Pernikahan Arika dan Arian adalah pernikahan yang di idam-idamkan sebagian pasangan.
Arika begitu diratukan oleh suaminya, begitupun dengan Arian mendapatkan seorang istri seperti Arika yang mengurusnya begitu baik.
Namun, apakah pernikahan mereka akan bertahan saat sahabat Arika masuk ke tengah-tengah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon skyl, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~Part 17 ~Ketahuan?~
Sebulan berlalu, hubungan Arika dan Arian masih baik-baik saja. Walaupun sering kali ada pertengkaran kecil yang mereka lakukan.
Sindiran dari keluarga Arian sudah tak ada lagi bagi Arika yang tak bisa hamil.
"Aku berangkat ke kantor dulu, ya sayang?"
"Iya mas, hati-hati." Arika tersenyum dan menyalami tangan suaminya.
"Jaga diri baik-baik, ya." Arian mencium pucuk kepala Arika. "Nanti kamu ke kantor enggak?"
"Enggak mas, aku bakal sibuk. Mas makan di luar aja ya hari ini."
Arian mengangguk. Lelaki itu pun pergi dari rumah, Arian mengabari Ema jika Arika tak akan ke kantor hari ini. Ia akan menyuruh Ema ke kantor
Dengan senang hati pun Ema menerima ajakan Arian. Mereka akan menghabiskan waktu di kantor tanpa gangguan Arika setiap saat.
Ema langsung memeluk Arian dan mencium pipi lelaki tersebut.
"Lepasin Ema."
"Aku bawain kamu sarapan, katanya kamu enggak sarapan kan di rumah?"
"Iya Arika tidak memasak hari ini, katanya buru-buru ke pemotretan."
"Yaudah ayo makan sama aku aja."
Mereka menuju sofa, Ema mulai membuka bekal yang dia bawah. Nasi goreng kesukaan Arian.
"Belepotan." Ema melap bibir Arian, hal itu membuat lelaki itu tertegun.
Ia jadi ingat kala bersama dengan Arika, Arika memperlakukannya layak seorang anak. Tetapi akhir-akhir ini wanita itu kurang mengurusnya sebab sibuk dengan pemotretan.
"Kenapa, Ari?"
Arian menggelengkan kepalanya dan kembali melanjutkan makan.
...----------------...
Arika memuntahkan isi perutnya. Hal itu membuat para rekan kerjanya khawatir.
"Ini minum dulu." Erina memberikan minum kepada Arika.
"Keknya aku masuk angin deh, Rin."
"Kamu mau minta izin pulang enggak?"
"Enggak usah. Sebentar lagikan kita pemotretan. Biar aku selesai kan dulu baru aku pulang."
Erina menghela napas dan mengangguk saja. Ia membantu wanita itu duduk di kursi sambil menunggu geliran mereka pemotretan.
Namun, Arika merasa pening dan penglihatannya mulai kabur lalu detik kemudian dia terjatuh tak sadarkan diri.
"Arika," teriak Erina. "Staf tolong, Arika pingsan."
Staf langsung memanggil pengawas untuk membawa Arika ke ruang istirahat sekarang.
Di ruang istirahat, Erina mengusapkan minyak kayu putih di sela sela hidung Arika.
Perlahan mata Arika terbuka. Dan tiba-tiba saja merasa mual.
"Huekk..." Arika langsung berlari masuk ke dalam toilet.
"Hueekkk." Arika benar-benar lemah.
Erina semakin khawatir kepada temannya itu.
"Kita ke rumah sakit aja yok Rik? Atau kamu mau nelpon suami kamu?"
Arika menggeleng dan terduduk di closet. Ia membuka ponselnya, seperti mencari sesuatu.
"Erina, apa jangan-jangan aku hamil ya?"
"Hamil?" Erina terdiam sesaat. "Bisa jadi kamu hamil, Rik. Kamu mual-mual dari tadi coba kamu izin aja pulang hari ini, biar Kamila yang gantiin pemotretan kamu."
"Emang boleh?"
"Nanti aku izinin, kamu langsung periksa aja ke dokter atau mau beli tespack dulu. Nanti kabarin aku ya hasilnya."
Arika mengangguk, mereka pelukan dan Arika langsung pergi dari sana. Ia menuju apotek untuk membeli tespack.
Saat sudah membeli, ia menuju toilet umum. Arika begitu deg-degaan untuk mencoba tespack tersebut.
Setelah memakainya, Arika menunggu hasilnya. Dia menggigit kukunya untuk menunggu hasil.
"Bismillah."
...----------------...
Ema dan Arian tengah bermesraan di dalam ruang istirahat Arian.
"Mas Ari."
"Kenapa?"
"Perut aku sakit banget dari tadi."
"Yaudah kamu istirahat, aku mau selesain pekerjaan dulu."
"Usapin."
Arian menghela napas kasar. Ia melepaskan kacamatanya dan mendekati ranjang.
"Anak kamu mau di usapin," ucap Ema dengan manja. Dia menarik tangan Arian untuk mengelus perutnya.
Arian mengusap dengan lembut perut Ema. Lelaki itu tidak menyangka akan menjadi seorang ayah. Walaupun tidak menuntut Arika hamil, tapi ia begitu juga ingin mempunyai anak.
"Kira-kira dia dalam ngapain, ya?"
"Tidur kali," jawab Ema.
"Pasti masih kecil banget kek biji cabai." Arian tertawa membawa Ema tersenyum.
Ema baru melihat lelaki itu tertawa lagi. Terakhir saat mereka masih pacaran.
"Arian aku kembali," batin Ema mengusap tangan Arian yang berada di perutnya.
Arian mencium perut Ema, berbicara sendiri di depan perut wanita itu.
"Aku enggak sabar mau ketemu dia."
"Masih ada delapan bulan, mas Ari."
"Masih lama."
Dengan senyuman manis Arika mengenggam benda kecil, kini ia berada di kantor suaminya untuk memberi kejutan.
Padahal Arika memang ingin memberi kejutan suaminya karena hari ini adalah hari spesial bagi pernikahan mereka yang ketiga tahun. Tapi double kejutannya, pasti Arian akan senang dengan hadiah yang akan diberikannya.
"Pak Arian ada?" tanya Arika. "Apa dia ada tamu?" tanya Arika kepada asisten suaminya yang tak sengaja lewat.
"Pa-k Arian ada tamu, bu."
"Sibuk ya? Rekan kerja?"
"Sepertinya bukan, bu."
"Yaudah aku ke ruangannya, ya." Arika mulai melangkah menuju ruangan Arian.
Asisten Arian menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal, kenapa bisa dia menjawab bukan.
"Mampus, pak Arian akan ketahuan. Tapi bodoh amat."
jangan sampe ya ansk2 Arka jatuh cinta ke ank Ema, kr mereka satunya cuma beda ibu/Cry//Cry/
hari ini juga dobel up, ya.
Arian memang oon dan tak punya hati
rasain, siapa anak yang dilahirkan Ema bukan anakmu. Ema dan Arian makin bagai neraka rumah tanggamu, ternyata Arika memiliki anak, tuduhan ibumu dan a jika dia mandul tak terbukti bahkan menganding anakmu Arian, selamat menikmati penderitaan yang kai ciptakan sendiri bersams Ema Arian.