NovelToon NovelToon
Terjebak Cinta Si Cewek Cupu

Terjebak Cinta Si Cewek Cupu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Cinta Karena Taruhan
Popularitas:442
Nilai: 5
Nama Author: scorpio_girls

kisah seorang gadis cupu yng dijadikan bahan taruhan oleh kakak kelasnya namun ketika taruhannya selesai akankah hubungan mereka berlanjut atau kandas yuk,,dibaca guys,,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon scorpio_girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 11

Flora menatap Reva dengan tatapan rumit, seolah sedang berperang dengan dirinya sendiri. Ia ingin menolak, tapi hatinya berbisik lain.

"Aku... aku gak tahu, Kak," lirihnya, suaranya nyaris tak terdengar.

Reva menghela napas, menatap Flora dalam-dalam. "Gue gak minta lo langsung percaya sama gue, Flo... Tapi setidaknya, kasih gue kesempatan buat buktiin kalau gue gak akan nyakitin lo lagi."

Flora menggigit bibirnya, tampak bimbang. "Aku takut, Kak... Aku takut kalau aku kasih kesempatan, aku bakal nyesel lagi."

Reva menelan ludah. Ia paham ketakutan itu, dan jujur saja, ia tidak bisa menjamin apapun. Tapi yang bisa ia lakukan adalah berusaha.

"Gue janji, Flo... Gue gak akan ngecewain lo lagi," ucapnya tulus.

Flora masih ragu. Ia menatap kaki Reva yang berdarah, lalu kembali menatap wajah kakak kelasnya itu. "Kakak harus ke UKS dulu, kaki kakak berdarah," katanya mengalihkan pembicaraan.

Reva terkekeh pelan. "Lo ngelak, ya?"

Flora mendesah, lalu meraih tangan Reva dan menariknya. "Ayo, kita ke UKS."

Reva tersenyum tipis, membiarkan dirinya dituntun oleh Flora.

Tak butuh lama merekapun sampai di dalam uks dan dengan cekatan flora mengobati luka reva

Flora menunduk, menatap perban di kaki Reva dengan ekspresi rumit. Perasaan bersalah, marah, dan ragu bercampur jadi satu. Luka itu... semua gara-gara Reva. Tapi tetap saja, orang yang menyakitinya justru yang sekarang terluka demi menolongnya.

"Kenapa sih, Kak?" suaranya pelan, hampir bergetar.

Reva yang sedang duduk di ranjang UKS menoleh. "Apa?"

Flora mengepalkan jemarinya. "Kenapa kakak selalu kayak gini? Setelah nyakitin aku, sekarang kakak malah nolongin aku seakan-akan semua baik-baik aja..."

Reva terdiam. Ia tahu cepat atau lambat pembicaraan ini akan muncul. Dengan helaan napas panjang, ia mencoba tersenyum kecil. "Gue gak pernah bilang semuanya baik-baik aja, Flo. Gue tahu gue salah."

Flora menatapnya, matanya berkaca-kaca. "Terus kenapa? Kenapa kakak tetep nolongin aku? Kakak tahu gak sih, aku masih belum bisa lupa semua yang kakak lakuin?"

Reva menelan ludah, menatap Flora dengan perasaan bersalah yang begitu nyata. "Gue tahu... Dan gue juga gak bisa minta lo buat langsung maafin gue. Tapi kalau gue bisa ngelakuin sesuatu buat lo, bahkan sekecil apapun, gue bakal lakuin."

Flora mengalihkan pandangannya, dadanya terasa sesak. "Itu gak akan mengubah apa pun..."

Reva tersenyum miris. "Gue tahu. Tapi gue gak peduli. Selama lo butuh gue, gue bakal tetap ada."

Flora terdiam, menggigit bibirnya. Sebuah perasaan aneh muncul di hatinya, tapi ia masih terlalu takut untuk mengakuinya.

Untuk sekarang, ia hanya bisa berkata, "...Kak, makasih."

Dan Reva, seperti biasa, hanya tersenyum. "Selalu."

Flora menunduk, meremas perban di tangannya dengan kuat. Kata-kata Reva menggantung di udara, memenuhi ruang yang terasa semakin sempit. Ia tahu, bahwa meski Reva bersikap seolah-olah tak ada yang berubah, hatinya tidak semudah itu untuk dimaafkan.

"Aku... aku nggak tahu, Kak," gumamnya, suara itu kembali pecah. "Aku takut kalau aku mulai berharap lagi, aku akan terluka lebih dalam."

Reva menatapnya lekat-lekat, seolah mencoba membaca setiap perasaan yang tersembunyi di balik kata-kata itu. "Flo," ucapnya perlahan, "gue gak minta lo ngasih gue kesempatan buat sembuh dari kesalahan gue. Gue cuma minta kesempatan buat nunjukin kalau gue gak akan ngulangin itu lagi. Gue mau lo tahu kalau gue... gue peduli."

Flora menggelengkan kepala, menahan air matanya yang hampir jatuh. "Tapi Kak, peduli itu nggak cukup," katanya, suara bergetar. "Aku nggak bisa cuma percaya kata-kata. Aku butuh bukti."

Reva menatap kaki Flora, mengamati tangan Flora yang masih memegang perban di kakinya. "Gue ngerti," jawabnya, "dan itu sebabnya gue nggak minta lo langsung percaya sama gue. Gue cuma pengen lo tahu... Kalau lo butuh gue, gue bakal ada."

Flora terdiam sejenak, menelan ludah. Ia merasa hati dan pikirannya berperang. "Tapi kakak... kenapa sekarang kakak malah terlihat begitu peduli? Kenapa gak dulu?"

Reva menunduk, menggigit bibirnya sejenak. "Dulu gue nggak ngerti apa yang gue miliki, Flo," jawabnya, suara itu terdengar lemah. "Sekarang, gue ngerti... Tapi gue nggak bisa ngubah masa lalu. Yang bisa gue lakuin, ya cuma ini. Cuma mencoba."

flora pun telah selesai mengobati luka reva

”dah selesai kak,,ngobatinnya”

”heh,,makasih ya flo”

”ya,,sama-sama”

”kakak,,bisa gak jalannya”

”ekh,,,bisalah walaupun sakit sedikit”

”yaudah sini biar aku bantu

Reva tersenyum kecil melihat Flora yang masih peduli padanya, meskipun jelas-jelas gadis itu masih penuh keraguan. Dengan hati-hati, ia mencoba berdiri, tapi begitu berat badannya bertumpu pada kakinya, ia meringis.

"Aduh... ternyata lumayan sakit juga, ya," gumamnya, berusaha tetap terlihat santai.

Flora mendesah, lalu tanpa banyak bicara, ia meraih lengan Reva dan menyandarkannya ke bahunya. "Jangan maksain diri, Kak," ucapnya pelan.

Reva tersenyum tipis. "Gue gak nyangka lo bakal segini perhatian sama gue."

Flora mendengus pelan, tapi pipinya sedikit memerah. "Aku cuma gak mau ada orang yang jatuh pingsan di hadapanku. Itu merepotkan."

Reva terkekeh, meski rasa nyeri di kakinya masih terasa. "Alasan yang bagus," katanya dengan nada menggoda.

Sesampainya parkiran flora pun melepaskan pegangannya

”udahkan ya,,udah ya aku pulang”

”heh,,ya sekali lagi makasih ya karena lo dah bantuin gue”

”ya,,”ucap flora yang kemudian pergi

reva pun pergi mengendarai motornya singkat cerita reva pun telah sampai dirumahnya melihat reva jalannya pincang sang mama langsung menghampiri reva

”kamu,,kenapa rev,,kok jalannya begitu sih”ucap mama khawatir

”gak,,kok aku gak kenapa sini biar mama bantuin kamu jalan”

”gak perlu aku bisa sendiri”tolak reva sambil menepis tangan sang mama

”pliss,,rev,,kali ini stop egoisnya ya dan biarin mama bantu kamu”

Reva mendengus, menatapnya tajam. "Berhenti panggil diri Mama. Kamu bukan ibu aku."

Sang mama menghela napas, tapi tetap berusaha tenang. "Aku tahu aku bukan ibu kandungmu, tapi aku tetap peduli sama kamu, Rev."

Reva tertawa sinis. "Peduli? Sejak kapan?" Ia menatap wanita itu dengan tatapan penuh kebencian. "Kamu cuma istri baru Papa. Gak lebih."

Mamanya terdiam sejenak, jelas terlihat terluka, tapi ia tetap mencoba bersikap lembut. "Rev, aku tahu sulit buat kamu nerima aku, tapi aku gak pernah berhenti berusaha—"

"Berusaha apa?" potong Reva cepat. "Berusaha ngegantiin Mama? Berusaha bikin aku nurut sama kamu? Jangan mimpi."

Sang mama menatapnya dengan sorot mata penuh kesabaran. "Aku gak pernah mau gantiin posisi mamamu, Rev. Aku cuma mau kamu tahu kalau kamu gak sendirian."

Reva mengepalkan jemarinya, menahan emosi yang mendidih di dadanya. "Aku selalu sendirian," katanya dingin. "Dan aku gak butuh kamu."

Mamanya mencoba melangkah mendekat, tapi Reva mundur selangkah meski itu membuatnya meringis karena kakinya masih sakit.

"Udah, aku capek. Aku mau istirahat," ucapnya, mengakhiri percakapan tanpa memberi kesempatan untuk dibantah.

1
iiq_cutegirl
/Kiss//Kiss/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!