Kisah mengharukan datang dari seorang gadis yang bernama, Shafina yg dulu pernah terjerat pergaulan bebas bersama dengan kekasihnya sehingga membuat dirinya hamil di luar nikah dan melahirkan anak seorang diri.
Beruntung waktu itu ada seorang lelaki yang tak di kenal datang membantunya hingga membawanya ke rumah laki-laki yang menghamili Shafina.
Setelah berdebatan yang cukup alot dan dengan desakan Pak RT dan warga setempat akhirnya laki-laki yang bernama Seno itu yang merupakan ayah dari anak Shafina. Mau untuk bertanggungjawab.
Tapi setelah itu pernikahan Shafina dan Seno melalui banyak ujian dan cobaan yang datang dari orang tua Seno yang tidak merestui hubungan keduanya.
Akankah gadis malang ini bisa menemukan kebahagiaannya? temukan jawabannya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17 hampir saja
Shafina berusaha untuk tenang tapi apalah daya makhluk kecil itu mulai mengeluarkan suaranya berupa tangisan, mungkin bayi tiga bulan itu merasa lapar sehingga di saat seperti ini dia mengeluarkan tangisannya.
'Ya Allah Sayang, kenapa di saat seperti ini kamu mengeluarkan tangis mu,' ucap Shafina di dalam hati.
"Waw kabar baik, lihatlah tidak perlu susah payah bayi haram mu itu sudah menunjukkan jati dirinya," seringai Sabrina.
Langkah Sabrina kian mendekat, seketika dirinya mulai menemukan tempat persembunyian antara ibu dan anak tersebut, mata Sabrina kian melotot tangannya mulai terulur seakan geli ingin merebut bayi tersebut dari genggaman ibunya.
"He wanita sialan, bawa sini anak haram mu itu lihatlah tangan ini sudah tidak sabar ingin mencekik anak mu itu," ucap Sabrina begitu menakutkan.
"Ja- jangan sakiti anakku," sahut Shafina dengan nada gugup.
"Apa kau bilang, jangan sakiti! Kalau mimpi jangan kejauhan, dari pulau Jawa sampai Sumatera, tujuanku cuma satu yaitu menghabisi kalian berdua, jadi aku harap bersiap-siaplah kamu!" ancam Sabrina sambil mendekat ke arah Shafina.
Shafina mulai melangkahkan ke belakang berharap dalam hati, kalau dirinya akan menemukan jalan keluarnya ah tapi sayang langkahnya harus terhenti di depan tembok pembatas, hingga pada akhirnya dia mulai berdiri dan mendongakkan matanya terhadap wanita paruh baya yang terlihat seperti psikopat itu.
"Heemb ternyata sampai segitu saja kekuatanmu wanita jalang!" desis Shafina.
Sedangkan Shafina hanya bisa menggelengkan kepalanya, berharap kali ini bantuan datang menghampirinya, tapi ternyata tidak ada satu orang pun yang membantunya apalagi dia tadi dengar sendiri kalau suaminya sedang di sandera oleh orang-orang suruhan mertuanya.
'Ya Allah aku tidak bisa lemah seperti ini, tolong berikan hamba kekuatan untuk melindungi anak hamba dari cengkraman wanita di hadapanku ini,' pinta Shafina di dalam hati.
Entah mendapatkan keberanian dari mana tiba-tiba saja Shafina ikut menatap balik iris coklat tersebut, seakan tersulut ibu dari Seno itu merasa tertantang dengan tatapan balik yang menantunya itu.
"Kau mulai berani melawanku?" Pertanyaan itu keluar dari mulutnya.
"Aku akan melawan seseorang siapapun dia yang hendak akan menyakiti anakku," sahut Shafina dengan wajah polosnya.
"Punya kekuatan apa? Kamu ingin melawanku," ucap Sabrina sambil mencengkram dagu Shafina.
Wanita itu berusaha untuk melawan dan melepas cengkraman mertuanya yang teramat menyakitkan tapi apalah daya cengkeram wanita paruh baya itu begitu kuat sehingga dirinya begitu kesulitan untuk melindungi dirinya.
Karena merasa kesakitan pada akhirnya ibu muda ini refleks langsung menendang perut wanita paruh baya itu sehingga tubuh Sabrina terpental ke lantai yang masih terbuat dari semen.
"Auu ...!" pekik Sabrina kesakitan. "Dasar wanita kurang ajar beraninya kamu melawanku!" teriak Sabrina.
Karena tidak ingin membuang-buang waktu Shafina langsung saja memanjat jendela kamar yang tidak terlalu tinggi itu, bahkan saat ini dirinya berhasil membawa keluar anaknya dari rumah yang sudah di kepung oleh orang-orang dari keluarga suaminya.
"Kurang ajar dia kabur!" teriak Sabrina sehingga anak buahnya datang dan langsung menolongnya.
"Nyonya kenapa?" tanya salah satu anak buahnya.
"Kamu masih saja tanya, dasar anak buah tidak becus, cepat kejar wanita sialan itu!" perintahnya begitu menggelegar.
Shafina sudah berlari sekuat mungkin agar tidak terkejar oleh para kawanan orang-orang berbaju hitam itu, tapi apalah daya langkahnya yang kecil mampu membuat orang-orang berbadan tinggi itu menemukan dirinya.
Lelah sudah kakinya ini berlari, namun tetap juga ketahuan, ibu muda ini sudah pasrah, tapi? Bukan berarti pasrahnya ini menyerah, dirinya masih diberi akal untuk berpikir. Jadi sekuat mungkin Shafina harus mengerahkan logikanya untuk melawan mereka yang berjumlah banyak itu.
"Berhenti! Kamu sudah tidak bisa kemana-mana lagi," ucap salah satu orang berpakaian hitam tersebut.
Shafina mulai berhenti, dalam hati dia tiada henti mengucapkan kalimat doa agar supaya bantuan dari Tuhannya hadir di saat keadaan genting seperti ini, tubuhnya yang kecil di paksa harus kuat menghadapi beberapa orang yang mulai mengelilingi dirinya itu.
Shafina mulai memejamkan matanya, karena merasa tidak sanggup dengan kenyataan yang ada di hadapannya itu tapi matanya kian dia tutup ketika mendengar sebuah teriakan dari seseorang.
"Berhenti!" teriak wanita paruh baya itu. "Jangan kau apa-apakan dulu biarlah wanita dan anak haramnya ini binasa di tanganku sendiri!" teriak Sabrina seakan tidak ada yang berani dengan dirinya.
Shafina begitu tercekat mendengar teriakkan dari mertuanya, tanpa aba-aba Sabrina mulai merampas Chantika dari genggaman ibunya. "Jangan kau ambil bayiku!" teriak Shafina.
"Heemb ambil jika kamu bisa," sahut Sabrina, sambil tersenyum licik.
Bayi tersebut mulai dia gendong matanya kian melotot seperti singa yang haus akan mangsanya, tidak ada lagi hati nurani mungkin saat ini nafsu dan amarah sudah menyelimuti hati perempuan paruh baya ini sehingga tidak ada rasa iba ataupun kasian terhadap bayi yang merupakan cucunya sendiri itu.
"Oek oek oek ....!" tangis bayi tiga bulan itu pecah ketika berada di tangan neneknya.
"Diam kau bayi haram, seharusnya kamu mati saja di dalam kandungan ibumu dulu sehingga posisimu tidak menyulitkanku seperti ini," ucap Sabrina sambil menabok pelan pipi bayi tersebut.
"Jangan kau sakiti anakku ....!" teriak Shafina, sambil mencoba melepaskan tangannya yang saat ini tengah di pegangin oleh orang-orang tersebut.
Saat ini Shafina berusaha untuk keluar dari jeratan orang-orang tersebut, tapi apalah daya tenaganya tidak kuat untuk melawan mereka yang berjumlah lebih dari tiga itu, Hany air mata dan doa yang mampu dia panjatkan berharap pertolongan Allah datang menghampiri dirinya.
"Ya Allah berikanlah hambamu ini pertolongan," ucap Shafina ketika melihat anaknya di bawa lari oleh Sabrina.
"Hemmmb, bayi sialan lihatlah ibumu begitu terpuruk melihat keadaanmu, dan ini benar-benar membuat aku bahagia dan puas," ucap Sabrina, sambil menggendong tubuh Chantika.
Bayi tersebut di gendong dengan asal-asalan seperti bayi yang berusia satu tahun bahkan Sabrina menggendong dari belakang dengan alasan tidak sudi menatap wajah sang bayi, hingga pada akhirnya keberanian dari mana yang dia miliki bayi berusia tiga bulan itu dengan sengaja dia jatuhkan beruntung sebuah tangan kokoh berhasil menangkap bayi tersebut.
"Anakku ....!" teriak Gilang sambil menangkap mahluk tidak berdosa itu.
"Dasar kau iblis betina, kau tidak layak di sebut manusia, kelakuanmu itu bagaikan seorang iblis yang tidak mempunyai hati," teriak Gilang, sambil menggendong Chantika yang sekarang sedang menangis kencang.
"Kurang ajar kamu selalu saja menggagalkan rencanaku anak gembel!" sungut Sabrina.
"Aku dulu memang anak gembel yang selalu kau hina, tapi sekarang lihatlah aku ini siapa," unjuk Gilang.
"Anak buah cepat habisi pria yang sudah menggagalkan rencanaku ini!" perintah Sabrina.
mereka pun hendak melawan tapi apalah daya tiba-tiba saja anak buah Gilang datang dengan jumlah yang begitu banyak, sehingga membuat orang-orang dari kubu Sabrina menjadi kewalahan menghadapinya.
Sedangkan saat ini Gilang menghampiri Shafina yang sudah tidak berdaya lagi, tubuh ibu muda itu lemas karena menghadapi kejadian ini, apalagi ketika menyaksikan sendiri anaknya di lempar tadi rasanya dadanya sangat sakit melihat kejadian tadi.
"Shafina sudah tenangkan dirimu anakmu sekarang aman," ucap Gilang lalu membawa Shafina ke tempat yang lebih aman.
Mas Gilang terima kasih banyak sudah membantuku berkali-kali, sebenarnya Mas Gilang tahu kabar ini dari mana?" tanya Shafina.
Kilas balik kejadian tadi.
Rupanya teriakan Sabrina tadi terdengar sampai ke telinga warga hingga membuat mereka satu persatu keluar dari rumahnya untuk menyaksikan apa yang terjadi di luar saat ini, di waktu jam kerja seperti ini kebanyakan warga yang tersisa hanya dari kalangan ibu-ibu dan dari mereka ada yang mengenali Shafina dan berusaha meminta pertolongan kepada Gilang.
Karena biar bagaimanapun sebagian warga sini tahu kalau Shafina dan Seno merupakan saudara Gilang dari pulau Jawa, itulah yang di ceritakan Gilang kepada warga sini.
"Mas Gilang cepat datang kesini ada segerombolan orang yang ingin mencelakai Shafina dan juga anaknya," adu salah satu ibu tersebut di dalam panggilan teleponnya.
"Baiklah aku akan segera ke sana," sahut Gilang lalu memilih untuk mengakhiri panggilannya.
Hingga akhirnya Gilang datang tepat waktu.
🌹 Bersambung....🌹
Adli dirimu orang baik
favorit
👍❤