Shakila Anara Ainur adalah gadis yang sedang dalam proses hijrah.
Demi memenuhi permintaan wanita yang sedang berjuang melawan penyakitnya, Shakila terpaksa menjadi istri kedua dai muda bernama Abian Devan Sanjaya.
Bagaimana kehidupan Shakila setelah menikahi Abian? ikuti terus ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur Alquinsha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 : Mertua Abian
"Apa yang Anda lakukan?" Shakila yang tidak terima suaminya ditampar orang lain menghampiri tempat Abian dan wanita paruh baya yang sudah berani menampar suaminya itu.
"Shakila."
"Mba Shakila."
Abian dan Adam bicara bersamaan. Mereka terkejut melihat Shakila berjalan kearah wanita paruh baya yang sudah menampar Abian.
"Siapa kamu?" wanita paruh baya itu —Nyai Aisyah —ibu Zahra —menatap Shakila dengan tatapan tidak suka karena Shakila sudah berani meneriakinya.
"Adik saya," Abian dengan cepat bicara sebelum Shakila menjawab pertanyaan Nyai Aisyah.
Perkataan Abian membuat Shakila menghentikan langkahnya sebelum benar-benar menghampiri Nyai Aisyah. Shakila tidak menyangka suaminya mengakuinya sebagai adik.
"Adik? bukankah adik perempuanmu hanya Adiba? tapi sepertinya tadi saya dengar kamu memanggil nama lain? siapa tadi? Shakila?"
Nyai Aisyah mendekat kearah Shakila dan berniat melihat wajah dibalik burqa itu. Tapi Abian dengan cepat menarik Shakila untuk melindunginya.
"Dia adik sepupu saya, dan tolong jaga batasan Anda," ucap Abian mengingatkan karena nyai Aisyah hampir saja membuka burqa Shakila.
Shakila yang mendengar itu hanya bisa terdiam. Ia tidak menyangka suaminya benar-benar mengakuinya sebagai adik sepupu.
"Cih!" nyai Aisyah mendecih melihat wanita yang katanya adik sepupu Abian dari atas hingga bawah.
"Pakaiannya tertutup tapi berani sekali bersikap tidak sopan," setelah mengatakan itu Nyai Aisyah memilih masuk ke dalam ruangan Zahra untuk melihat keadaan putrinya.
Shakila yang masih tidak menyangka diakui sepupu masih terdiam. Ternyata perlakuan Abian terhadapnya selama ini bukan karena mereka suami-istri. Abian menganggapnya adik sepupu.
"Shakila, maaf. Tadi mas-"
"Sejak kapan aku jadi adik sepupumu?" tanya Shakila tidak terima.
Bukan tidak tahu diri sebagai istri kedua dan sebagai istri yang dinikahi karena istri pertamanya sakit, tapi Shakila merasa berhak untuk marah sekarang.
"Maaf, mas tadi terpaksa."
"Oke, baiklah. Aku mengerti," Shakila bersikap seolah-olah mengerti, padahal sebenarnya Ia tidak mengerti situasinya.
Wanita tadi mertua Abian yang terhormat dan gila hormat, istri seorang Kyai yang ingin semua orang menghormatinya. Shakila pasti akan menjadi bahan hinaan jika Nyai Aisyah tahu Shakila istri kedua Abian, madu putrinya.
"Aku kesini hanya untuk mengajak Khansa pulang."
"Shakila, sayang, tolong dengarkan mas dulu. Mas tidak bermaksud tidak mengakuimu."
"Iya, aku mengerti. Dimana Khansa?"
Abian hanya bisa beristighfar dalam hati mengetahui istrinya marah setelah diakui sepupu olehnya. Tapi Ia tidak marah dan sangat paham alasan dibalik kemarahan istrinya saat ini.
"Khansa tidak jadi ikut, ada nenek dan kakeknya disini. Kamu pulang ke rumah orang tua mas untuk sementara waktu."
"Kenapa harus pulang kesana?" tanya Shakila semakin dibuat kesal oleh suaminya itu.
Shakila tidak terlalu mendengarkan tentang nenek dan kakek Khansa karena terlalu emosi.
"Kamu pulang saja ke rumah orang tua mas dulu, nanti mas jemput dan menjelaskan semuanya," saat Abian berniat mencium kening Shakila di balik burqa untuk perpisahan, Shakila menghindar dan menolak dicium olehnya.
"Mau apa kamu? bukankah kita hanya saudara sepupu?"
Abian tetap tidak marah dan sangat mewajarkan sikap istrinya. Ia juga pasti akan marah jika Shakila ataupun Zahra tidak mengakuinya suami.
"Aku pulang sekarang," Shakila berbalik dan tidak berniat untuk menoleh sedikitpun pada Abian.
Nyai Aisyah diam-diam memperhatikan interaksi tidak biasa antara Abian dan Shakila dari dalam ruangan Zahra. Ia mencurigai Abian berselingkuh dengan perempuan pemakai burqa itu.
"Siapa perempuan yang bersama suamimu itu? apa benar adik sepupunya?" tanya Nyai Aisyah pada Zahra sambil tidak berhenti memperhatikan dua orang yang berada diluar ruangan putrinya.
Zahra menatap keluar jendela. Dengan ragu Ia menjawab, "iya, dia adik sepupu mas Abian."
Sebagai seorang ibu, Nyai Aisyah merasa bahwa putrinya sedang berbohong sekarang. Ia yakin perempuan itu bukan adik sepupu Abian. Apalagi saat melihat Abian berjalan mengejar perempuan itu.
"Aku akan mencari tahu siapa perempuan itu," janjinya.
Kembali lagi keluar ruangan Zahra. Sebenarnya Abian tidak mengejar Shakila, Ia hanya menghampiri Adam untuk menitipkan Shakila pada adiknya itu.
Abian tidak bisa membiarkan Shakila pulang ke rumah mereka karena mertuanya pasti akan menginap selama beberapa hari. Apalagi mertuanya sekarang sudah tahu tentang penyakit Zahra.
"Mas titip mba Shakila sampai mertua mas pulang ke Surakarta," ucap Abian pada Adam. Sementara Shakila sudah duluan pergi ke mobil.
Abian belum tahu kapan mertuanya akan pulang ke Surakarta. Tapi yang terpenting adalah Ia harus mengamankan Shakila dari mertuanya.
Abian sangat mengenal tabiat mertuanya. Kata buah tidak jatuh jauh dari pohonnya tidak berlaku untuk Nyai Aisyah dan Zahra.
Zahra baik, rendah hati dan tidak sombong, tapi Nyai Aisyah kebalikan dari Zahra. Bahkan, dulu Abian hampir tidak direstui menikah dengan Zahra karena Abian dianggap tidak pantas.
"Kenapa mas tidak memberitahu mba Shakila soal mertua mas?"
Abian menghela nafas sejenak, "kamu tidak lihat mba mu tadi?"
"Ya wajar sih, kenapa juga mas mengakui mba Shakila adik sepupu? istri adik sepupu kita maksudnya? kita kan tidak punya adik sepupu perempuan!"
"Mas terpaksa-"
"Baiklah, aku akan menjaga mba Shakila sampai mertua mas pulang ke Surakarta. Nanti mas langsung jemput saja mba Shakila ke rumah orang tua kita."
Adam menyela karena tidak ingin mendengar kakaknya beralasan. Ia gregetan pada kakaknya yang seakan susah sekali memberikan penjelasan. Entah karena tidak ingin menjelekkan mertuanya atau apa.
Padahal, Abian tinggal mengatakan betapa buruknya mertuanya supaya Shakila mengerti.
"Hati-hati saja mba Shakila benar-benar menjadi adik sepupu mas," Adam menatap Abian seolah mengisyaratkan sesuatu.
Mereka memiliki adik sepupu yang belum menikah dan sering datang mengunjungi orang tua mereka. Ada kemungkinan Shakila benar-benar menjadi adik sepupu mereka jika Abian terlalu lama menjemputnya.
"Mereka terlalu kecil untuk mba Shakila."
"Mas lupa Rasulullah saja menikah dengan yang lebih tua lima belas tahun darinya?"
-
-
Shakila membuka lembaran setiap lembaran buku yang Ia bawa dari butik tanpa membacanya. Ia masih kesal karena Abian tidak mengakuinya istri dan sekarang Abian malah memintanya tinggal di rumah mertuanya.
"Wanita tadi mertua mas Abian," ucap Adam memberitahu berharap hal itu bisa mengobati kekesalan dalam diri Shakila saat ini.
Adam ingin membiarkan Abian menjelaskannya sendiri, tapi Ia tidak tega melihat Shakila.
"Mertua mas Abian tidak tahu mas Abian menikah lagi, itu sebabnya mas Abian tidak mengakui mba istri."
Sesuai harapan, kekesalan Shakila berkurang setelah mengetahui alasan suaminya tidak mengakuinya istri.
"Kenapa mas Abian tidak memberitahuku?" pikir Shakila.
Padahal, tadi Shakila sendiri yang menolak mendengarkan penjelasan.
"Untuk sementara mba akan tinggal di rumah kami karena kemungkinan mertua mas Abian akan menginap di rumah kalian," jelas Adam lagi.
Adam begitu pengertian memberikan penjelasan yang tidak bisa kakaknya lakukan.
"Oke, baiklah. Mba mengerti."
trus lanjutan sugar mommy knp gk lanjut kk