Demi menyelamatkan nama baik keluarganya, Audrey dipaksa menggantikan adik tirinya untuk menikahi Asher, seorang tuan muda yang dikenal cacat dan miskin. Audrey yang selama ini dianggap anak tiri yang tidak berharga, harus menanggung beban yang tak diinginkan siapa pun.
Namun, hidup Audrey berubah setelah memasuki dunia Asher. Di balik kekurangan fisiknya, Asher menyimpan rahasia besar yang bahkan keluarganya sendiri tak pernah tahu. Perlahan, Audrey mulai menyadari bahwa suaminya bukan pria biasa. Ada kekuatan, kekayaan, dan misteri yang tersembunyi di balik sosok pria yang diabaikan itu.
Ketika rahasia demi rahasia terungkap, Audrey mendapati dirinya terjebak di antara cinta, intrik, dan bahaya yang tak pernah ia bayangkan. Siapkah Audrey menghadapi kenyataan tentang Asher? Dan apakah takdir yang mempertemukan mereka adalah kutukan atau justru anugerah terbesar dalam hidupnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qaeiy Gemilang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Jahat Ibu & Anak
“Tolong lepaskan aku! Hei... Siapa namamu? Aku mohon, aku phobia dengan tempat gelap!” Audrey menjerit-jerit saat Franklin menyeret tangannya dengan kuat melewati lorong gelap dengan cahaya lampu temaram.
Franklin menghela nafas berkali-kali saat dirinya harus berlaku kasar kepada Audrey. Samuel tahu, jika Audrey adalah wanita yang lembut dan hanya menjadi korban dari Ibu tirinya. Namun perintah Asher membuat dirinya harus berlaku tega kepada Audrey.
“Nyonya, maafkan aku jika harus menyeretmu seperti ini. Nyonya bersabarlah, tuan hanya emosi sesaat karena masa lalunya yang kelam membuat dia seperti itu,” ucap Franklin dengan sesal.
“Masa lalu? Apakah ini menyangkut Eadric?” tanya Audrey dengan wajah ingin tahu.
Franklin menghentikan langkahnya lalu menatap ke arah Audrey.
“Sebenarnya, tuan adalah pria yang baik dan penuh perhatian. Sejak ibunya meninggal, dia berubah saat orang-orang yang dia kasihi tega mengkhianatinya. Dari itu, tuan akan sangat marah jika dirinya dibohongi. Percayalah, Nyonya, tuan peduli padamu. Dia berlaku seperti itu karena Nyonya benar-benar berarti untuknya, dan merasa sangat kecewa dengan kebohongan yang Nyonya lakukan. Aku akan menjelaskan kepada tuan dengan pelan,” ucap Franklin.
“Tapi, aku tidak mengerti. Apa yang sebenarnya dilakukan oleh keluarga Eadric pada Asher?” Audrey bertanya bingung, memandang Franklin dalam suasana merenung.
Franklin menghela napas dalam-dalam. “ Tuan adalah korban dari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh keluarga Eadric. Mereka telah menjebak tuan di suatu masa lalu dan membuat hidupnya hancur. Tuan memutuskan untuk menyembunyikan rahasia ini, tetapi dia tidak bisa melupakan kejadian yang membuat hidupnya menjadi kelam,” jelas Franklin.
Audrey merenung sejenak, menatap langit-langit gelap saat mereka melintasi lorong bawah tanah. “Apa aku bisa membantu Asher?” tanya Audrey.
Franklin mengangguk dan tersenyum lembut. “Tentu, Nyonya bisa membantunya dengan memberinya kepercayaan. Asher membutuhkan seseorang yang memahami dan mendukungnya dalam masa-masa sulit seperti ini,” jawab Franklin.
“Apakah aku bisa bertemu dengannya dan menjelaskan semuanya? Karena dia hanya ingin kejujuran dariku, kan?”
Franklin menggeleng. “Emosi tuan saat ini belum stabil. Anda hanya akan menerima siksaan jika nekad menemuinya. Jadi sekarang, ikut aku ke ruang bawah. Anda harus percaya, tuan akan menemuimu jika tuan merasa lebih baik.”
Audrey mengangguk saat mendengar penjelasan Franklin. Dengan keadaan terpaksa, Audrey pun mengikuti kemana langkah kaki Franklin berjalan.
Sesampainya di penjara ruang bawah tanah yang mengerikan, Franklin membuka pintu besi dan mempersilahkan Audrey masuk. Audrey merasa ngeri, saat melihat kondisi ruangan yang akan menjadi tempat tidurnya malam ini.
“Aku akan meminta Kane untuk mengobati tanganmu, Nyonya. Dan meminta beberapa pelayan untuk mengantarkan makanan untukmu,” ucap Franklin dengan ramah.
Audrey mengangguk, sambil menatap sekeliling ruangan yang gelap dan dingin disertai aura yang terasa mencekam. Audrey merasa takut dan terisolasi di tempat seperti penjara itu.
‘Ini hanya salah paham. Kuharap aku dapat meyakinkan Asher jika apa yang dipikirkan oleh pria itu tidaklah benar. Bahwa aku memang tidak ada niat menyakiti hatinya atau mengecewakannya,’ Audrey membatin setelah Franklin meninggalkannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Aaarrgghh!” Asher berteriak, dia menjerit histeris. “Prang!” guci dan perabotan di dalam ruangan kerja itu tercerai berai saat Asher menghempaskan tinjunya melampiaskan kekecewaan dari apa yang dia terima.
Pria itu terduduk dengan kepala tertunduk, tangannya terkulai di atas kedua lutut yang tertekuk. Darah, menetes dari tangan yang luka akibat goresan pecahan kaca.
“Sialan, kenapa aku harus selalu bertemu dengan orang-orang seperti keluarga Eadric? A... Aku kira aku sudah jatuh hati dengan wanita itu, nyatanya dia benar-benar mengecewakan, dia sudah berani menipuku!” gerutu Asher, saat marah dan frustrasi sedang mengendalikan dirinya, dia merenung tentang apa yang baru saja terjadi.
Asher merasa pengkhianatan yang begitu dalam, yang membuatnya merasa kesepian dan terisolasi. Dia takut bahwa semua yang dia cintai akan berkhianat.
“Audrey, aku tahu jika Ibunya telah meninggal. Tapi, kenapa selama ini kau membohongiku? Seharusnya aku membunuhmu saat mengetahui kau menipuku. Tapi, kenapa aku malah menikmati permainanmu?” gerutu Asher penuh emosi.
Saat Audrey mengatakan jika ia pergi ke peringatan kematian ibunya, Asher mulai menyelidiki siapa Audrey. Saat melihat bukti yang diberikan Franklin, Asher seketika hancur.
“Hal yang paling menyakitkan. Ketika kau telah mempunyai rasa terhadap seseorang, namun orang itu membohongimu. Itu sakit, Audrey.”
Di depan pintu ruangan Asher, Kane dan Luwan tampak ketakutan saat mendengar suara teriakan dan benda-benda pecah dari dalam ruangan itu. Membuat mereka harus berpikir dua kali untuk masuk ke dalam ruangan tersebut.
“Luwan, bagaimana ini? Apakah kita harus masuk menenangkan tuan?” tanya Kane sambil membawa nampan berisi obat yang harus diminum oleh Asher.
Luwan menggeleng pada Kane. “ Kita harus memberikan waktu pada Asher untuk meredakan emosinya terlebih dahulu. Apa kamu mau, jika guci melayang di wajahmu?”
“Tapi, aku khawatir dengan kondisi tuan. Bagaimana jika pria di dalam sana tiba-tiba mati?”
“Hus... Kalau tuan mati, siapa nanti yang akan menyelesaikan masalah ini? Kita harus tetap tenang dan menunggu setidaknya beberapa saat. Saat ini tuan sedang dalam kondisi yang sangat buruk, dia perlu meredakan emosinya terlebih dahulu,” jawab Luwan dengan bijak.
Kane mengangguk paham, ia lalu meninggalkan nampan obat di depan pintu ruangan Asher, sambil tetap memperhatikan kondisi indera pendengarannya agar bisa segera bertindak saat Asher membutuhkan bantuan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
“Ibu, kenapa setelah pertemuan ayah dan Asher, ayah menjadi berubah?” tanya Callie saat dirinya kini sedang menemani ibunya di atas balkon.
Brianna yang sedang membaca majalah pun menjawab dengan nada ketus, “ayahmu sekarang menyesal karena bukan kamu yang menikah dengan Asher. Tapi si bodoh Audrey !”
Callie terkejut mendengar jawaban ibunya itu. Bukankah ayah yang meminta aku untuk menikah dengan Willie? Mengapa sekarang malah terbalik. Dan seandainya Callie tidak menikah dengan Willie, Callie pun tidak sudi menikah dengan pria cacat seperti Asher.
“Ayah kenapa begitu tidak berkomitmen? Jika aku harus dipaksa untuk menggantikan Audrey lagi, aku tidak akan sudi, Bu! Kalau seumur hidupku hanya mengurus pria cacat yang tidak berguna seperti Asher.”
“Itu karena gara-gara gelang. Tidak tahu, dari mana si cacat itu mendapatkan gelang yang mempunyai harga yang tidak masuk akal seperti itu. Harga gelang tersebut yang membuat ayahmu menyesal!”
Callie menyunggingkan bibirnya. “Cih, itu kan gelang warisan dari Eadric. Untuk apa ayah berpikir jika Asher adalah pria kaya hanya karena sebuah gelang? Sungguh bodoh dan picik,” ujar Callie dengan sinis.
Brianna menatap tajam pada Callie. “Jangan bicara seperti itu tentang ayahmu, Callie. Ayahmu hanya ingin memperkuat keluarga kita. Kamu juga tentu bahagia jika hidupmu akan berkecukupan dengan harta dan berfoya-foya. Maka dari itu, mari kita memanfaatkan Audrey.
Kita akan menekan wanita bodoh itu dengan neneknya yang hampir mati di rumah sakit untuk mendapatkan informasi mengenai Asher. Bagaimana menurutmu?”
Callie mengangguk. “Aku setuju, Bu. Audrey tidak akan bisa menahan tekanan dari neneknya yang hampir mati. Dia pasti akan mengaku dan memberitahukan siapa sebenarnya pria cacat itu. Dan kita bisa memanfaatkan neneknya untuk meraih apa yang kita inginkan,” jawab Callie dengan senyum jahat.
Brianna tersenyum puas mendengar jawaban Callie. “Bagus sekali, anakku. Kita harus memanfaatkan momen ini dengan baik. Tak akan ada yang bisa menghentikan kita, termasuk Asher atau keluarga Eadric.”
Salam kenal
Jangan lupa mampir ya 💜