Marriage Is Scary...
Bayangkan menikah dengan pria yang sempurna di mata orang lain, terlihat begitu penyayang dan peduli. Tapi di balik senyum hangat dan kata-kata manisnya, tersimpan rahasia kelam yang perlahan-lahan mengikis kebahagiaan pernikahan. Manipulasi, pengkhianatan, kebohongan dan masa lalu yang gelap menghancurkan pernikahan dalam sekejap mata.
____
"Oh, jadi ini camilan suami orang!" ujar Lily dengan tatapan merendahkan. Kesuksesan adalah balas dendam yang Lily janjikan untuk dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma Syndrome, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kita Mulai dari 0
Pagi itu, sinar matahari menyusup lembut melalui jendela rumah Isaac dan Lily, menandakan awal yang baru. Setelah beberapa minggu pemulihan dan upaya memperbaiki hubungan mereka, pagi ini terasa istimewa karena akhirnya Lily kembali bekerja.
Isaac, yang kini bekerja sebagai manajer di sebuah perusahaan pengembang aplikasi bernama InterTech Solutions, juga sedang bersiap untuk hari yang penuh semangat.
Isaac sudah bangun lebih awal, membereskan rumah dengan cekatan. Sementara itu, di dapur, Lily tampak fokus memasak sarapan sederhana, roti panggang dengan telur dan salad. Suara panci dan alat masak lain bergema lembut di dapur, dan aroma sarapan memenuhi rumah, menciptakan suasana yang nyaman. Sesekali, Isaac melirik ke arah Lily dengan senyum hangat.
“Besok hari libur, kamu pengen kemana” tanya Isaac sambil menyeka meja.
Lily menggeleng cepat, dia sendiri bahkan belum memikirkan ingin kemana.
“Aku belum tau, Sayang.”
“Nanti aku pikirin, aku pengen sesuatu yang berbeda,” kata Isaac dengan senyum penuh arti.
Setelah menyelesaikan sarapan dan membersihkan peralatan dapur, keduanya bekerja sama membereskan sisa pekerjaan rumah. Isaac membantu menyapu lantai, sementara Lily membersihkan meja dan merapikan ruang tamu. Kerja sama mereka membuat pekerjaan selesai tepat waktu, meninggalkan rumah yang rapi dan terasa nyaman.
Keduanya berjalan berdampingan menuju mobil, dan sebelum berangkat, Isaac membuka pintu mobil untuk Lily, seolah ingin memperlakukan Lily seperti seorang ratu. Lily tersenyum kecil, merasa sangat dihargai.
Jika awalnya Lily berangkat ke kantor seorang diri dan meninggalkan Isaac yang masih tertidur, kini dia berangkat ke kantor bersama Isaac. Saat pulang, Isaac akan menjemputnya dan menunggu di parkiran dengan sabar. Persis seperti awal pernikahan mereka.
Di dalam mobil, Lily membuka novel favoritnya, dan mulai membaca beberapa halaman sambil tersenyum kecil. Tangannya yang kanan digenggam erat oleh Isaac, yang sesekali meliriknya penuh perhatian. Sesekali, mereka bercakap tentang pekerjaan yang akan mereka hadapi hari ini.
“Gimana rencana kerja kamu di InterTech Solutions, Sayang? Banyak proyek baru?” tanya Lily sambil menutup novelnya sejenak.
“Iya, kita lagi ngembangin aplikasi baru, semoga menarik minat banyak pengguna. Masih dalam tahap desain dan perencanaan, tapi aku senang dengan kemajuannya,” jawab Isaac, matanya berbinar penuh antusias.
“Dan kamu, Lily? Aku yakin kamu pasti akan tampil luar biasa hari ini.”
Lily tersenyum mendengar keyakinan di suara Isaac. “Aku akan berusaha sebaik mungkin. Aku ingin menunjukkan pada semuanya kalau aku masih bisa diandalkan.”
Saat mobil mereka sampai di depan gedung kantor tempat Lily bekerja, Isaac menepikan mobil dengan hati-hati. Sebelum Lily turun, Isaac menatapnya dengan penuh kasih sayang, lalu mengecup keningnya lembut.
“Semangat, Sayang. Aku tahu kamu akan melakukan yang terbaik,” bisik Isaac.
Lily tersenyum, lalu membalas kecupan Isaac dengan mencium pipinya. “Kamu juga, Sayang. Semangat di proyek barumu.” Mereka saling tersenyum sebelum Lily akhirnya turun dari mobil dan berjalan menuju kantor dengan penuh percaya diri.
Pagi itu begitu cerah, sinar matahari menyapa dengan hangat, seolah memberkati hari baru Lily. Langkahnya terasa ringan, dan dia tak bisa berhenti tersenyum saat memasuki kantornya.
Rasanya semua beban dan masalah yang sempat membelenggunya kini mulai menghilang. Ketika dia mencapai meja kerjanya, beberapa rekan kerjanya menyambutnya dengan ramah, tampak senang melihatnya kembali.
Hari itu berjalan dengan lancar. Lily bekerja dengan penuh konsentrasi, menjalankan tugasnya dengan teliti dan rapi. Sikap profesionalnya yang lama kembali, dan aura percaya diri mulai mengalir dalam setiap gerakannya.
Saat jam makan siang tiba, Hilmi, atasannya, mendekatinya dengan sebuah senyuman.
“Lily, kerja bagus hari ini,” puji Hilmi. “Saya senang melihat kamu kembali seperti semula.”
Lily merasa tersentuh mendengar pujian itu, menyadari bahwa kerja keras dan semangatnya hari ini tidak sia-sia. “Terima kasih, Pak Hilmi. Saya akan terus berusaha,” jawabnya dengan senyum tulus.
Tak jauh dari meja Lily, Agatha, sahabatnya, memperhatikan dari kejauhan dengan perasaan lega. Dia mendekati Lily saat kesempatan datang.
“Lily, kamu benar-benar keren. Aku senang akhirnya kamu kembali. Semoga Isaac benar-benar berubah,” ujarnya sambil tersenyum penuh harap.
Lily mengangguk sambil menatap sahabatnya. “Iya, Agatha. Isaac udah berubah banyak. Kita emang lagi memperbaiki banyak hal.”
Agatha tersenyum bahagia, lalu menggenggam tangan Lily. “Kamu layak bahagia, Lily.”
Lily merasa semakin bersemangat. Kehangatan yang diberikan Isaac dan dukungan dari sahabatnya memberikan kekuatan baru dalam menjalani hari. Mereka berdua tertawa bersama, mengenang masa-masa sulit yang pernah mereka lalui.
Saat Lily kembali bekerja dengan fokus dan dedikasi, perasaannya terasa semakin ringan, seolah hari ini adalah awal baru yang penuh harapan. Kembali ke pekerjaannya yang dia cintai, dikelilingi oleh orang-orang yang peduli padanya, serta memiliki dukungan penuh dari Isaac, membuatnya merasa utuh dan kuat.
Di sudut hatinya, Lily bersyukur karena dirinya tidak menyerah dan terus berjuang demi kehidupannya yang lebih baik.
Sementara itu, di tempat yang berbeda, Lisa duduk di depan komputer sambil memandangi layar tanpa berkedip. Dia tersenyum miring saat melihat tulisan INK TV. Dia tidak menyangka jika pria yang dia goda, bahkan pernah tidur dengannya adalah pewaris tunggal.
“Isaac, aku pasti dapetin kamu!” ucap Lisa mantap.
Beberapa minggu ini Lisa tidak pernah melihat Isaac di Virgo club lagi. Bahkan saat bertanya kepada sahabat Isaac, Calvin dan Lucas, Lisa tidak mendapat jawaban sama sekali.
Tapi, satu hal yang Lisa tahu, ternyata Isaac sudah memiliki istri. Dia tahu dari mulut Calvin saat Lisa mendesak Calvin untuk memberi tahu keberadaan Isaac.
“Ck, jadi selama ini aku cuma pelariannya dia?” kata Lisa sambil berdecak sebal. Dia mendengus kesal karena merasa di sepelekan oleh Isaac.
Mulut manis Isaac benar-benar menjengkelkan bagi Lisa. Semua janji yang diberikan Isaac kepadanya ternyata hanya omong kosong belaka.
Suara pintu terbuka membuat Lisa terkejut. Dia tahu persis siapa yang datang.
“Sayang, aku bawain makan siang,” ujar Aldo, pacar Lisa, sambil duduk dikursi dan menyiapkan makan siang untuk Lisa.
“Kenapa lama banget, sih?” kesal Lisa sambil berjalan kearah Aldo, lalu duduk di sampingnya.
Aldo memeluk Lisa dengan erat, lalu berkata, “maaf sayang, tadi ada urusan sebentar,” ucapnya sambil mengelus punggung Lisa dengan lembut.
Aldo dan Lisa sudah berpacaran sejak satu tahun yang lalu. Selama ini, Aldo yang merawat Lisa dan memenuhi semua kebutuhannya.
Sebelum bertemu dengan Aldo, Lisa di rawat oleh bibinya karena kedua orang tuanya tidak tahu dimana. Dia ikut bersama bibinya hingga lulus kuliah. Setelah lulus kuliah, Lisa memilih untuk tinggal sendiri dan akhirnya bertemu dengan Aldo.
Aldo melepas pelukannya dan mempersilahkan Lisa makan. Dia sangat menyayangi Lisa dan rela melakukan apa saja demi kebahagiaan Lisa. Bagi Aldo, Lisa adalah segalanya.
kenalin yahhh aku author baru 🥰
biar semangat up aku kasih vote utkmu thor