Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekretaris OSIS
"Panggilan untuk siswi bernama Lisya Lupiana Cheryl harap datang ke ruang guru menghadap pembina OSIS dan untuk yang lain silahkan istirahat" gadis yang dipanggil langsung menjadi perhatian para penghuni kelas. Sekilas seperti ada yang berbisik bisik tapi Lisya tak peduli.
Ara menoleh padanya "tumben dipanggil guru"
Lisya mengindik bahunya tanda tidak tau "gue ke ruang guru dulu ya"
"Oke, nanti kalau nyari kita di kantin ya" uang Ara dan dibalas jempol oleh Lisya
Lisya berjalan santai sesekali juga menyapa atau lebih tepatnya membalas sapaan orang menyapanya. Lisya bersyukur karena masih ingat dimana letak ruang gurunya.
Mengetuk pintu ruang guru lalu mendorong nya saat dipanggil masuk. Lisya tersenyum ramah sambil berjalan ke meja guru pembina OSIS.
Senyum Lisya seketika lenyap melihat manusia yang menatapnya datar. Untung dengan cepat Lisya kembali tersenyum pada Pembina OSIS
"Kamu yang namanya Lisya?" guru dengan name tag Ernita S.Pd itu menatapnya dari atas sampai bawah
"Cantik juga" puji guru itu dan dibalas senyum manis oleh Lisya
"Gimana buk sudah masuk kandidat?" ujar laki-laki dengan panggilan Vino. Orang yang membuat Lisya merungut itu adalah Jewar, teman Vino.
Lisya mengernyit bingung "kandidat apa nih?"
"Di sekolah lama kamu, kamu jadi anggota OSIS?" bu Ernita menatap gadis didepannya menunggu balasan
"Enggak buk" Lisya menggeleng ringan
Pembina OSIS tersebut mengangguk "belum ada pengalaman tapi kayaknya bisa kalian berdua bimbing dulu" guru itu menatap Vino dan Jewar
"Aman buk"
"Lisya mau kan jadi sekretaris OSIS" Lisya langsung nge blank. Disodori penawaran yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya.
"Tapi saya gak ada pengalaman jadi OSIS"
"Bisa kacau kerjaan kita buk kalau cari sembarang orang" Jewar berucap tapi ada nada sindiran untuk Lisya. Apakah laki-laki itu mengatakan nya pengacau?
"Kalian yang bimbing lah" ujar bu Ernita
"Sekretaris OSIS 1 kami udah gak ada dan yang tinggal sekretaris 2. Tapi terlalu gak bisa di andalkan kalau sekretaris nya cuman 1. Vino dan beberapa anggota lain ngerekomendasikan kamu buat jadi sekretaris 1. Lisya kamu gak keberatan kan?"
Lisya hanya mengerjap bingung. Bingung gimana cara nolaknya. Jadi dia hanya mengangguk saja dengan senyum terpaksa. Dia terawang jika otaknya akan ambradul karena menjadi babu sekolah
"Setelah istirahat langsung ikut ke ruang OSIS. Kita bakal ada rapat sekaligus pengenalan kamu sama yang lain"
Sesuai ucapan bu Ernita, Lisya melangkah keluar kelas setelah izin dengan guru mapelnya. Lisya berjalan dengan keadaan yang melamun. Memikirkan lelahnya menjadi pengurus OSIS tersebut
"Kiw Ngelamun aja dek" goda Vino yang berjalan disamping kanannya
"Seriusan lo pada nyuruh gue masuk OSIS?" Jujur Lisya masih belum percaya jika dirinya akan dilantik menjadi salah satu babu sekolah. Mana jadi inti OSIS lagi.
"Ya seriusan lah, kita emang mau lo aja yang jadi sekretaris OSIS nya"
"Gue enggak" laki-laki disamping kiri Lisya menyahut dengan ekspresi datarnya
"Belagak banget, tambah males masuk OSIS" Lisya kan bakal jadi sekretaris OSIS dan sepertinya dia akan terus berhubungan dengan Jewar.
"War jangan gitu lah. Entar repot nyari lagi"
Lisya menatap Vino "Vin lo inti OSIS juga?"
"Yoi, gue sekretaris 2 nya"
Lisya membelalak kaget "pasti lo yang ngerekomendasikan gue buat jadi sek 1 nya kan" Lisya menunjuk wajah lawan bicaranya
"Santai dulu bestie" Vino mendorong tangan Lisya kesamping dengan pelan "gue cocoknya sama lu"
Lisya mendengus "emang sekretaris nya mana sih, pindah?"
Vino dan Jewar bertatapan seperti menyambungkan telepati. Vino mengakhiri telepati mereka "mm gak bisa dijelasin cuma kalau lo kepo tanya aja sama Jewar" ujar Vino menatap Lisya
Lebih baik Lisya membiarkan rasa keponya daripada bertanya pada Jewar. "Gue gak kepo" ujarnya
Vino menghembuskan nafas lega lalu menatap wajah Jewar yang tidak bersahabat. Sepertinya telepati gagal karena jawaban Vino malah membawa nama Jewar.
Melihat dua orang ini tatap tatapan Lisya langsung berlari "Kemana lu oi?" pekik Vino. Lisya acuh dan lanjut berlari pelan lalu membuka pintu ruang OSIS.
"Salam buat sekretaris baru" Sasya membungkuk seperti bertemu penjabat.
"Sasya? Lo anak OSIS?" tanya Lisya terkejut
Sasya tersenyum manis "gue waketos nya"
"Kok lo gak bilang sih tadi? Jangan-jangan Lo juga masuk konspirasi nyuruh gue jadi sekretaris" saat istirahat Lisya sudah memberi tahu teman teman nya jika ia ditawari masuk OSIS. Pantas Sasya biasa saja, lah dia lebih tau duluan daripada Lisya
"Hehehe biar gue ada temennya" Sasya hanya menyengir pada Lisya yang menatapnya tak bersahabat.
"Anak OSIS lain mana?" Jewar memindai ruang OSIS yang masih sepi. Hanya ada Sasya dan sepasang manusia di salah satu bangku
"Biasa, nunggu toa berbunyi" toa yang dimaksud adalah mikrofon sekolah. Sebenarnya sudah diumumkan di grup dari tadi malam untuk kumpul tapi belum ada yang datang.
"Kebiasaan, lelet!" tentu saja orang yang mencibir itu adalah Jewar.
"Bentar lagi pasti pada datang tu" Vino merangkul Jewar
Jewar menghela nafas panjang lalu berjalan ke arah satu bangku disana dan diikuti Sasya.
"Jewar dideketin" Vino bergumam sambil menatap arah Sasya yang berceloteh dan Jewar yang dingin tidak menghiraukan dan memilih main ponsel. Vino lalu menatap Lisya yang masih berdiri
"Lo gak mau kenalan sama tu dua orang" Vino mengarahkan pandangannya pada dua manusia yang hanya mengobrol tanpa melihat ke arah mereka
Lisya mengikuti arah pandang Vino. Terdapat dua orang beda kelamin disana "mereka pacaran?"
Pertanyaan itu langsung dijawab Vino "ya dek" Vino berteriak pada dua orang itu "woi yang pacaran"
Mereka berdua menoleh pada Vino lalu menatap gadis disebelah Sasya "sek baru Vin" tanya cewek yang sedang pacaran tadi
"Yeah, say hi dulu dong" vino berjalan mendekat ke sana dan membawa Lisya. Cewek tadi langsung melambai ceria ke arah Lisya "hai mm Lisya. Welcome ya. siap-siap mental dan fisik lo buat jadi anak OSIS" ujar gadis itu
"Iya, gue usahain yang terbaik" Tak perlu dikatakan, Lisya sudah melihat bayang bayang dirinya yang sudah kusut tak terawat.
"Kamu nyapa juga" cewek itu menatap pacarnya. Cowok itu pun langsung melambai santai dan dibalas lambaian dan senyum canggung dari Lisya
"Cakep banget ceweknya Vin" cewek itu memuji Lisya
"Ya dong, gue jadi betah rapat terus kalau gini"
"Lo jangan malu-malu ya" cewek itu berujar dengan ramah
Lisya hanya mengangguk kaku "Lo belum liat dia cerewet aja" hardik Vino. Lisya membelalak lalu menginjak kaki Vino
"Argh kaki gue"
"Hehehe gak sengaja" Lisya menyengir pada Vino. Mana ada gak sengaja
"Kita pergi dulu ya" Lisya menarik tangan Vino kasar.
" Sabar weh" protes Vino
"Bisa bisanya lo ngatain gue cerewet" bisik Lisya
"Berarti emang sengaja lo nginjak gue tadi"
"Biarin" Lisya menjulurkan lidahnya lalu menginjak kaki Vino sekali lagi dan berlari ke arah Sasya
"Untung cantik" Vino mengelus dadanya pelan
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan