Adira Kirania sangat bahagia menggantikan Lestari Putri untuk menjadi pengantin untuk Arya Seno Nugroho. Tari menghilang sehari sebelum pernikahan mereka di gelar. Tidak ingin menanggung malu, kedua orang tua Arya meminta Dira putri sahabatnya menggantikan tari. Dira yang sudah lama menaruh hati kepada Arya langsung menyetujui permintaan orang tua Arya.
Sedangkan Arya terpaksa menerima pernikahan tersebut karena tidak ingin keluarganya menanggung malu akibat batalnya pernikahannya.
Pernikahan mereka berjalan lancar, walau Arya awalnya selalu dingin dan kasar kepada Dira. Tetapi berjalannya waktu Arya belajar menerima Dira sebagai istrinya, hingga badai itu datang. Tari kembali hadir dan berusaha merebut Arya kembali.
Hingga suatu hari Arya menyadari kalau hatinya sudah di penuhi oleh Dira, tetapi seolah tuhan ingin menghukumnya. Arya merasakan penyesalan saat mengetahui kebenaran tentang istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rubi Sandi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamun
Setelah mendengar perintah atasannya, wanita itu mempersilahkan Dira masuk.
"Silahkan masuk Bu Dira. Pak Arya sudah menunggu anda." Ucap wanita itu dengan sopan.
"Terima kasih" Ucap Dira sembari tersenyum ramah.
Dira memasuki ruangan suaminya, ini adalah kali pertama ia menginjakkan kaki di ruangan kerja Arya. Sebelumnya ia tidak pernah datang ke perusahaan ini. Dengan langkah yang anggun, wanita itu berjalan mendekati Arya tak lupa ia memberikan senyuman terindahnya untuk laki-laki yang ia cintai itu.
"Hai kak, apa aku mengganggu?" Tanya Dira basa basi.
"Kamu tidak menganggu Dir, lagian kita sudah janjian untuk makan siang di luar." Ucap Arya membalas senyum indah istrinya.
"Ruang kerja kakak bagus ya." Ucap Dira menelusuri semua sudut ruangan.
Hingga mata wanita itu tertuju pada meja kerja suaminya, dimana ada bingkai foto seorang wanita yang sangat ia kenal.
Deg....
Jantung Dira terasa sakit melihat foto Tari masih tertata rapi di atas meja kerja suaminya, rasa sesak itu kembali hadir menghadapi kenyataan jika suaminya masih mencintai wanita lain. Dira berusaha menguatkan hatinya agar tidak menangis di hadapan Arya.
Arya yang tersadar dengan arah tatapan istrinya, merasa bersalah karena melupakan foto Tari sehingga membuat istrinya terluka. Walau Dira tidak berkomentar apa-apa terhadap foto itu, tapi Arya tahu jika istrinya pasti terluka.
"Kamu masih kerja ya kak, kalau begitu aku tunggu di sana ya." Tunjuk Tari pada sofa yang ada di sana.
"Kamu masih sabar nunggu kakak sebentar kan. Apa kamu mau makan atau minum sesuatu? Biar kakak pesan." Tawar Arya.
"Tidak usah kak, Dira sedang tidak ingin apa-apa." Jawab Dira.
Arya kembali melanjutkan pekerjaannya sementara Dira duduk di sofa memainkan ponselnya mengusir kebosanannya. Setelah setengah jam berlalu, Arya sudah menyelesaikan pekerjaannya. Arya berdiri dan menghampiri istrinya yang sedang duduk termenung di sofa, bahkan Dira tidak menyadari kalau Arya menghampirinya.
"Kenapa melamun, apa kamu sedang ada masalah?" Tanya Arya sembari duduk di samping Dira.
"Astaga Kak Arya buat kaget saja." Ucap Dira terkejut.
Sedari tadi ia sudah sering mencuri pandang ke arah Dira, Arya melihat Dira melamun seperti memikirkan sesuatu. Arya yakin jika istrinya sedang ada masalah, sebagai suami ia akan membantu masalah yang di hadapi istrinya, tapi yang perlu ia lakukan pertama adalah mencari tahu Masalah Dira.
"Kalau ada masalah kamu cerita sama aku. Jangan di pendam sendiri."
"Bukan masalah besar kak, cuma masalah kuliah saja." Bohong Dira.
Sedari tadi wanita itu terus hanyut dalam lamunannya, penyakit yang semakin parah membuat Dira takut dan khawatir. Tapi Dengan cepat Dira merubah ekspresinya agar Ardy tidak curiga terhadapnya.
"Kakak sudah selesai, kalau sudah ayo kita pergi. Dira sudah lapar." Ucap Dira mengalihkan pembicaraan.
Arya tersenyum melihat Dira yang sudah membuatnya gemas, dulu saat bersama tari wanita itu selalu pemilih dalam makanan. Tari akan memilih makanan yang tidak membuat bentuk tubuhnya berubah, wanita itu sangat menjaga penampilan dan terkesan ribet. Sementara Dira selalu mau jika di ajak makan kemana saja yang penting bagi wanita itu dirinya kenyang.
"Ayo kita pergi sekarang. Aku tidak mau di cap sebagai suami kejam yang tega membuat istrinya kelaparan."
Arya dan Dira keluar dari ruangan dengan mesra. Keduanya berjalan bergandengan.
Jangan lupa like komentar vote dan hadiahnya agar author lebih semangat