"Aletha jangan pulang terlambat!"
"Aletha jangan berteman dengan dia, dia tidak baik!"
"ALETHA!"
"KAKAK! Tolong berhenti mengatur hidupku, hidupku ya hidupku. Tolong jangan terus mengaturnya seolah kau pemilik hidup ku. Aku lelah."
Naraya Aletha, si adik yang sudah lelah dengan sikap berlebihan kakak tiri nya.
Galang Dwi Ravindra, sang kakak yang begitu membutuhkan adiknya. Dan tidak ingin sang adik berpaling darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmawi97, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Hari sudah berganti malam, namun Naraya masih terkurung di kamar nya. Kak Galang dan juga Papa nya belum pulang. Dia sudah beberapa kali meminta pelayan di rumah untuk membuka kunci pintu kamar nya. Namun semuanya berkata tidak bisa. Karena kunci kamarnya di bawa oleh Galang.
Sejak pagi di kurung, dan Naraya hanya sempat memakan mie ayam yang dikirim Kak Galang. Sungguh, saat ini perut nya sudah benar-benar perih karena lapar. Apalagi dia punya riwayat maag, jadi telat makan sebentar saja pasti perutnya akan langsung berontak .
Naraya berbaring lemas diatas kasur nya. Memeluk potret sang Mama. "Mama.... Sampai kapan,...."
Naraya memejam, mencoba menghalau rasa sakit di perut nya. "sampai kapan aku akan terus seperti ini? Menjadi boneka Kak Galang, aku lelah Mama."
Naraya mengelap jejak airmata di wajahnya. Jika sudah sakit seperti ini, dia pasti sering merasa asing di keluarga Ravindra. Dan begitu merindukan sang Mama. Walaupun Papa Ravindra dan juga Kak Galang begitu baik. Namun ada kalanya dia merasa, bukan bagian dari keluarga Ravindra dan merasa terasing sendirian.
"Aku kangen sama Mama... Arggh sakit! Mama perut Raya sakit Mama... Hiks Mama..."
Naraya semakin meringkuk. Tidak ada lagi yang bisa dia lakukan selain menunggu Galang. Karena ponsel nya pun di sita oleh Kak Galang.
"Aish, kapan Kak Galang pulang~"
.
.
.
"Raya... Kakak pulang. Raya?"
Galang membuka kunci pintu kamar Naraya. Menghampiri sang adik yang sedang berbaring memebelakanginya.
"Raya..."
"ssh... Sakit."
Galang mengkerut mendengar desis kesakitan Naraya. Membalik tubuh adik nya. Dan begitu terkejut melihat wajah pucat dan penuh keringat milik Naraya.
"Naraya! Kamu kenapa Raya?!" Galang menepuk pipi pucat Naraya dengan cemas.
"Perut ku sakit Kakak~ssh" Naraya menekan area perut nya yang terasa semakin sakit. Sepertinya efek telat makan, benar-benar membuat maag nya kambuh.
Galang tentu panik melihat wajah pucat Naraya. Dia langsung memangku tubuh lemas adiknya.
"Kita ke rumah sakit!" seru Galang, dia langsung menggendong tubuh adiknya itu.
.
.
Galang terus memperhatikan dokter Dion yang sedang memeriksa keadaan adiknya. Naraya kini berbaring dengan jarum infus yang tertancap di punggung tangan kiri nya.
"Maag nya kambuh. Apa dia terlambat makan?" Tanya dokter Dion.
Angga agak gelagapan, ragu untuk menjawab. Namun melihat Galang, mungkin sebaiknya untuk sekarang dia menutupi tindakan Galang. "Ah ituu, karena kesibukan nya di sekolah. Mungkin Raya sampai melupakan jadwal makan nya."
Dokter Dion menganggukan kepalanya. "Ah begitu, kalau begitu jangan sampai terulang yah. Imun tubuh Naraya itu cukup lemah sejak kecelakaan itu. Jadi sebisa mungkin menjaga kesehatan nya dengan baik."
Angga menganggukan kepalanya. Dokter Dion pamit setelah nya. Galang langsung menghampiri Naraya, menggenggam tangan pucat adiknya yang terbebas jarum infus.
"Ini salah ku. Ini salah ku. Ini salah ku..." racau Galang tidak tenang.
Angga menggeleng. Menghampiri Galang yang terus menggeleng kan kepalanya sambil menyalahkan dirinya sendiri. "Galang, dokter bilang Naraya tidak apa-apa." ucap sang ayah sambil mengusap bahu Galang mencoba menenangkan.
"I-ini salah ku. Salah ku. Salah ku.... SALAH KU!!"
Galang terus meracau. Masih merasa belum tenang
"Galang! Galang kau mau kemana?!" Angga nampak panik.
"Aku?" Tanya Galang, dia lalu tertawa namun setelah nya langsung terdiam sambil menatap ayahnya.
"Aku akan menghukum diriku sendiri, aku sudah membuat Naraya sakit. Aku juga harus sakit. Aku! Akan menghukum tubuh ini! TUBUH YANG SUDAH MENYAKITI ADIKNYA!"
"Jangan Galang, Papa mohon. Jangan sakiti dirimu. Kamu tidak salah. Tidak. Papa mohon jangan sakiti dirimu." Angga memohon, menahan anak nya itu agar tidak pergi kemana pun. Namun Galang yang seperti ini. Sangat lah sulit untuk di hentikan. Galang langsung mendorong ayahnya dan dengan cepat berlari keluar dari ruang rawat Raya. Angga ingin menyusul, namun teringat Raya. Korban dari anak nya.
.
.
Galang memasuki mobil nya dengan tergesa, napas nya terengah. Masih merasa cemas dan bersalah. Langsung menyalakan mesin mobil nya.
"Aku, harus menghukum diriku. Agar aku tenang. Dan tidak merasa bersalah lagi." Galang terus menggumamkan hal tersebut. Dia langsung bergegas untuk pulang ke rumah. Hendak menghukum dirinya yang sudah membuat Raya sakit.