampilan sederhana namun tetap memancarkan kecantikan elegan.
Gaun selutut berwarna krem terlihat sederhana, tapi hanya mereka yang jeli akan menyadari bahwa setiap item yang ia kenakan adalah barang berkelas.
Pesona kakak adik itu benar-benar tak terelakkan.
“Nona Swan datang!” gumam salah satu staf dengan panik, langsung merapikan meja kerjanya.
Beberapa yang sedang menikmati camilan buru-buru menyembunyikannya, sementara yang lain hanya berpura-pura sibuk mengetik meskipun layar mereka kosong.
Begitu Cindy dan Alice masuk, suasana semakin tegang. Salah satu manajer senior menyambut mereka dengan sedikit canggung.
“Selamat siang, Nona Swan. Kenapa Nona tidak mengabari kalau mau kesini? Tidak biasanya Nona datang ke sini.” tanyanya sopan, meskipun terlihat jelas ia bingung dengan kedatangan mendadak mereka.
Cindy melepas kacamata hitamnya dengan gerakan elegan, menatap tajam. “Apa aku harus izin terlebih dahulu untuk datang ke perusahaanku sendiri? Atau kalian merasa keberatan dengan kehadiranku?”
“T-tidak, tentu saja tidak, Nona Muda! Kami sangat senang dengan kedatangan Anda berdua! Maafkan kami! Mari, aku antarkan kalian ke ruang Tuan Swan.” jawabnya buru-buru, hampir tergagap.
Namun Cindy hanya mengangkat alisnya dan berjalan melewati Manager itu tanpa banyak bicara lagi. Matanya langsung menangkap seorang karyawan yang tengah duduk dengan beberapa bungkus makanan ringan di mejanya.
Awalnya, tujuan mereka sederhana, berkunjung dan menebar pesona. Namun, ketika Cindy melihat kondisi perusahaan yang menurutnya tidak sesuai standar, ia tidak bisa menahan diri.
Ia mulai memperhatikan segala detail yang ada di hadapannya, memberikan kritik tajam, bahkan menegur kesalahan kecil yang terlihat.
“Hei, kau.” Cindy memanggil dengan suara dingin, membuat karyawan itu hampir tersentak dari kursinya. “Apa kau datang ke sini untuk makan?”
“Tidak, Nona Cindy. Tentu saja untuk bekerja,” jawab karyawan itu dengan suara gemetar, buru-buru menyembunyikan makanannya.
“Benar-benar merusak pemandangan. Kecuali jam makan, tidak boleh ada makanan yang terlihat di atas meja,” ujar Cindy dengan nada tegas, membuat karyawan itu menunduk malu.
*
Dalam perjalanan pulang, Cindy menyandarkan kepala di kursi mobil dan berkata, “Aku rasa mereka semua sudah paham. Entah pria itu atau siapapun itu, kalau dia berani mengatakan hal yang buruk tentang kita, tidak ada yang akan percaya.”
Alice tersenyum lega, menatap keluar jendela. “Kau benar, Cindy. Tapi aku masih merasa sedikit khawatir. Bagaimana kalau dia tetap mengatakannya, apalagi pada Daddy?”
ig : lavenderoof