Rasa bersalah yang menjerumuskan Evelin, atlet renang kecil untuk mengakhiri hidupnya sendiri, karena sebuah kecelakaan yang merenggut nyawa seluruh keluarganya. Kesepian, kosong dan buntu. Dia tidak mengerti kenapa hanya dia yang di selamatkan oleh tuhan saat kecelakaan itu.
Namun, sebuah cahaya kehidupan kembali terlihat, saat sosok pria dewasa meraih kerah bajunya dan menyadarkan dia bahwa mengakhiri hidup bukanlah jalan untuk sebuah masalah.
"Kau harus memperlihatkan pada keluargamu, bahwa kau bisa sukses dengan usahamu sendiri. Dengan begitu, mereka tidak akan menyesal menyelamatkanmu dari kematian." Reinhard Gunner.
Semenjak munculnya Gunner, Evelin terus menggali jati dirinya sebagai seorang perenang. Dia tidak pernah putus asa untuk mencari Gunner, sampai dirinya tumbuh dewasa dan mereka kembali di pertemukan. Namun, apa pertemuan itu mengharukan seperti sebuah reuni, atau sangat mengejutkan karena kebenaran bahwa Gunner ternyata tidak sebaik itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elsa safitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sang Casanova
Setelah dia beranjak dari kolam, Andrew mendekat sambil membawa handuk kecil dan sebotol minum. Evelin tampak terkejut saat Andrew terlihat dari kejauhan. Ternyata pria itu masih tetap sama. Dia masih satu-satunya teman yang paling dekat dengan Evelin.
"Seperti biasa, kau sangat keren!"
"Haha.. aku tahu."
Evelin mulai mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Sementara itu, Gunner yang menonton mereka dari kejauhan tampak tidak nyaman. Entah apa yang pria itu pikirkan.
*
*
*
Setelah semua perlombaan selesai, Fanny dan perenang lain tampak antusias untuk pergi merayakan keberhasilan. Namun, Evelin menolak usulan itu. Dia lebih memilih untuk membantu mempersiapkan festival kembang api yang akan di gelar setiap akhir tahun di kampus Hamburg.
Dan alasan lain terletak pada dirinya yang gampang mabuk. Lebih baik melakukan sesuatu yang cukup bagus daripada harus mempermalukan diri dengan kebiasaan mabuk yang sangat buruk.
"Evelin, kau yakin tidak ikut? Kau pemeran utamanya di perta ini."
Ketua grup renang kembali memberi ajakan pada Evelin. Namun, gadis itu terus memberi jawaban yang sama bahwa dia tidak akan ikut serta dalam pesta perayaan itu.
"Ya sudahlah. Bantu senior untuk mempersiapkan festival dengan baik, oke?"
"Oke!"
Mereka pergi dengan mobil. Sementara itu, Evelin yang di tinggalkan sendirian di tempat parkir tampak mulai memesan taksi online.
*
*
*
Setelah kembali ke kampus, dia langsung pergi ke aula untuk membantu mempersiapkan festival tersebut. Di sana tidak ada pembagian perayaan seperti setiap jurusan, melainkan murni satu kampus yang akan merayakan. Bahkan, di saat festival kembang api itu mulai, semua penjuru Jerman akan merayakannya bersama.
"Wah, lihat atlet itu. Dia kembali dengan kemenangan!"
"Selamat, Evelin!"
"Evelin memang yang terbaik jika berada dalam air."
Dia banjir pujian tepat saat dia masuk ke pertemuan. Begitu banyak mahasiswa yang berkumpul disana. Namun, dia tidak melihat Gunner dimanapun. Dia hanya melihat Luke yang baru sampai dengan tergesa-gesa.
Mungkin pria brengsek itu sedang bermain dengan beberapa wanita sekarang. Lebih baik tidak memikirkannya untuk saat ini.
Dia mulai membantu beberapa senior di jurusan yang sama dengannya untuk membuat beberapa karangan bunga dari kertas. Karena kurangnya karton, dia harus membelinya di luar kampus.
"Evelin, bisa bantu aku membeli beberapa karton lagi? Ini masih kurang."
"Tentu."
Evelin pergi ke luar kampus seorang diri. Dia memang sulit berbaur dengan orang lain. Jadi, pergi sendiri kemanapun terasa lebih baik Menurutnya.
*
*
*
Setelah mendapat beberapa karton dengan warna yang berbeda, dia berlari untuk kembali ke ruang sebelumnya. Namun, saat dia melewati studio Gunner, dia mendengar suara wanita yang terengah-engah.
Dia terkejut dan mencoba berpikir positif bahwa dia hanya berhalusinasi. Jantungnya berdegup sangat cepat. Dia takut Gunner benar-benar melakukan sesuatu yang menjijikan di dalam kampus.
Saat suara itu kembali terdengar, tubuhnya bergerak dengan sendirinya ke arah pintu dan membukanya perlahan. Setelah pintu terbuka sedikit, dia bisa melihat Gunner yang sedang mencium seorang wanita di dalamnya. Dengan antusias wanita itu melingkarkan tangannya di leher Gunner, sementara Gunner memeluk pinggang dan menekan punggungnya.
Karena sangat terkejut, dia membola dengan mulut yang terbuka. Gunner memang di kenal sebagai seorang Casanova dan penggila wanita, namun pemandangan itu baru pertama kali dia lihat. Gunner yang begitu gigih melakukan ciuman terlihat berbeda dengan dirinya yang biasanya begitu lembut. Sikap dan perlakuannya sebelumnya, apa semua itu hanya sebuah lelucon? Dia tidak mengerti.
Saat Gunner membuka mata, dia sadar dengan kehadiran seseorang di balik pintu studionya. Yang dia lihat hanya sebuah karton merah yang menonjol dalam kegelapan. Dia tidak tahu bahwa seseorang itu adalah Evelin.
Dia lalu melepaskan wanita dalam pelukannya dan beralih pada seseorang yang berani membuka pintu dan mengintip. Dia mengusap bibir yang penuh lipstik lalu berjalan mendekat ke arah pintu.
Karena terkejut Gunner malah mendekat, Evelin berlari dan berakhir menjatuhkan satu karton dari tangannya. Dia berlari sangat cepat. Begitu Gunner membuka pintu, dia tidak mendapat wajah siapapun disana. Yang dia dapat hanya satu karton berwarna merah yang tergeletak di depan pintu.
Dia mengambil karton tersebut dan bergumam, "Siapa yang berani menyimpan karton disini setelah mengintip?"
Gunner melirik sekitar koridor, namun di sana benar-benar tidak terdapat satupun orang yang lewat. Dia menghela nafas berat, lalu kembali masuk ke dalam.
Sementara itu, Evelin yang panik akhirnya sampai ke aula dengan selamat. Dia memberikan karton itu pada senior. Saat senior itu menghitung kumpulan karton yang melingkar, dia merasa karton itu kurang.
"Maaf, senior. Stok karton warna merah sudah habis di tokonya."
"Begitu ya, baiklah. Segini cukup."
Semua mahasiswa yang sukarela datang ke kampus untuk mempersiapkan festival, kini mulai membuat beberapa rangkaian kembang api, bunga dan lampion. Di antara waktu itu, Gunner tiba-tiba datang dengan gulungan karton yang di katakan kurang beberapa saat lalu.
"Apa ini milik kalian?"
Dia menunjukkan karton tersebut. Semua orang serentak menoleh ke arahnya, termasuk Evelin. Dia tampak sangat terkejut dan membuang wajah ke samping dengan cepat.
"Gunner. Dari mana kau mendapat karton itu?"
"Seseorang menjatuhkannya di depan studio."
Saat Gunner menjawab, Evelin kembali di buat takut. Dia sangat gugup bahkan untuk melihat ke arah Gunner saja sudah terasa sangat malu.
"Terimakasih karena sudah mengantarkannya. Kita kekurangan karton untuk membuat bunga."
Gunner tidak membuat tanggapan. Setelah karton itu di ambil dari tangannya, dia melihat beberapa persiapan yang sudah selesai. Itu cukup bagus. Namun, ada sesuatu yang masih membuat dia penasaran. Dengan percaya diri dia bertanya, "Ngomong-ngomong, siapa yang tadi membeli karton?"
"Itu Evelin."