Chan Khotthot naa ... dilarang boom like.
Kenzie, seorang wanita berusia 27 tahun, sering mendapat olokan perawan tua. 'Jika aku tidak dapat menemukan lelaki kaya, maka aku akan menjadi jomblo hingga mendapatkan kriteriaku' Itulah yang dikatakannya. Namun, ibunya tidak tahan ketika para tetangga menghina anaknya yang tidak laku. Akhirnya memutuskan untuk membuat perjodohan dengan sahabat lamanya! Akankah Kenzie bersedia ataukah menolak perjodohan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShiZi_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekecewaan Kenzie (2)
Sungguh Kenzie tidak mengerti dengan ucapan yang diyakini sebagai ayah dari suaminya saat ini.
Bukannya menjawab justru paruh baya itu tersenyum kasihan pada Kenzie. Merasa telah ditipu oleh anak dan istrinya.
"Saya tidak akan menjelaskan karena kamu akan tahu sendiri," ujar pak Surya dan tanpa permintaan maaf. Keempat orang tersebut meninggalkan pesta yang sudah dikacaukannya.
Ardi pun tak acuh, karena ia yakin jika sebentar lagi Kenzie akan meminta cerai kepadanya. "Kita lihat saja, kamu akan meminta cerai setelah mengetahui semuanya." Dalam hati Ardi berkata.
Bu Leiha merasa bersalah, lantas meminta Ardi untuk pergi istirahat. Sedangkan untuk bu Lidya juga diminta pulang, karena ia tahu jika suami dari sahabatnya akan semakin menjadi sesampainya di rumah.
Semuanya sudah pergi termasuk Ardi juga, yang diminta untuk istirahat. Namun, Kenzie seketika menghentikan langkahnya. "Berhenti!"
Ardi menoleh lalu melangkahkan kakinya lagi.
"Aku bilang berhenti! Apa kamu tuli?"
Ardi pun kembali berhenti dan memutar tubuhnya. Lantas, Kenzie pun berniat menghampiri lelaki tersebut untuk mencari sebuah kebenaran.
"Bicara!" titah Kenzie lagi.
"Apa yang perlu kamu tanyakan," ujar Ardi dengan wajah dingin nyaris tanpa ekspresi.
"Aku bertanya padamu, bagian tubuh mana yang tidak berfungsi?" tanya Kenzie seraya menatap tubuh dari lelaki di hadapannya saat ini.
Tanpa ragu, Ardi pun menyilakan rambutnya yang terdapat di telinga. Barulah terlihat alat di mana menutupi pendengarannya. "Apa ini sudah lebih dari cukup?"
“Bukan hanya itu, mungkin aku juga tidak bisa mempunyai keturunan.” Lanjut Ardy.
Kenzie melangkah mundur seketika karena syok. Tidak mengira jika dirinya menikahi pria Tunarungu. "Tidak, ini tidak benar, 'kan?"
"Zie ... maaf," ucap bu Leiha.
"Bu, aku ingin menikah. Namun, tidak seperti ini juga!" seru Kenzie karena merasa benar-benar dijebak.
"Kamu tidak bertanya—."
"Setidaknya berikan aku yang normal," sahut Kenzie.
"Memangnya ada yang mau sama kamu? Apa lagi syarat yang kamu ajukan membuat lelaki berpikir ulang untuk menikahimu," balas bu Leiha tidak mau kalah.
"Sudahlah, aku capek jika terus berdebat dengan Ibu."
Kenzie pun memilih menyerah dan langsung pergi ke kamar. Merasa lelah dengan segala sesuatu untuk hari ini.
Sesampainya di kamar, di mana sesuai hari sakral bagi mereka yang menikah. Ruang istirahat pun di dekorasi dengan sangat indah. Kelopak bunga mawar menghiasi tempat tidur, lilin-lilin berjejer di lantai membentuk hati. Nyatanya sekarang hati Kenzie-lah yang hancur berkeping-keping.
"Oh lihatlah, begitu indah, tetapi sayangnya hatiku hancur untuk saat ini."
Ardi yang melihat pemandangan itu pun langsung angkat bicara. Meski pernikahan ini hanya sebuah perjodohan, tetapi ia juga tidak ingin wanita di hadapannya sekarang merasa buruk. "Jika masih kesal, maka kamu boleh meminta cerai padaku saat ini juga!" Dengan tegas Ardi berkata.
"Apa? Aku! Di mana otakmu sekarang, apa kamu pikir setelah pernikahan belum genap dua jam, lantas ingin menjadikanku janda!" Dengan emosi menggebu, dengan lantang jika Kenzie menolak ucapan Ardi.
"Lalu, apa rencanamu? Bukankah kau malu karena aku seorang lelaki tuli," ujar Ardi dengan wajah penuh ketenangan.
"Apa yang aku rencanakan? Memangnya aku harus berbuat apa lagi!"
Kenzie benar-benar frustasi, ia pikir jika lelaki yang dijodohkannya adalah pilihan tepat untuknya. Ternyata semua itu salah, dibalik wajah tampan, rupawan dan berkarisma. Ia pun menelan kekecewaan, karena nasi sudah berubah menjadi bubur dan sekarang dengan terpaksa menjalani kehidupan satu atap dengannya.
"Itu artinya kamu tidak ingin berpisah denganku," ujar Ardi.
"Memangnya aku mengatakannya padamu? Dasar sial," balas Kenzie dengan sisa emosinya.
"Baik, aku anggap kau menyetujuinya dan besok kita pindah—,"
"Apa kamu gila!" sahut Kenzie seketika.
"Jangan membuat semua rumit hanya karena kamu bermulut plin-plan," dengus Ardi.
"Sampai kapan pun, aku tidak akan pindah dari sini." Dengan keras Kenzie pun menolak.
"Bukankah kamu mengatakan tidak ingin bercerai dariku," ujar Ardi.
"Itu hanya semata-mata untuk formalitas, karena aku tidak ingin menjadi janda dalam semalam." Jawab Kenzie dengan jelas.
"Itu sama halnya kamu menyetujui apa pun yang aku katakan, tidak ada penolakan karena ini juga bagian dari peraturan ketika menjadi istriku."
Ardi bangkit, lalu meletakkan alat bantunya. Merebahkan tubuh dengan sempurna, tidak peduli bahwa Kenzie sedang memakinya sekali pun.
"Benar-benar gila ini orang. Aku sedang bicara, bisa-bisanya dia tidur tanpa rasa berdosa!" gerutu Kenzie bahkan hari sudah tengah malam. Namun, matanya enggan untuk dipejamkan.
Tidak terasa, hari pun telah berganti.
"Apa aku mimpi? Sungguh kenapa begitu menakutkan karena mempunyai suami tuli," gumam Kenzie tanpa sadar seseorang menatapnya.
"Benar-benar mengerikan," ucapnya lagi dan sekarang Kenzie berniat untuk mandi karena tubuhnya begitu capek.
"Apa kamu menganggap ini cuma mimpi?"
Kenzie terlonjak seketika karena terkejut mendapati seseorang berada di sampingnya. "Kamu ... apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Kenzie dengan wajah penuh ketakutan.
Ardi pun tidak langsung menjawab, melainkan memilih mendekat dan menempelkan satu jarinya ke dagu Kenzie.
"A-apa yang kau lakukan, bajingan!" seru Kenzie.
"Memangnya apa yang ingin aku lakukan," tukas Ardi.
"Lepaskan," ucap Kenzie.
"Bersikaplah sedikit lembut, nanti malam kita diundang ke rumah keluarga Surya!" Setelah itu, Ardi melepaskan Kenzie dan keluar dengan wajah tanpa ekspresi.
"Sungguh hubungan yang menakjubkan," batin Kenzie setelah mendengar penuturan dari Ardi.
Siang hari, di mana tiba saatnya makan. Tak ada percakapan, tetapi bu Leiha tahu betul kalau Kenzie sedang kecewa berat. Berusaha membujuk sang anak untuk bersikap baik pada sang suami, karena merasa jika Ardi sama sekali tidak bersalah.
"Oh ya, Bibi—."
"Panggil aku 'Ibu' karena sekarang kamu bagian dari keluarga," sahut bu Leiha.
"Baik, Ibu ... nanti sore saya berniat untuk pindah dan meminta izin membawa putri Ibu," ucap Ardi.
Bu Leiha tersenyum.
"Bawalah, karena sekarang dia bukan tanggung jawabku." Jawab bu Leiha.
"Bu, bagaimana bisa aku pergi dengan si tuli ini—."
"Kenzie, cukup! Meski dia seorang yang tidak sempurna. Bukan berarti kamu berkata kasar terhadapnya!" bentak bu Leiha karena merasa jika anaknya begitu keterlaluan.
Kenzie yang mendapat amukan seketika diam, untuk kali pertama ibunya memarahinya hanya karena membela lelaki yang ada di sebelahnya.
"Hormati dia, karena sekarang nak Ardi adalah suamimu." Lagi ... bu Leiha tidak sampai di situ saja, beliau terus memberikan kata-kata mutiara terhadap Kenzie.
Di samping itu. Ardi hanya bisa diam, melihat anak dan ibu sedang berselisih paham. "Memangnya siapa yang mau menikah dengan lelaki tuli sepertiku," batin Ardi, tanpa peduli keduanya berdebat, ia pun memilih meninggalkan mereka.
Beberapa jam kemudian.
"Aku setuju untuk pindah. Dengan begitu tak ada yang tahu jika aku begitu membencimu!" seru Kenzie pada saat Ardi bersiap untuk pergi.
"Terserah, bahkan aku tidak peduli." Jawab Ardi dengan sikap dinginnya.
"Jangan melarang ke mana aku pergi. Jangan ikut campur terhadap urusanku, kamu harus tahu sebagaimana seorang suami sepertimu berada!"
Bahkan Ardi tidak berniat untuk meladeni celoteh istri satu harinya itu.
semangatt..
jgn lamalama Up nyaa...