Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasrat tertahan
Setelah menutup pintu kamar Khumairah, Tristan kembali ke kamarnya sendiri. Rupanya Salwa sedang berada di kamar mandi. Tristan melihat jilbab dan cadar Salwa tergeletak di atas kasur. Ia mengambil cadar tersebut, dan menghirup baunya.
Ceklek
Mendengar suara pintu dibuka, Tristan langsung meletakkan cadar itu kembali. Salwa mengambil cadar dan jilbabnya, kemudian masuk ke walk in closet. Tristan pun masuk ke sana untuk berganti baju setelah Salwa selesai memakai baju tidurnya.
Saat ini keduanya sudah berada di atas tempat tidur. Namun mereka belum bisa memejamkan mata, meski lampu tidur sudah dimatikan.
"Salwa..."
"Iya..."
"Belum tidur?"
"Belum, Mas."
"Kenapa?"
"Nggak tahu."
Tristan berbalik dan menghadap istrinya.
"Kemarilah!"
Salwa menuruti perintah suaminya, ia menggeser posisi tidurnya.
grreep..
Tiba-tiba saja Tristan memeluk Sawa, dan membenamkan wajah Salwa si dadanya.
"Tidurlah!"
Salwa tidak dapat berkutik, ia pun tidak bisa mengeluarkan kata-kata. Aroma maskulin yang ada pada diri suaminya menjadi candu. Hingga ia pun tertidur lelap. Beda halnya dengan Tristan, justru ia tidak bisa tidur. Mencium aroma wanginya rambut dan kulit Salwa, adik kecilnya berontak di bawah sana.
"Tenang, tenang! Belum saatnya, masih palang merah!" Batin Tristan.
Keesokan harinya.
Tristan sudah berpakaian rapi, memakai kemeja dan dasi yang sudah disiapkan oleh istrinya. Khumairah sudah berangkat ke sekolah bersama Encusnya dan diantar oleh supir. Salwa berada di kamar mandi cukup lama. Tristan menunggu istrinya di atas tempat tidur.
Ceklek
Mendengar suara pintu dibuka, Tristan menoleh. Salwa mengintip dari balik pintu kamar mandi. Ia seperti kebingungan.
"Ada apa, Wa?"
"E, anu... aku ketinggalan baju ganti, Mas! Lupa tadi nggak dibawa!"
"Kamu kan, pakai handuk? Keluarlah!"
"Nggak mau! Handuknya kecil! Bukan handuk baju!"
"Keluarlah! Aku tidak akan melihat! Cepat!" Tristan berbalik ke arah tembok.
Dengan langkah cepat Salwa menuju walk in closet. Namun naas, ia malah terpeleset.
"Au!" Pekik Salwa.
Sontak Tristan menoleh dan berlari mendekati istrinya. Salwa sadar suaminya mendekat, ia segera membenarkan handuk yang diselipkan di dadanya. Untung saja ia masih sempat memakai pakaian dalam. Handuk di atas kepalanya terbuka dan tergeletak di lantai. Sontak rambutnya yang basah terurai.
seerrr...
Seperti ada aliran hangat yang memenuhi hati keduanya. Tristan terpaku, melihat keindahan di depannya. Namun ia masih bisa menahan hasratnya meski sebenarnya adik kecilnya sudah sesak di bawah sana.
"Ya Allah, kuatkan imanku. Lihatlah, ia sungguh sempurna! " Batin Tristan.
"Ssshh..." Salwa mendesis, ia merasakan sakit di bo*ognya.
Tanpa aba-aba, Tristan menggendong istrinya ala bridal style. Sontak Salwa mengalungkan sebelah tangannya ke leher Tristan, dan sebelah tangannya lagi menahan handuk di dadanya. Namun ia menundukkan pandangan.
Dag dig dug
Hati Salwa bagi genderang yang mau perang.
Tristan membaringkannya di atas kasur.
"Kamu itu kayak Ira! Suka lari-lari, jatuh kan, jadinya?"
"Aku ini sakit, Mas! Jangan diomelin!"
"Sini, mana yang sakit biar aku pijit!"
"Hah, nggak, nggak ada yang sakit!"
Namun Salwa memegangi bo*ognya.
Tristan melakukan panggilan.
"Bi', tolong panggilkan tukang urut! Sekarang juga ya!"
"Baik, Den!"
Setelah menelpon Bi Eni, Tristan mengambilkan baju dan jilbab rumahan untuk istrinya. Ia mengambil sekenanya saja. Tristan keluar kamar sebentar untuk memberi ruang agar Salwa bisa memakai bajunya. Ia pun menghubungi Iyan, memberitahukan bahwa dirinya tidak bisa pergi ke kantor hari ini.
Tiga puluh menit kemudian
Tok
Tok
Tok
"Den, ini tukang urutnya sudah datang."
"Iya, sebentar."
Tristan membuka pintu kamar dan mempersilahkan masuk. Salwa tidak memakai cadar, karena tukang urut tersebut perempuan.
"Makasih, Bi!"
"Sama-sama, Den!"
Bi Eni meninggalkan kamar Tristan dan turun lagi ke bawah.
"Kenapa, Den?" Tanya tukang urut.
"Ini, istri saya jatuh!"
"Aduh, hati-hati kalau mau bercinta, Den! Masa istrinya sampai jatuh. Ya, maklum sih pengantin baru, apa lagi Den Tristan kan, udah lama menduda ya? Haha... saya baru tahu kalau Den Tristan nikah lagi."
Tristan membelalakkan matanya, terkejut mendengar ucapan tukang urut. Salwa menahan senyum melihat ekspresi suaminya. Kemudian Tristan keluar dari kamarnya, karena saat ini Salwa hanya memakai sarung. Ia tidak ingin istrinya risih karena keberadaannya.
Tukang urut yang dipanggil dengan sebutan Mbok Mur itu pun mulai mengurut. Salwa memberi tahukan bagian yang ia rasakan sakit.
"Au...!"
"Maaf, Nyonya Muda! Ini harus dikerasin dikit mijitnya! Karena kalau tidak, nanti akan membengkak." Ujar Tukang urut saat mengurut bo*ong Salwa yang sebelah kiri.
Salwa pun menahan suaranya agar tidak keluar, meski rasanya sakit.
Tiga puluh dua menit kemudian, Salwa selesai diurut.
"Gimana, Mbok?" Tanya Tristan, saat Mbok Mur keluar dari kamarnya."
"Beres, Den! Nggak pa-pa kok, sudah saya lemesin. Bahkan saya juga sudah mengurut perutnya, biar cepet jadi Den Tristan junior, hehe....."
"Ada-ada saja kamu, Mbok!" Batin Tristan.
"Terima kasih, kalau begitu." Ucap Tristan.
Bi Eni memberikan yang amplop kepada Mbok Mur atas perintah Tristan.
Siang harinya. Setelah pulang sekolah Khumairah mencari keberadaan Bundanya.
"Abi, mana Bunda?"
"Bundamu sedang beristirahat, tadi jatuh!"
"Ira mau lihat Bunda!"
"Iya, boleh! Tapi sekarang biarkan Bundamu makan dulu ya?"
Khumairah mengangguk patuh.
Tristan sudah meminta tolong Bi Lastri untuk membawakan makanan Salwa ke kamar.
Akhirnya Khumairah masuk ke kamar Bundanya.
"Bunda, Bunda kenapa?"
"Jatuh, Sayang! Ira jangan suka lari-lari ya! Nanti kayak Bunda!"
"Iya, Bun! Bunda istirahat saja ya? Ira juga mau tidur siang. Cepat sembuh ya, Bunda! Emmuah..." Khumaurah mencium pipi Bundanya.
"Makasih, Sayang."
Setelah kepergian Khumairah dari kamarnya, Tristan mendekati Salwa.
"Gimana, apa sudah mendingan?"
"Lumayan, Mas! Aku mau shalat!"
"Hah? Bukankah kamu sedang halangan?"
"Sudah suci! Tadi aku sudah mandi wajib!"
"Oh..." Tristan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Salwa bangun dari perbaringannya.
"Pelan-pelan, Wa! Bisa jalan sendiri, nggak?"
"Bi-bisa kok!"
Salwa pun berjalan pelan masuk ke kamar mandi dan berwudhu'. Setelah itu ia shalat sendiri, karena Tristan sudah shalat. Setelah shalat ia berdo'a dan meminta kepada Tuhannya. Hal tersebut tidak luput dari pantauan Tristan. Setelah selesai semuanya, Salwa melipat mukenahnya.
"Mas, kamu nggak ke kantor?" Ia baru sadar kalau suaminya daritadi bersamanya.
"Nggak, tadi nggak jadi berangkat! Kenapa?"
"Ng-nggak! Nggak pa-pa sih!"
"Ya sudah, istirahat lagi!"
"Hem, baiklah!"
Salwa berbaring miring dan mencoba untuk memejamkan matanya.
Tristan memangku laptopnya dan bersembujur di samping Salwa. Beberapa menit kemudian, Tristan menoleh ke arah Salwa. Rupanya Salwa sudah tidur. Tristan menyunggingkan senyum melihat wajah polos istrinya. Iya mematikan laptop dan meletakkannya di atas nakas. Dengan dorongan yang kuat dari hatinya, Tristan memberanikan diri untuk mengecup bibir mungil Salwa. Rupanya ia sudah tidak tahan melihat bibir istrinya yang begitu menggoda.
Satu kali kecupan lolos.
Bersambung.....
...----------------...
Next ya kak....
Lanjut Baca ke 4...🤗🥰
Gina Ga Ketauan Iy...😅😅
Uda Dapat Restu...🤲🏻🤲🏻😘😘😍😍
Oleh² Khas Palembang 🤭😁