Seorang gadis mandiri yang bernama Permatasari Anindya atau biasa dipanggil Sari, selalu gagal dalam menjalin hubungan.
Namun saat, ia mantap dengan pilihannya, tiba-tiba malapetaka itu terjadi, persis di tengah keraguan pada kekasih pilihannya yang tertangkap basah tengah bersama wanita lain.
Malapetaka yang membawanya pada seorang pria brengsek, yang telah mengikatnya diam-diam. Pria brengsek yang mulai candu akan tubuh Sari.
Siapakah pria brengsek itu? Siapakah pria yang Sari pilih? dan apakah ia akan bahagia?
Simak lagi ya guys
"Istriku Canduku 2"
Part David Sari
sebelumnya "Istriku Canduku" Part Mario Inka.
Novel ini novel dewasa, mengandung unsur 21+
Mohon untuk bijak membacanya 🙏
Terima kasih
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elis Kurniasih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
persiapan pernikahan 1
Sejak pagi, Malik sibuk wara wiri mempersiapkan pernikahan dadakan bosnya. Apartemen David di sulap menjadi dekorasi pesta sederhana, tapi tetap elegan. David hnya mengundang Brian, sebagai sahabat sekaligus kerabat terdekat yang ada di negeri ini. Ia juga mengundang Rey, sebagai sahabat yang membantunya bangkit dalam pemulihan bisnisnya. Rey juga yang memperkenalkan Syekh Ahmad di sini. guru spiritual Rey saat ia menyendiri di sini, ketika sang istri dulu sempat ingin menikah dengan orang lain. Syekh Ahmad yang menuntut David untuk mengucapkan kalimat syahadat beberapa bulan yang lalu.
“Yah, ayo keluar kamar!” Kata Ratih pada suaminya, yang enggan untuk keluar.
Teguh lebih sering berada di kamar. Banyak sekali pikiran yang mengganggunya. Semua masalah seperti datang bertubi-tubi, dari mulai kasus yang menimpanya beberapa waktu lalu, di tambah putri kesayangannya yang mendapatkan musibah seperti ini. Walau setiap ujian yang datang, selalu di iringi hikmah di dalamnya. Tetap saja, ia belum mengambil hikmah dri semua yang terjadi. Ia masih menyalahkan dirinya.
“Yah.” Ratih menggoyangkan tubuh suaminya.
“Di luar, David sudah mempersiapkan pernikaan.” Kata Ratih lagi.
Teguh menoleh ke arah sang istri. Ia terus berada di atas sajadahnya. Bibirnya terus mengucapkan lafaz istighfar dan berdzikir.
“Sari di mana?” Tanya Teguh.
“Dia bersama Ardi di ruang televisi.”
“Ayah, nanti makan siang bersama saja. Makanannya jangan di bawa ke kamar lagi!” Ucap Ratih.
“Lihat saja nanti.” Jawab Teguh dengan tetap lurus pada pandangan di atas sajadahnya.
Di ruang televisi, terlihat Sari yang sedang bercengkrama dengan Ardi.
“Mba, udah jalan-jalan selama di sini?” Tanya Ardi.
Sari menggeleng, sambil memegang makanan ringan di tangannya.
“Yah, payah.”
“Belum sempat, Ar.”
Tiba-tiba, David ikut duduk di sebelah Ardi dan mengambil makanan ringan yang di pegang adik laki-laki Sari.
“Memangnya, kamu mau jalan-jalan kemana, Ar?” Tanya David.
“Itu loh, Mas. Yang ada patung singa terus dari mulutya keluar air. Ardi mau foto di depan itu.” Jawab Ardi antusias.
“Oh, kalau itu sih, tidak jauh dari sini.”
“Beneran, Mas. Ajak Ardi ke sana ya.” Ucap Ardi manja. Ia seperti mendapat sosok kakak laki-laki pada diri David, dan sebaliknya davi pun merasa memiliki adik seperti yang selalu ia inginkan.
Sari yang duduk di sisi sebelah kiri Ardi, langsung memukul kepala sang adik.
“Dasar, malu-maluin.”
“Biarin, wee..” Jawab Ardi sambil menjulurkan lidahnya.
David memajukan wajahnya untuk melihat Sari yang tertutup tubuh Ardi.
“Sar, aku mau tunjukkan gaun untuk kamu pakai nanti.”
“Acaranya setelah ashar kan?” Tanya Sari.
“Iya, tapi aku ingin tunjukkan gaun itu sekarang. Karena jika ada sedikit yang kurang masih bisa di perbaiki.” Jawab David.
“Tidak, perlu. Cocok sajalah.” Ucap sari cuek.
“Mba, jangan begitu! Di coba dulu sana. kan ngga lucu nanti kalau pengantinnya pake baju kedodoran atau kekecilan.” Kata Ardi, setelah kepalanya bolak balik menatap David dan Sari yang sedang berbicara.
“Anak kecil kepo, tukang ikut campur.” Sari memukul lagi kepala adiknya pelan, lalu ia langsung berdiri.
“Ayo, mana gaunnya?” Tanya Sari pada David.
David pun tersenyum dan langsung beranjak dari duduknya.
“Aku bukan anak kecil lagi ya mba, udah punya KTP, udah punya pacar juga.” Ucap Ardi setengah berteriak karena Sari dan David sudah berlalu dari hadapannya.
Sari dan David berjalan menuju kamar David. Ketika David berada di depan Sari, ia menunggu calon istrinya, agar bisa berjalan lebih dulu. Lalu, David membuntutinya dari belakang.
Hal kecil itu, mampu membuat Sari melting. Ia tersenyum mencibir, sambil memejamkan matanya dan memegang kedua pipinya. David tak mengetahui ekspresi Sari, karena ia berada di belakang.
Ceklek
David membuka pintu kamarnya, dan mempersilahkan Sari masuk. Lalu, ia menutup kembali kamar itu, setelah sari sudah berada di dalam.
Pandangan mata Sari berputar menelusuri ruangan itu. Kamar David memang lebih besar dari kamar yang lain, karena Sari pernah memasuki kamar yang di pakai Ardi dan Teguh.
“Ayo duduk!” Ucap David, meminta Sari untuk duduk di sofa.
Sari mengangguk dan menghampiri sofa yang berada dekat jendela besar, hingga ketika duduk dapat terlihat pemandangan kota di sana. Ia pun duduk dengan arah pandang ke jendela.
“Sar, ini gaunmu. Ayo di coba!” Ucap David tiba-tiba, membuat Sari sedikit terkejut.
Sari menoleh ke arah David. Lalu, kembali memutar tubuhnya ke arah jendela.
David pun melihat arah pandang Sari. “Kamu suka pemadangan di sini?”
Sari mengangguk. Posisinya masih membelakangi David. Ia duduk dengan sedikit memutarkan tubuhnya agar pandangan ke arah jendela semakin terlihat.
“Iya, indah.”
“Apalagi kalau malam hari, lebih indah.” Jawab David.
“Mulai nanti malam, kamar ini akan menjadi kamarmu juga.” Ucap David lagi.
Sari mengernyitkan dahinya. “Ish, percaya diri sekali kamu, Mr. Osborne.”
Sari bangkit dari duduknya, lalu mengambil gaun yang masih berada di tangan David. Sari berlalu melewati wajah David, hembusan nafas wanita itu dan kibasan rambutnya yang harum, melewati penciuman David. Hal itu cukup membuat dirinya turn on seketika.
“Sial, baru seperti ini saja sudah membuatku bergairah.” Gumam David sambil mengelus kejantanannya.
jd lah orang yg bisa menghargai pemberian orang lain, e tah itu ber harga (mahal) atau nggak (murah)