SELURUH KELUARGA MENDENGAR PIKIRANKU

Satu jam kemudian. Dengan segala bujukan Disya berhasil mencegah kepergian Elena. Tentunya Dia tak menyebutkan tentang bahaya yang ada. Hanya kekeras kepalaan bahwa pesta syukuran ini tak boleh kehilangan kehadiran sahabatnya. Karena segala asumsi telah dipatahkan. Kini keduanya mengobrol dengan nyaman dan bahagia.

Bayi Ivy tak mengetahui lika-liku yang ada. Tepat satu jam sebelumnya Dia diusir dari sana. Dia juga tak tahu kesempatan mendapat warisan yang diharapkan bisa saja hilang. Entah Dia akan tertawa atau menangis jika mengetahuinya.

Di sisi halaman kediaman Theodore yang lain. Anak-anak sudah membuat perkumpulan mereka sendiri bahkan sebelum pesta dimulai. Pemimpinan tidak lain si kembar pembuat onar, dan anak-anak lain yang mengikuti adalah anak-anak dari tetangga mereka. Sebetulnya tak banyak anak yang dekat dengan si kembar di lingkungan ini. Hanya tiga orang ini saja yang sering mereka ajak bermain. Mereka juga berada di sekolah dan kelas yang sama. Jadi semakin akrab lah mereka.

Gabrielle Orion Rhodes. Keluarganya secara turun temurun mewarisi darah bangsawan. Jika keluarga Theodore hanya masuk dalam sepuluh besar barisan keluarga terkaya. Maka keluarga Rhodes adalah puncak dari piramida. Bahkan pemimpin negara ini kalah jika dibandingkan keluarganya. Ayahnya Thomas Ovikus Rhodes memang tak memasuki pemerintahan. Tapi hampir separuh tambang di negara ini adalah miliknya. Raden Ajeng Utami Jayawardana ibunya adalah keturunan putri keraton. Bahkan meski keluarganya sudah tak berkuasa. Bukan berarti Dia tak memiliki kekuatan dan kekuasaan.

Immanuel Joe Hansen. Anak kedua pasangan pengacara dan seorang aktor tampan. Hazel Valendrina dan Habian Radergo Hansen. Keluarga mereka memang bukan keluarga pebisnis. Tapi kekayaan mereka tidak bisa dibilang sedikit. Habian sendiri adalah seorang bintang aktor terkenal. Yang menempati peringkat ke 5 sebagai bayaran artis tertinggi. Lalu Hazel juga bukan pengacara biasa. Itulah kenapa mereka bisa ditinggal di kawasan elit ini.

Aresello Atmaja Nugroho. Dua nama besar di belakangnya sudah menunjukkan keluarga macam apa yang ada di belakangnya. Ibunya Imellyna Atmaja, adalah satu-satunya pewaris perusahaan Atmaja. Jangan meremehkan perusahaan yang dipimpin seorang wanita. Nyatanya Perusahaannya bahkan masuk dalam lima peringkat terbaik. Sedangkan, ayahnya Benedict Tigoz Nugroho. Jenderal besar yang tak perlu lagi diragukan posisinya. Nugroho sendiri tak hanya berpaku pada militer. Salah seorang perdana menteri kita memiliki nama belakang Nugroho.

Berkumpulnya latar belakang ketiganya saja sudah sangat menyeramkan. Lalu ditambah si kembar dari keluarga Theodore.

...----------------...

Saat ini mereka berlima sedang memainkan permainan kelereng. Permainan yang sangat umum dikalangan masyarakat. Dengan membuat garis lingkaran di tanah. Lalu satu persatu melemparkan kelereng jagoannya. Jika berhasil mengeluarkan kelereng yang berada di dalam lingkaran. Maka kelereng itu akan menjadi miliknya. Cara kerja dan hasil yang sama. Yang membedakan hanyalah harga setiap butir kelereng yang membuat jiwa kismin meronta-ronta.

Kondisi si kembar sejak awal bermain dalam suasana hati yang buruk. Hanya karena mereka tak sepintar kakak sulungnya. Ayah dan Ibu mengecualikan mereka dari diskusi mengenai adik bungsu. Sebenarnya Liam cukup pengertian. Setidaknya Dia berada di urutan kedua masalah kepintaran setelah kakaknya. Jadi Liam cukup paham kenapa mereka tak mengikutsertakan dirinya dan Lea dalam diskusi itu. Tapi karena emosi kembaran nya juga mempengaruhinya. Liam jadi ikut berada dalam suasana hati yang buruk.

Ares yang acuh tak begitu peduli dengan alasan si kembar dalam suasana hati buruk. Lagipula Dia ikut bermain hanya karena paksaan mereka. Mungkin Dia akan lebih bersyukur jika permainan membosankan ini berakhir. Sehingga Dia bisa kembali membaca bukunya.

Tapi Orion dan Immanuel sudah saling berdebat lewat tatapan mata semenjak tadi. Akhirnya salah seorang diantaranya kalah dan angkat bicara.

"Kenapa dengan kalian? Sejak tadi terlihat sedih. Apa karena adik baru kalian. Sudah aku duga punya adik itu tidak menyenangkan. Apak adik kalian nakal, jelek, atau-Aww.... Kenapa memukulku sih," kata Imanuel dengan akhir kalimat sedikit marah. Tangannya terangkat seolah menantang akan balik memukul. Dia hanya bermain-main. Tak mungkin juga dirinya benar-benar memukul.

Tapi Orion sudah pasang badan lebih dulu. "Mau apa mengangkat tangan?"

Sang pelaku pemukulan sama sekali tak takut, malah balik melototi. "Jangan bicara sembarangan tentang adik, Lea! Sini maju kalau berani."

Immanuel yang tadinya hanya mengancam menjadi sedikit terprovokasi. Dia melangkah maju, bersiap untuk memberi pelajaran.

"Nuel, jaga emosimu," tegur Orion.

"Uhh, kamu selalu saja pilih kasih. Aku hanya bertanya karena perhatian. Tapi Dia malah memukulku," Gerutu Immanuel dengan mulut cemberut. "Lihat, kembaran nya saja tak marah, berarti aku benar," Sambil melirik ke arah William.

William hanya memasang wajah polos, "Apa?"

"Jangan pura-pura tak mengerti, deh."

"Seperti hal ini baru saja terjadi, kau ini," ucap William mengingatkan.

Memang benar tak sekali dua kali Imanuel bertengkar dengan Ellea. Dan karena dukungan dari Orion. Semua pertengkaran itu selalu berakhir dengan kemenangan Lea.

Orion tak peduli, "Dia perempuan, kita ini laki-laki. Gender kita berbeda, tenaga kita juga berbeda. Dia memukulmu hanya sedikit sakit. Kamu balas memukulnya rasa sakitnya akan berkali lipat. Ingat kita tak boleh kasar pada perempuan. Itu sama saja kita tidak menghormati ibu yang sudah melahirkan kita."

"Huh," dengus Imanuel. "Tak jadilah aku bertanya."

"Yeee, ngambek," Ellea memeletkan lidah dari balik punggung Orion.

"Kalian terlalu berisik," gumam Ares tak kencang. Tapi semua orang bisa mendengarnya dengan jelas.

"Res, bisa-bisanya kamu mengatakan itu,, Kalian...." Dengan lebay Immanuel memegangi dadanya. "Benar-benar tak ada yang membelaku."

Kecuali Ellea, yang lain memutar bola mata, mereka merasa jijik. Mereka tahu temannya itu tak serius dan hanya bertingkah.

Ellea keluar dari balik Orion, mendekat ke arah Imanuel, yang lain sudah was-was tentang apa yang akan dilakukan gadis itu, Sedangkan Imanuel yang asik dengan dirinya sendiri tak menyadari musuh yabg mendekat.

PLukk, pukk-puk, puk-puk, puk-puk, puk-puk.

"Apa yang kamu lakukan," Imanuel mendongak memasang ekspresi aneh.

"Tenang, Nuel. Tak perlu bersedih. Lea ada di pihakmu kok," ucap Ellea percaya diri.

Semua yang mendengar memasang ekspresi tak percaya. Gadis cilik ini terlalu tidak tahu malu.

"Kenapa kalian menatap, Lea. Lea tau Lea memang cantik kok," ucapnya lagi dengan tingkat kepedean tertinggi.

Willian yang sudah lelah dengan tingkah ke barang nya menutupi wajahnya. Dalam hati dia bergumam, "Dia bukan kembaran ku. lbu hanya melahirkan ku saja, aku tak punya kembaran. Mungkin anak ini dipungut."

"Aku dimana, aku siapa?" batin Imanuel yang mendadak menjadi amnesia.

Sedangkan Ares hanya terkejut di awal. Beberapa detik kemudian dia kembali pada ekspresi tak pedulinya.

"Gak apa-apa, cukup di keluarga aku yang pintar," pikir Orion optimis. {Keoptimisan yang bagus. Hanya saja pikirannya benar-benar Out Of The Box. Author sampai speechless(●__●)}