Demi menyelamatkan perekonomian keluarganya, Herlina terpaksa menikah dengan Harlord, seorang CEO muda yang tampan, namun terkenal dengan sifat dingin dan kejam tanpa belas kasihan terhadap lawannya.
Meski sudah menikah, Herlina tidak bisa melupakan perasaannya kepada George, kekasih yang telah ia cintai sejak masa SMA.
Namun, seiring berjalannya waktu, Herlina mulai terombang-ambing antara perasaan cintanya yang mendalam kepada George dan godaan yang semakin kuat dari suaminya.
Harlord, dengan segala daya tariknya, berhasil menggoyahkan pertahanan cinta Herlina.
Ciuman Harlord yang penuh desakan membuat Herlina merasakan sensasi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Entah kenapa aku tidak bisa menolaknya?" Herlina terperangah dengan perasaannya sendiri. Tanpa sadar, ia mulai menyerahkan diri kepada suami yang selalu ia anggap dingin dan tidak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noona Y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Suara dentingan piring, gelas, sendok, dan garpu memenuhi udara di restoran mewah itu. Setiap kali sendok menyentuh piring atau gelas berbenturan ringan, suara-suara itu seakan berpadu dengan irama elegan yang menggema di seluruh ruangan.
Restoran yang terletak di pusat kota Bogor ini selalu ramai dengan pengunjung yang datang, menikmati hidangan mewah sambil berbincang dalam suasana yang penuh kemewahan.
Herlina duduk di meja tengah bersama pria yang baru ia kenal. Meskipun tanpa saling bicara sepatah katapun, Herlina tetap menikmati setiap suapannya dengan gaya anggun, memang kebiasaannya sejak kecil.
Di hadapannya terhidang potongan daging sapi yang tampak menggugah selera, dan meskipun perutnya sudah sangat lapar, ia berusaha menjaga sikapnya. Lidahnya menari-nari menikmati rasa daging yang empuk dan lezat, seakan mengingatkan dirinya akan kenikmatan yang sudah lama hilang.
Setiap gigitan membawanya ke masa dulu, saat sang ibu memaksa daging sapi hampir setiap harinya, saat sang ayah masih memiliki pabrik dan para pelayan di rumah. Namun kini daging sapi adalah hidangan istimewa yang langka bagi keluarganya, sudah setahun ia tidak makan. Namun akhirnya malam ini, ia bisa kembali menikmati kelezatannya, meskipun hanya sesaat.
Namun Pria di depannya tidak makan, dia hanya merokok dengan cerutunya sambil minum kopi dan makan kue-kue, mata coklatnya terus menatap Herlina yang sedang makan dengan anggunnya, membuat Herlina jadi merasa sedikit gugup dan tersipu malu.
"Terima kasih banyak tuan, makan malam ini enak sekali." ujar Herlina yang baru selesai makan, ia mengelap mulutnya dengan ujung serbet yang ditaruh diatas pangkuan.
"Bagaimana mungkin kamu kabur dari rumah dan tidak membawa apa-apa, apa kamu tidak takut jalan sendirian menjelang malam hari, apa kamu kabur tanpa tujuan?" Tanya pria itu yang keheranan setelah mendengar cerita Herlina.
"Hmm.. Saya sebenarnya mau ke rumah pacar saya, tapi saya baru sadar kalau saya sendiri gak tau arahnya kemana." jawab Herlina dengan wajah polos.
"Astaga... Lebih baik kamu pulang kembali saja ke rumah orangtuamu." kekeh pria itu. Ia menatap remeh Herlina, wanita muda yang telah bertindak sangat bodoh. Bagaimana kalau ketemu orang jahat, sudah pasti wanita cantik dan muda ini pasti di culik.
Saat mereka tengah berbincang, tiba-tiba suasana yang semula tenang berubah mencekam. Dari pintu masuk restoran yang elegan itu, masuklah segerombolan orang yang mengenakan topeng hitam. Mereka bergerak cepat, langkah mereka penuh keyakinan, sementara wajah-wajah yang tertutup topeng itu menambah aura ketegangan.
"SEMUA JANGAN BERGERAK!! SERAHKAN SEMUA HARTA KALIAN..!!!" teriak salah satu pria bertopeng dengan suara keras, memecah ketenangan malam itu. Di tangannya, ia memegang senjata tajam yang berkilauan, menciptakan bayangan menakutkan di dinding.
Semua tamu yang melihat jadi panik lalu berlarian kesana kemari sambil berteriak ketakutan. Herlina juga gemetar takut namun tidak tahu harus berbuat apa. Namun tiba-tiba pria di sampingnya, langsung menarik dia untuk menunduk dan bersembunyi di bawah kolong meja makan.
Sambil bersembunyi dibawah meja, mereka berdua menutup mulut masing-masing. Herlina gemetar ingin menangis saat mendengar suara-suara kegaduhan. Tapi pria itu memegang erat tangannya yang sedang dingin dan gemetar, telunjuk pria itu menyuruh Herlina untuk tetap diam.
Herlina menatap nanar kearah mata pria itu. Ada sebuah kehangatan yang menenangkan dirinya. Tanpa berkedip ia terus menatap wajah pria yang sudah menolongnya ini. Ternyata sorot matanya begitu tajam seperti elang. Janggutnya yang lebat telah menutupi wajah tampannya. Pria itu juga sama, ia terus menatap Herlina tanpa berkedip, kedua mata mereka terus saling beradu pandang.
Brak!!
Tiba-tiba meja tempat mereka sembunyi di hempaskan begitu saja oleh seorang perampok bertubuh besar.
"KETEMU... HAHAHA... MAU SEMBUNYI DIMANA MANIS....!!" perampok itu langsung menarik tangan Herlina secara paksa.
"KYAAA...!!" Herlina berteriak ketakutan.
.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
#TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA ❤️❤️❤️
**Jangan lupa meninggalkan jejak kebaikan dengan Like, Subscribe, dan Vote ya...~ biar Author makin semangat menulis cerita ini, bentuk dukungan kalian adalah penyemangat ku...😘😘😘**