Bertemu kembali dengan mantan suaminya setelah dua tahun berpisah, itu adalah sebuah petaka bagi Ishara Guestone!
Seseorang yang berusaha ia hindari setelah menandatangi surat perceraian itu, kini mencoba untuk kembali menerobos masuk ke dalam kehidupan nya.
Lalu bagaimana kah kehidupan wanita berparas cantik seperti Ishara setelah kembali di pertemukan dengan mantan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riri_923, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Salah Siapa?
Kepala Agaskara menoleh menatap Ishara yang hanya terdiam menatap nya. “Dan rumah ku perlu sangkar agar tidak pergi dari ku”
Mendengar kalimat yang baru saja Agaskara ucapkan mampu membuat Ishara terdiam menegang selama beberapa saat.
Terlebih lagi tatapan nya terkunci pada netra biru laut khas keturunan Vincente itu yang membekukan seluruh kinerja otak nya.
Gelengan dari kepala Ishara terlihat tanda bahwa wanita itu tersadar akan kata-kata Agaskara.“Tidak, apa maksud mu?”
“Apa ucapan ku sebelumnya kamu anggap angin?” Agaskara bertanya balik, masih menatap Ishara.
“Sekali lagi, ini hidup ku dan kau tidak berhak mengatur ku. Lalu berhenti lah mengawasi ku!”
Agaskara melonggarkan dasinya, entah kemana perginya jas pria itu yang sudah siap dengan pakaian kantor nya.
“Ingin memancing emosi ku di pagi ini, amor?” Agaskara bertanya dengan nada dingin dan tatapan yang tersirat akan kemarahan. “Sepertinya aku terlalu lunak pada mu”
Ishara mundur beberapa langkah saat Agaskara berdiri menatap dirinya seakan siap untuk menerjang nya.
“Apa perlu aku ingatkan sekali lagi? Kau bukan siapa-siapa ku dan berhenti menganggu hidup ku!”
Disaat ada kobaran api yang siap melahap, Ishara terus berucap seakan menuangkan minyak pada kobaran api tersebut.
Dan kini dengan sekali tarikan tubuh Ishara langsung menubruk tubuh kekar Agaskara, bahkan kening wanita itu membentur dada bidang nya membuat Ishara langsung meringis.
“Kamu tau, amor..” Agaskara menjeda ucapan nya seraya mencengkram pelan pipi Ishara agar wanita itu menatap nya. “Aku berusaha mati-matian untuk tidak melumpuhkan kaki mu lalu mengurung mu di dalam sangkar ku”
“Kau gila!” Ishara menepis tangan Agaskara dan berusaha menjauh dari pria itu.
Namun nyatanya tangan kiri Agaskara melilit kuat pinggang ramping Ishara hingga membuat wanita itu tidak bisa menjauhkan tubuh nya.
“Ya, aku gila karena mu!” Dengan penuh penekanan dan pengakuan Agaskara kembali mencengkram pipi Ishara.
Hendak kembali menyahut tetapi bibir Ishara langsung di bungkam oleh ciuman panas dan lapar pria itu.
Menekan dan memaksa masuk, bahkan mengigit dan tidak segan untuk menguatkan cengkraman nya agar Ishara berhenti memberontak.
Pada akhirnya keinginan Agaskara terpenuhi dimana saat ini Ishara menyerah dan berhenti memberontak saat merasakan sakit pada bibir, pipi serta pinggang nya yang terus di tekan.
Cpkkk..
“Mhhh..”
Mendengar lenguhan dari wanita nya mampu membuat keberingasan Agaskara semakin menjadi, dimana kini tangan kanan nya melepaskan cengkraman di pipi Ishara dan berganti dengan menggerayangi tubuh wanita nya.
“Emmhh!!.." Kali ini bukan hanya lenguhan semata, tetapi juga pekikan saat Agaskara dengan kerasnya mer*mas salah satu pyd-nya.
“Aku benar-benar gila, sayang..” Agaskara berbisik berat tepat di depan bibir membengkak Ishara.
Tangan nya langsung mengangkat tubuh Ishara ke dalam gendongan ala koala nya dan kembali menyerangnya.
Kali ini Ishara kembali memberontak dengan memukul punggung serta menjambak rambut Agaskara yang kini duduk di sofa ruang tengah nya.
Tentu dengan tubuh Ishara yang berada tepat di pangkuan Agaskara, meremat paha wanita itu dengan bibir yang terus mel*mat kehausan bibir pink Ishara.
“Ag--Emhhh!!” Tidak sempat berbicara saat Agaskara menjauhkan sejenak bibirnya namun kembali menyerang nya.
Tidak ada pilihan lain kini Ishara langsung mengigit lidah yang bersarang di dalam mulutnya hingga membuat Agaskara memekik kesakitan.
“Errgghh!!”
Dengan segera Ishara melepaskan gigitannya nya saat Agaskara ingin menjauhkan kepala nya.
Napas berat serta ringisan keduanya beradu, benda-benda mati di sekitar sana menjadi saksi bisu atas apa yang saat ini terjadi.
“Katakan..” Agaskara bersuara rendah, menatap wajah Ishara yang hanya berjarak beberapa senti dengan wajahnya.
Wanita itu masih mengatur napasnya dengan kelopak mata terpejam, mencoba menenangkan perasaan dan mewaraskan otak nya.
“Katakan kenapa kamu masih menjalin hubungan dengan pria itu”
Kelopak mata Ishara kini terbuka, membalas tatapan sayu yang sulit di artikan milik Agaskara.
“Karena aku berhak memilih bersama siapa aku bahagia” Jawab Ishara.
“Kamu bahagia bersama ku, amor..”
“Ya saat itu, sebelum kita menikah dan sebelum kau menceraikan ku tanpa kata penjelasan apa pun”
“Sebelum menikah?”
Ishara menarik panjang napas nya, berniat beranjak dari pangkuan Agaskara tetapi kedua tangan pria itu menahan pinggang nya.
“Lepaskan, biar aku duduk di--”
“Jelaskan apa maksud mu, amor..” Potong Agaskara masih merendahkan nada bicara nya.
Ishara kembali menghela napasnya entah untuk yang keberapa kali nya pagi ini. Kepala wanita itu menoleh ke arah jam dinding yang terpasang di ruang tengah itu.
“Sudah hampir jam delapan, aku harus segera berangkat” Lagi, Ishara hendak kembali beranjak dari pangkuan Agaskara.
Tetapi yang terjadi pria itu semakin menahan dan menekan pinggang nya agar tetap duduk, tatapan sayu nya menghilang berganti dengan tatapan tajam dengan alis menukik.
“Jelaskan” Tekan Agaskara menuntut penjelasan.
“Sebelum menikah? Benar aku sangat bahagia sebelum menikah karena sikap kau!” Jelas Ishara setelah beberapa saat terdiam.
“Kau sadar, Tuan Agaskara Vincente?” Nada penuh pertanyaan yang terkesan sedikit merendahkan lawan bicara nya itu membuat guratan amarah Agaskara semakin terlihat jelas.
“Sifat posesif dan semua kekangan yang kau berikan setelah menikah membuat aku hampir gila!”
Meluap sudah semua emosi yang Ishara pendam akan sifat dan sikap pria itu.
“Bahkan kau tidak mengizinkan ku untuk bekerja, sedangkan kau tau cita-cita ku dan segila apa aku mengejar skripsi agar cepat menyandar gelar ku!”
Ishara merasakan cengkraman di pinggangnya terasa lebih kuat, jelas ia tau bahwa pria di depan nya semakin tersulut emosi.
“Kau ingat?” Ishara menekan-nekan dada Agaskara dengan telunjuk nya. “Kau berjanji untuk mendukung ku saat aku ingin mengejar cita-cita ku setelah kita menikah, lalu apa? Kau mengingkari nya!”
Air mata Ishara menetes begitu saja, jika di bilang sakit? Tentu hati nya sakit mengingat perubahan pria yang membuatnya terpesona dan percaya akan adanya cinta.
“Karena itu alasan ku agar bisa menjerat mu dan memiliki mu sepenuhnya”
Jawaban tersebut mampu membuat bibir bengkak Ishara bergetar, tidak mengerti akan kalimat yang ia coba untuk jabarkan.
“Kamu ingat amor..” Agaskara menyeka air mata Ishara yang terus mengalir. “Siapa yang lebih dulu membuat ku tertarik?”
Deg!
...****************...
Hai hai haii semuaaaa.
Jangan lupa berikan vote serta dukungan lain nya agar author semangat untuk update!!
Ayo bantu promosikan cerita author pada yang lain sebagai bentuk dukungan kaliannnn😍
bakalan seruu ini mah dua orang adik kaka menyukai satu wanita yg sama
😁👍🌹❤🙏
heheee
kasian ishara terjebak
👍🌹❤😁🙏
cinta othor banyak-banyak 💞😍
waktunya Agas OR Alaska..??
👍🌹❤🙏
"sini Aku tampol kamu yg lagi demam" ujar ishara
hehee 👍🌹❤🙏😍😁
berasa bentar banget ni baca
boleh nambah lagi thor 🙏😁👍🌹❤
trims dari aku ibu² anak 3 🥰💜