NovelToon NovelToon
Derita anakku

Derita anakku

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Janda
Popularitas:400.5k
Nilai: 5
Nama Author: Redwhite

Sepeninggal suami, Nani terpaksa harus bekerja sebagai seorang TKW dan menitipkan anak semata wayangnya Rima pada ayah dan ibu tirinya.

Nani tak tau kalau sepeninggalnya, Rima sering sekali mengalami kekerasan, hingga tubuhnya kurus kering tak terawat.

Mampukah Nani membalas perlakuan kejam keluarganya pada sang putri?

Ikuti kisah perjuangan Nani sebagai seorang ibu tunggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Redwhite, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perhatian Tentangga Baru

Nina menatap penuh haru bangunan toko yang sekarang resmi menjadi miliknya.

Beberapa waktu lalu Nina memang sibuk mengenal para sales di toko haji Mursih sebagai pemilik baru tokonya. Nina juga di beritahu di mana saja pusat belanjanya jika stok barang sedang langka.

Nina bersyukur haji Mursih bukanlah orang yang pelit ilmu. Bahkan Nani juga memilih tak mengganti nama tokonya sebab toko itu bukan bernama Haji Mursih atau pun keluarganya.

Toko sembako Haji Mursih bernama Toko Barokah, oleh sebab itu Nina memilih membiarkan saja, hanya nama pemiliknya saja yang berganti.

Haji Mursih ikut datang untuk sekedar melihat terakhir kali tokonya.

"Semoga rezeki Mbak Nina semakin Barokah seperti toko ini ya," ujar Haji Mursih yang menyeka air mata di sudut matanya.

Bagaimana pun dia sudah menjalankan Toko ini berpuluh-puluh tahun, bahkan bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga sukses di bidangnya masing-masing.

"Saya yang berterima kasih sekali Pak Haji mau memberikan Toko ini pada saya, terima kasih sekali ya pak Haji," jawab Nina haru.

Haji Mursih lantas berpamitan pada Nina dan karyawan Tokonya yang masih tetap akan bekerja pada Nina.

Tak lupa dia juga berpamitan pada para pedagang di pasar.

Setelah kepergian Haji Mursih, Nina segera berkutat dengan kerjaannya. Duduk di meja kasir dia mempelajari cara mencatat stok barang dan harga barang.

Dia di bantu oleh Lastri, orang kepercayaan Haji Mursih. Lastri pun sangat senang bisa bekerja bersama Nina.

Saat tengah sibuk mencatat, dirinya di datangi oleh pemilik Toko Mebel yang berada lima toko darinya.

"Assalamualaikum," sapanya dengan senyum mengembang.

Nina menjawab salamnya sambil menengadah, menatap pria gagah di depannya.

Lelaki dengan perawakan sedang dengan kulit kuning langsat itu mendekati mejanya.

"Ada yang bisa saya bantu mas?" sapa Nina sopan.

"Ah enggak mbak, mau kenalan aja sama pemilik toko ini," ujarnya.

Lastri memilih pergi membantu karyawan yang lain untuk melayani pelanggan.

Toko Nina langsung sibuk karena memang toko itu saat perpindahan tangan tak ada tutup.

"Perkenalkan saya Budi Mbak, pemilik toko mebel sebelah," ujarnya mengenalkan diri sambil mengulurkan tangan pada Nina.

"Oh iya, saya Nina Pak," jawab Nina segan.

"Jangan panggil Pak, panggil mas Budi saja," pinta Budi.

Nina terpaku melihat lelaki manis di hadapannya. Hingga senggolan Lastri membuatnya sadar.

"Ini Bu notanya," sela Lastri sambil menyerahkan nota pembelanjaan pelanggan yang harus di hitung Nina.

"Oh maaf ya Mas Budi silakan duduk dulu, saya layani pelanggan dulu," pamitnya lalu bergegas menghitung belanjaan pelanggannya.

Para pelanggan selalu menanyakan siapa Nina dan di jawab oleh Nina bahwa ia adalah pemilik baru.

Kebanyakan mereka mengatakan kalau mereka adalah pelanggan lama dan meminta Nina tetap bisa memberikan mereka THR nanti.

Nina membalas dengan senyuman, tentu saja Nina sudah tau hal itu, sebab Haji Mursih sudah mengatakannya.

Bahkan harga jualnya di potong untuk Haji Mursih memberikan THR pada pelanggannya kelak. Sungguh lelaki yang tak pernah ingkar janji. Nina senang bisa membeli toko dari lelaki yang selalu menepati janjinya.

Keberadaan Budi bahkan di lupakan oleh Nina yang harus melayani para pelanggan yang tak ada hentinya.

"Mbak Nina sepertinya sibuk, nanti saja kita ngobrol lagi ya," pamitnya.

Nina tak merasa bersalah, sebab tak mungkin dia mengacuhkan para pelanggan hanya demi berbincang dengan Budi.

Setelah toko sedikit senggang, Nina pun kembali berbincang dengan Lastri.

"Las, biasanya anak-anak makan apa?" tanya Nina yang tau sudah mendekati waktu makan siang.

"Mereka mah apa aja Bu, yang penting lauknya ganti-ganti ya," jelas Lastri sambil tertawa.

"Kamu ini, ya sudah kamu biasa membelikan mereka makanan kan? Ini uangnya," ujar Nina sambil menyerahkan uang tiga lembar seratus ribuan, untuk jatah makan sepuluh karyawannya.

"Siap Bu, aku berangkat sekarang ya, ibu mau titip juga?" tawar Lastri.

"Ngga usah Las, aku pengen makan ketoprak aja," tolak Nina.

Nina juga meminta Lastri membawa teman untuk membantunya.

Untung ada motor dan kendaraan tiga roda milik pak haji Mursih yang di serahkan padanya. Kedua barang itu masih belum Nina bayar lunas, total hutang Nina sekitar seratus jutaan lagi dan dia berjanji dalam waktu satu tahun akan membayarnya.

Haji Mursih tak mempermasalahkan uang itu, asal Nina berjanji dagang dengan jujur, hanya itu pesannya.

"Sepertinya aku harus beli motor sendiri, bisa tekor kalau bolak balik pesan mobil mulu," monolog Nina.

Ia masih memiliki simpanan, jadi sepulang dagang nanti dia akan ke deler motor untuk membeli motor.

Hari ini dia memilih tutup lebih awal sebab dia harus mencari motor, sempat ke pikiran ingin membeli motor bekas, tapi karena dia hanya seorang diri, dia takut malah motornya nanti sering bermasalah dan ia tak mengerti cara membetulkannya, oleh sebab itu lebih memilih beli baru.

Haji Mursih biasa menutup tokonya jam lima sore, tapi hari ini Nina memilih tutup jam tiga.

"Ada apa emang Bu tutup jam segini?" tanya Lastri bingung.

"Ngga papa Las, aku mau lihat-lihat ke deler motor," jelas Nina.

"Oalah. Oke deh Bu. Lastri pamit ya," Lastri meninggalkan begitu saja Nina menuju parkiran pasar.

Pasar sudah sepi, kalau toko di depan seperti dirinya memang kebanyakan tutup jam lima sore, sedangkan di bagian dalam biasanya sudah tutup dari jam dua siang.

Langkah Nina terhenti kala ada lelaki yang tiba-tiba menghadangnya.

"Dek kamu ngapain di sini?" sapa Yanto cari perhatian.

Nina berdecap sebal, ingin sekali dia meninggalkan laki-laki menyebalkan ini sesegera mungkin.

"Maaf mas, saya mau pulang!" elak Nina enggan menjelaskan mengapa dia berada di pasar.

Sejujurnya dia juga belum menceritakan tentang usahanya pada sang ayah. Hanya Rima dan keluarga Bu Wingsih yang tau tentang usahanya.

Kalau dia memberitahu Yanto sudah di pastikan keluarga tirinya akan mengacau.

"Mas anter ya," tawar Yanto memaksa.

"Ngga usah mas makasih!" tolak Nina berusaha menghindari Yanto.

Namun Yanto yang tak ingin kehilangan kesempatan emas mendekati Nina, tetap ingin memaksanya dengan mencekal tangan Nina.

"Apa-apaan sih Mas! Lepas ngga!" pekik Nina geram.

"Ayolah Dek, mas kan cuma pengen dekat sama Dek Nina. Gimana kalau kita ngebaso, mau ya, yuk!" Yanto hendak menyeret Nina menuju motornya yang terparkir di tongkrongan para ojek.

"Lepas mas! Aku ngga mau!" Nina memukul lengan Yanto yang memaksanya.

Tiba-tiba ada seseorang yang menghentikan langkah keduanya.

"Lepasin mas! Dia kan udah nolak, jangan maksa!" sergah Budi.

Nina bernapas lega karena ada yang menyelamatkannya.

Jalan memang masih ramai, tapi tak ada yang memedulikan tingkah keduanya. Mungkin orang-orang berpikir Nina dan Yanto adalah sepasang suami istri yang tengah bertengkar.

"Mas Budi jangan ikut campur!" sentak Yanto kesal karena ada orang yang mencampuri urusannya.

"Kamu mau ada yang laporan sama istri kamu?" ancam Budi.

Jelas Budi tau siapa Yanto dan keluarganya. Yanto yang mendapat ancaman dari Budi menyentak kasar tangan Nina.

"Nanti kita ngobrol lagi ya Dek," ujarnya tanpa tau malu.

"Kamu ngga papa?" tanya Budi lembut.

Nina jadi salah tingkah atas perhatian Budi. "Makasih ya Mas Budi, kalau engga ada mas Budi ngga tau gimana jadinya aku," ujar Nina.

"Itu udah tugas kita sebagai tetangga, saling tolong menolong, mbak Nina mau ke mana? Kok tokonya udah tutup?" tanya Budi penasaran.

"Oh ini mas, saya mau ke deler motor, pengen cari motor," jawab Nina jujur.

Budi tampak berpikir sebelum berbicara, "mau aku antar?" tawarnya.

"Hah! Ngga usah mas takut merepotkan," tolak Nina.

"Engga merepotkan sama sekali. Tunggu di sini aku pamit sama karyawanku dulu," Budi lantas meninggalkan Nina berlalu menuju tokonya.

Yanto yang melihat kedekatan Budi dan janda incarannya merasa geram.

"Awas kau Bud! Nina ngga akan mas lepaskan kamu," gumamnya.

.

.

.

Tbc.

1
Haerul Anwar
awokwok cerita nya amburadul
Aether
nama nya Nina apa nani Thor??
Aether
Omae wa MOU shindeiru!!
Dwi Rita
ceritanya bagus. recomended
Nyai Omi
/Shy/
Nyai Omi
lanjut
Nyai Omi
/Smile/
Nyai Omi
iya ksian skli sllu d jahati
Nyai Omi
jahat skli mereka
Nyai Omi
g ada akhlak nya tu ibu tri nani
Muji Lestari Tari
Budi oh budi
Muji Lestari Tari
manusia aneh
Muji Lestari Tari
aduh bikin emosi
Muji Lestari Tari
aduh main dukun
Muji Lestari Tari
jangan mau nin
Muji Lestari Tari
keluarga toxic nggak ada lawan
Muji Lestari Tari
Dibyo gila
Muji Lestari Tari
makin nggak jelas ni orang
Muji Lestari Tari
Dibyo bodoh
Muji Lestari Tari
Yanti ni pelakunya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!