Aluna mencintai Erik pada pandangan pertama. Pada pria yang berprofesi sebagai asisten pribadi kakak iparnya tanpa peduli pria itu sudah memiliki seorang tunangan. Terlebih tunangan Erik adalah wanita yang telah menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan mantan tunangannya dulu yang bernama, Nick.
Rasa cinta dan dendam yang dirasakan Aluna, membuat wanita itu bertekad untuk merebut Erik.
Dengan kecerdikan dan sifat manipulatifnya ia berhasil merebut Erik, dan menjadikan pria itu sebagai suami sekaligus asisten pribadinya.
Bagaimana kisah rumah tangga Aluna dan Erik? Apakah akan berlangsung selamanya ataukah kandas?
Erik yang masih mencintai tunangannya, akankah bertekuk lutut pada Aluna? Atau sebaliknya, Aluna akan lelah berjuang dan melepaskan Erik?
Follow
Ig mom_tree_17
Tik Tok Mommytree17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy tree, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"What, tadi dia bilang apa?" tanya Erik pada dirinya sendiri.
Sungguh ia tak percaya dengan apa yang didengarnya. Belum juga bekerja, gajinya sudah ingin dipotong oleh Aluna.
"Cepat Erik!" Aluna yang kembali kedalam kamar, menatap tajam suaminya dengan mengintimidasi.
Erik yang panik segera mengambil semua perlengkapan yang sudah dipersiapkan, lalu bergegas keluar dari dalam kamar.
Sungguh Erik tak menyangka, seorang Aluna Ricardo yang selalu bersikap konyol akan sangat tegas jika berurusan dengan pekerjaan. Dan itu terbukti, karena selama dua hari mereka berada di Bandung wanita itu benar-benar bersikap profesional. Bahkan Aluna memarahinya jika ia melakukan kesalahan, dan tanpa rasa sungkan menyuruhnya ini dan itu.
Erik benar-benar menjadi seorang asisten Aluna Ricardo, mengerjakan semua pekerjaan atas perintah wanita itu tanpa boleh mengeluh sama sekali. Tapi disaat malam hari setelah pekerjaan selesai, baru Erik bisa membalas semua perlakuan Aluna dengan menjadikan wanita itu asistennya, menyuruh ini dan itu meskipun selalu berujung dengan kegagalan. Seperti saat ia meminta dibuatkan teh dari tangan Aluna sendiri, wanita itu justru membuat teh dengan rasa asin karena salah memasukkan gula dengan garam.
"Semua sudah lengkap?" tanya Aluna yang kini tengah dalam perjalanan kembali ke hotel pusat yang ada di Jakarta.
"Sudah." Erik memeriksa kembali semua dokumen penting milik Aluna.
"Oh ya, nanti malam bersiaplah!"
Erik mengerutkan keningnya dengan bingung, karena seingatnya tidak ada jadwal pertemuan penting dengan klien untuk nanti malam.
"Unboxing aku," ucap Aluna kembali dengan tersenyum menggoda, sedangkan yang digoda justru menelan salivanya susah payah. "Aku sudah tidak sabar, sayang."
Karena selama dua hari di Bandung, Aluna tidak bisa bermesraan dengan Erik. Ia harus mengajari sang suami seluk beluk hotel miliknya, agar pria itu bisa cepat dalam bekerja.
Erik sendiri memilih diam tak menanggapi perkataan Aluna. Karena ia sudah mengatakan dengan sangat jelas saat di Bandung, bahwa tidak ada hubungan *** di dalam pernikahan mereka.
Dan untung saja mobil yang ditumpanginya sudah sampai di hotel, hingga pembicaraan urusan pribadi mereka tidak diteruskan. Baik Aluna maupun Erik kembali bekerja dengan sangat profesional, mengesampingkan status mereka sebagai pasangan suami-istri.
Pasangan yang selalu berdebat layaknya Tom and Jerry itu tenyata bisa sangat kompak dalam urusan pekerjaan. Dan satu lagi yang baru diketahui Erik selama tiga hari ini menemani Aluna, ternyata wanita itu selalu berteriak dengan tiba-tiba hanya karena lelah atau mengalami sebuah kebuntuan.
Seperti saat ini, Aluna tengah berteriak disaat Erik tengah mengecek laporan yang ditugaskan Aluna.
"Nona, Anda kenapa?" tanya Erik dengan jengah, karena sudah dua kali Aluna berteriak tidak jelas.
Bukan apa-apa, tapi Erik selalu terkejut saat mendengar suara teriakan Aluna. Ia takut tiba-tiba jantungnya berhenti berdetak hanya karena teriakan wanita tersebut.
"Kepala ku lelah, tubuhku pusing. Lebih baik kita pulang," ucap Aluna sembari mengambil ponselnya yang ada di atas meja.
"Kau pulang saja duluan, aku belum selesai memeriksa laporannya."
"Sudah tinggalkan saja, besok bisa diteruskan."
Aluna ingin ditemani Erik, karena tubuhnya benar-benar tidak enak karena kelelahan setelah dari Bandung langsung kembali bekerja di hotel pusat.
"Tapi Nona,..."
"Aku bilang pulang! Kalau tidak ingin gajimu dipotong dua puluh persen."
Erik pun mau tidak mau mengikuti kemauan Aluna, berjalan dibelakang wanita itu setelah merapihkan dan membawa laporan yang sedang dikerjakannya untuk diteruskan nanti di apartemen.
Setelah sampai dilantai satu, dengan sigap Erik mempersilahkan Aluna untuk keluar dari dalam lift lebih dulu.
"Erik..." sapa seseorang.
Deg.
Baik Aluna maupun Erik menatap pada sosok yang memanggil tersebut. Menatap pada seorang wanita cantik yang berjalan dengan langkah lebar dan senyuman yang terpatri dibibir wanita tersebut.