OH MY KANAYA

Kanaya menoleh pada Adam ketika Adam kembali dari toilet begitu pun dengan Kayana. Kayana malah bersikap dingin dengan pria itu.

“Ku pikir Kakak sendirian !” kata Kayana

Kanaya menggelengkan kepalanya, dan kemudian tersenyum pada adik bungsunya itu.

“Adam, ini adik Ku Kayana !” Kanaya memperkenalkan Adam dengan Kayana, dimana Kanaya tidak tahu kalau Adam dan Kayana sudah saling mengenal.

“Senang bertemu dengan mu, Kayana !” sapa Adam pura-pura tidak tahu sedangkan Kayana hanya diam memperhatikan pria yang duduk di hadapannya itu, entah apa yang di pikirkan Kayana yang jelas ia hanya tidak ingin Kanaya terluka untuk kedua kalinya.

Adam kemudian mengiris steak di piringnya dan kemudian menukarkan piringnya dengan Kanaya.

“Makanlah.” Ucap Adam dengan lembut.

“Terimakasih !” balas Kanaya

Kayana hanya melihat itu dengan perasaan dongkol, jika ia tahu Kakaknya tengah bersama pria menyebalkan di hadapannya tersebut, mana mau ia ikut bergabung dan hanya seperti menjadi obat nyamuk di antara mereka.

“Sial !” ucap Kayana dalam hati.

“Kau tidak memakan makanan mu ?” tanya Adam basa basi.

“Tidak ! Aku kenyang ! Aku mau pergi ke suatu tempat !” balas Kayana tanpa ekspresi pada Adam.

“Kau mau kemana ?” tanya Kanaya

“Teman Ku menunggu Ku.” Balas Kayana

“Ya sudah, hati-hati di jalan !” kata Kanaya

“Hem…Aku pergi dulu Kakak !” ucap Kayana pamit pergi.

Setelah kepergian Kayana, Adam dan Kanaya melanjutkan acara makan mereka. Setelah selesai, Adam mengantarkan Kanaya pulang ke mansion kedua orang tuanya.

“Kau tidak menawari Ku masuk ke dalam ?” kata Adam

“Lain kali saja !” jawab Kanaya lembut.

Adam hanya bisa mendengus, padahal ia masih ingin berlama-lama dengan Kanaya.

“Kedua orang tua Ku sangat menjunjung tinggi sebuah kehormatan anak-anaknya, jika Kau ingin selalu ingin kemari, setidaknya Kau harus bisa memenangkan hati Papa Ku terlebih dahulu.” Kata Kayana kembali berucap.

Adam hanya diam mendengarkan,

“Maksud mu Aku harus meminta restu ?” kata Adam, dan Kanaya hanya bisa mengangkat bahunya sebagai bentuk jawaban.

Adam hanya bisa melihat punggung Kanaya menghilang di balik pintu rumah, ketika wanita yang ia cintai itu sudah masuk ke dalam rumahnya. Adam kemudian menarik sudut bibirnya membentuk senyuman ketika mencerna ucapan Kanaya barusan.

“Memenangkan hati Papanya ? Sama saja dengan minta restu untuk menikahinya, kan ?” ucap Adam seorang diri.

“Dasar orang gila !”

celetuk seseroang dari belakang Adam ketika Adam tengah berada di mobil dimana kaca mobil Adam tidak tertutup.

Adam sontak langsung menoleh melihat siapa yang telah memakinya.

“Apa Kau kurang kerjaan, sampai selalu ingin memusuhi Ku ?” sahut Adam

“Memusuhi mu ? Hahaha…Tidak penting sekali !” kata Kayana

Adam hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sifat Kayana yang berbanding terbalik dengan Kanaya.

“Aku ini calon Kakak ipar mu, jadi berbaik hatilah.” Kata Adam dengan santainya, yang membuat Kayana langsung tertawa.

“Hahaha !”

“Calon Kakak ipar ?!”

“Bye calon kakak ipar !” ejek Kayana kemudian pergi meninggalkan Adam seorang diri yang tengah merasa terhenyak dengan sikap Kayana barusan.

“Dia menertawakan Aku ! Sialan ! Berani sekali dia dengan keturunan De Costa ! Kalau dia bukan adiknya Kanaya pasti sudah ku robek kan mulutnya yang jahanam itu !” ucap Adam kesal kemudian ia menyalakan mobilnya pergi dari lingkungan mansion keluarga Abraham.

Kanaya yang hendak masuk ke kamarnya, ia kemudian di panggil oleh Papanya.

“Kanaya ?”

“Papa.”

“Ikut Papa sebentar !” ucap Kaisar berjalan menuju ruang kerjanya dan Kanaya mengekor di belakangnya.

Kaisar memberikan berkas pada Kanaya dan Kanaya membacanya dengan teliti.

“Papa…ini..”

“Hibur dirimu, Nak ! Papa tidak ingin Kau berlarut dalam kesedihan. Bukalah lembaran baru, dan mulai lah hidup dengan penuh warna.” Kata Kaisar, ia begitu menyayangi Kanaya lebih dari apapun.

“Papa…” Kanaya merasa terharu dan ingin menumpahkan air matanya.

“Mulai minggu depan, Papa ingin Kau yang mengurusnya bersama Kaysan. Papa sudah menua, Papa hanya ingin menghabiskan waktu menjadi dokter dan berada disamping Mama mu,” kata Kaisar.

Ia menyerahkan kepemimpinan perusahannya pada Kaysan dan Kanaya. Ia yakin kedua anaknya itu bisa mengurusnya dengan baik dan saling bekerja sama.

“Tapi Aku tidak punya pengalaman, Pa !” kata Kanaya

“Kau dan Kaysan bisa belajar, ada Opa Devan yang siap membantu mu, dan juga Papa !” kata Kaisar lagi memberikan semangat pada putrinya itu.

“Maafkan Kanaya Pa.” lirih Kanaya, ia merasa bersalah karena dulu telah berani menentang Papanya hanya karena cintanya pada Adrian.

“Anak-anak terkadang melakukan kesalahan agar mereka tumbuh dewasa dalam berpikir dan membedakan mana yang sebenarnya baik dan buruk baginya. Papa memaklumi mu, Papa selalu memaafkan mu.” Ucap Kaisar membawa Kanaya dalam pelukannya, dan Kanaya menangis dalam pelukan sang Papa.

Tak lama, Kayra datang dan tersenyum melihat pemandangan yang sudah lama tak ia lihat sejak Kanaya memutuskan untuk pergi dari mansion.

“Mama !”

Kanaya melepaskan pelukannya pada Papanya dan beralih memeluk Mamanya. Meskipun Kayra bukan lah ibu kandungnya, tapi tak dapat di pungkiri bagi keduanya, karena mereka telah bersama sejak Kanaya berumur satu tahun.

“Sudah lama Mama tidak memeluk mu, kapan ya…kalau tidak salah sejak Kau sudah masuk SMA.” Kata Kayra bersuara.

“Mama…” lirih Kanaya ia tak mampu lagi berkata apa-apa, yang jelas ia sangat bersyukur masih memiliki orang tua yang begitu lengkap, begitu menyayanginya dengan tulus.

...****************...

Sorry ya gaes...baru muncul..aku baru selesai urusan di sekolah..biasalah tugas akhir tahun harus ngurusin ujian semester, rekap nilai..administrasi dan lain-lain. Kali ini aku benar-benar bakalan selesaikan novel ini..mohon maaf ya gaes kalo kalian kesel kelamaan nunggunya..hehehe harap maklum ya..🤣🙏🏻