NovelToon NovelToon
Pengejar Lelaki

Pengejar Lelaki

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Khara-Chikara

Ima mengalami hal yang sangat luar biasa pada kehidupan nya yang beranjak dewasa. Dia baru tahu bahwa cinta harus memandang usia, uang, kualitas, fisik bahkan masih banyak lagi. Hal itu membuatnya bimbang akan pilihan kedepan nya bagaimana dia menemukan sesosok pria yang begitu baik untuk menemani kehidupan nya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 34

Sementara itu Ima ada di dapur memasak. "Akhir-akhir ini aku berangkat kampus agak siang dan sekarang aku libur... Dan juga, akhir-akhir ini aku masak di rumah karena ibu selalu pergi setiap pagi entah kemana.... Haiz.... Tapi ini baik-baik saja, aku bisa sekalian belajar memasak lebih banyak," pikirnya. Dia memakai apron berwarna merah muda yang begitu cantik di malam itu.

Tapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. ". . . Jika itu ibu dia pasti langsung masuk, jika hanya mengetuk, siapa?" dia berjalan membuka pintu dan rupanya itu adalah Regis.

"Ima..." ia menatap dengan senyum biasanya.

"Mas Regis... Kamu kembali lagi?" Ima juga tersenyum, tapi ia terkejut diam sekaligus kaku ketika melihat bekas memar di samping bibir Regis. "Apa ini.... Apa yang terjadi?" dia gemetar memegang pipi Regis.

"Ah, ini baik-baik saja.... Hanya sebuah tugas."

"Tugas.... Ah itu benar.... Pekerjaan nya... Tapi kan, ini tetap saja bahaya.... Mas Regis... Itu harus segera di obati, cepat kemari," Ima menarik tangan Regis membuat Regis masuk ke dalam rumah Ima.

Tak lama kemudian, Ima meletakan kotak pertolongan pertama di meja sofa dan di sofa, Regis sudah duduk di sana dengan wajah polos menatap Ima.

"Baiklah, obati diri mu sendiri," kata Ima seketika Regis terkejut. "Apa?! Apa maksud mu? Aku terluka dan kau bilang obati diri ku sendiri?"

"Hahaha... Kamu ingin aku menyembuhkan nya? Tapi aku buruk dalam hal ini."

"Kau menyebut diri mu jurusan dokter?" Regis melirik.

"Hah... Berani sekali meremehkan pengetahuan ku soal ini, lihat ya... Aku akan jadi dokter besok."

"Baiklah dokter... Sembuhkan aku, memar di bibir ku benar-benar sakit nih..." Regis menatap.

Lalu Ima menghela napas panjang dan duduk di samping nya, dia mengambil kapas dengan alkohol penyembuh. "Baiklah, aku akan men tap tap bagian mu... Tapi…" Ima terdiam, itu karena Regis lebih tinggi jika dia duduk di sofa.

Regis terdiam, dia lalu punya ide dan mengambil Ima membuat Ima terkejut, rupanya Regis memangku Ima, sekarang mereka berhadapan dengan Regis duduk di sofa dan Ima ada di pangkuan Regis.

"Baiklah dengan begini, kau akan tambah mudah mencapai ku," kata Regis.

Ima berwajah merah, tapi ia menggeleng dan fokus pada luka Regis. "Mas Regis.... Apakah pekerjaan mu memang sebahaya ini?"

"Yah begitulah..."

"Kalau begitu bagaimana dengan tubuh mu? Ini baru di wajahmu apalagi tubuh mu nanti."

"Hm~ kau ingin melihat tubuh ku Ima... Aku perbolehkan kok…"

"Ish... Apaan sih, tubuh mu baik-baik saja tidak, bukannya aku ingin melihat…"

"Haha, ini baik baik saja... Hanya saja, rasanya pegal banget... Aku butuh banyak pijitan sepertinya."

"Pijet? Mas Regis ingin aku memijat mu?" Ima menatap.

"Oh, itu tawaran yang mulia sekali ya... Sayang~" tatap Regis dengan senyum nya, dia juga sudah menahan pinggang Ima membuat Ima terpojok tak bisa membatalkan keputusan.

--

Di sisi lain, ibu Ima datang, dia akan membuka pintu tapi ia berhenti karena mendengar sesuatu dari dalam.

"Oh... Tidak, bukan bagian sana... Bagian situ... Ya... Ugh... Ya ampun... Kenapa dari awal aku tidak mendapat kan ini saja..." itu suara Regis, dia seperti sedang menikmati sesuatu.

"Regis? Kenapa ada suaranya? Tunggu, apa dia sedang melakukan sesuatu?" Ibu Ima berpikir Keras.

"Akhh!! Tidak... Itu sakit Ima... Jangan di tekan lebih!" tiba-tiba dia agak berteriak dengan suara serak dewasa nya.

"Hah.... Apa yang terjadi.... Kenapa yang berteriak malah dia...?!"

"Aduh... Tidak, itu kurang, jangan pakai tangan... Kau di atas ku saja... Pakai kaki mu," tambah Regis.

Di saat itu juga, Ibu Ima berpikir lain, benar-benar lain dan ia menjadi panik. "Ima!! Regis!!" ia langsung membuka pintu tapi ia terdiam ketika melihat Regis ada di lantai tengkurap dan Ima berdiri di punggung nya.

Mereka sama-sama menoleh. "Ibu?" dan memanggil bersamaan.

"E.... Apa yang kalian... Lakukan?" Ibu nya menatap.

". . . Ah, Mas Regis ingin aku pijat, tapi katanya pijatan ku kurang terasa jadi dia meminta ku untuk menginjak punggung nya," kata Ima.

"Um... Ba-baiklah, lanjutkan saja... Astaga.... Bagaimana bisa aku tadi berpikir begitu, rupanya mereka hanyalah pasangan yang tidak perlu di khawatirkan," Ibu Ima menggeleng dengan menghela napas panjang.

Sementara itu, Ima dan Regis terdiam, saling menatap dengan bingung.

"Oh, besok Mas Regis pergi, kan..." tatap Ima pada Regis yang bangun dan duduk.

"...Ya... Oh, aku juga punya sesuatu besok untukmu, Ima," kata Regis, membuat Ima menjadi tak sabar menantikannya.

"Apa itu?"

"Rahasia, tunggulah besok..." Regis menekan hidung Ima dengan singkat, membuat suasana lebih lembut, dan mereka tertawa kecil bersama di atas karpet.

Ibu Ima yang melihat itu tersenyum lembut. "Sejauh ini, memang Regis bisa dipercaya dengan baik. Aku senang jika Ima mendapatkan pria sepertinya..."

Tapi Regis berbicara lagi. "Oh, bagaimana jika jalan-jalan malam ini? Untuk terakhir kalinya?" tatapnya.

"Malam ini? Aku agak ragu... Keluar malam-malam hanya untuk jalan-jalan?" Ima tampak berpikir dengan ragu.

Tapi ibunya menjawab, "Tidak apa-apa. Jika ada Regis, tak perlu khawatirkan apa pun, Ima..." tatapnya, memberikan dorongan pada Ima untuk percaya pada Regis. Lalu Ima mengangguk menatap Regis. "Aku siap-siap dulu..."

Lalu Ima berjalan pergi, meninggalkan Regis yang berdiri dan berjalan mendekat ke ibu Ima yang ada di dapur.

"Ibu, bisa aku membantu sesuatu?" tatapnya melihat ibu Ima yang sedang memotong bawang.

"Tidak perlu... Kau tidak terbiasa dengan pekerjaan ini, kan..." tatapnya.

"Aku bisa... Aku selalu memasak di rumah untuk temanku..." Regis mengambil pisau kecil dan berdiri di meja di hadapan ibu Ima sambil mengupas bawang.

"Kamu pandai juga ya... Jadi kamu bisa memasak?" tanya ibu Ima.

"Hm, hanya sebatas bisa. Menu yang selalu aku masak selalu sama dan tidak pernah bervariasi. Tapi untuk pekerjaan seperti aku, untuk apa menikmati makanan lebih enak kecuali seseorang merasakannya untuk kita dengan tulus..." kata Regis.

"Kamu benar, pekerjaanmu sangat keras dan perut kenyang adalah yang paling utama daripada makanan mewah..." tambah ibu Ima. Mereka mengobrol dengan lembut dan menunjukkan kedekatan yang sudah dibangun Regis sehingga ibu Ima percaya padanya.

Tak lama kemudian, Ima selesai bersiap. "Baiklah, Mas Regis, ayo..." tatapnya.

Regis dan ibunya menoleh, terlihat Ima memakai gaun yang tidak terlalu panjang. Gaun itu sangat selaras dengannya.

Regis yang menatap itu tersenyum lembut dan menatap ibu Ima. "Ibu, aku akan menjaganya, jangan khawatir..." tatapnya.

"Hahaha, buat apa izin? Pergilah saja... Bersenang-senanglah, tapi jangan terlalu berlebihan..." tatap ibu Ima, membuat Ima yang mendengar itu menjadi tersenyum senang. "Ibu benar-benar mengizinkanku..."

Hingga akhirnya mereka berdua terlihat berjalan di pinggir trotoar yang gelap, tetapi masih terang karena lampu jalanan. Regis berjalan sambil merangkul lembut bahu Ima.

"Mas Regis, apa ini adalah hal yang seharusnya dilakukan oleh pasangan? Mereka menghabiskan waktu dengan cara ini? Dan apakah itu alasan kenapa kau selalu menginginkan kita jalan-jalan bersama?" tanya Ima.

"Yeah, itu adalah alasan yang sangat masuk akal... Aku sangat menyukai jalan-jalan... Pekerjaanku menuntut ku untuk berpindah dari satu kota ke kota lain, bahkan dari satu negara ke negara lain. Tapi kau beruntung, aku sekarang tidak sesibuk dulu... Hanya pekerjaan ringan saja, dan aku tetap akan selalu ingat untuk menemui mu ketika pekerjaanku selesai..." kata Regis.

"Tidak perlu buru-buru. Aku tahu kau sangat sibuk nanti... Oh, ngomong-ngomong, bagaimana keadaan Lio Zheng?" tanya Ima.

"Oh, dia... Dia berpindah tugas ke kota lain. Dia juga masih menjadi dosen..."

"Kenapa dia pindah? Apa dia tidak mau melihatku lagi? Apakah aku seburuk itu setelah kejadian itu?"

"Hei, bukan berarti dia membencimu. Itu hanya pekerjaannya, jadi jangan khawatir..." Regis memeluknya erat, membuat Ima tersenyum kecil merasakan itu.

Tapi tiba-tiba pandangannya tertuju pada seekor kucing yang tidak terlalu kecil, tampak duduk di dekat semak-semak dalam kegelapan. Kucing itu lusuh, dan ketika mengeluarkan suara pada orang yang lewat, suaranya terdengar sangat serak.

Hal itu membuat Ima berhenti, dan Regis juga ikut terhenti. "Ima?"

"Mas Regis, lihat itu..." tunjuk Ima. Sebelum Regis bisa menoleh, Ima sudah berjalan buru-buru duluan, membuat Regis terkejut dan langsung mengikutinya.

"Kucing?" Dia akhirnya bisa melihat.

Ima tampak berlutut, menatap kucing itu yang hanya diam, mencoba mengeong dengan suara seraknya. "Pus, kasihan sekali... Apa kamu lapar? Haus?" Ima menatapnya.

Tapi ia merasakan Regis memegang bahunya. "Ima, dia bisa mencari makan sendiri..." tatapnya dengan ragu.

"Mas Regis, dia sangat kasihan... Paling tidak kita berikan sesuatu hari ini. Aku akan membeli makan dan minum untuknya..." Ia ingin berdiri.

"Ah, tidak, biar aku saja..." Regis menahannya, membuat Ima terdiam. "Aku akan mencarinya, tunggulah di sini..." Ia langsung berjalan pergi, membuat Ima semakin bingung.

"Ada apa dengan Mas Regis? Kenapa wajahnya tampak aneh saat melihat kucing? Ini bukan pertama kalinya dia menatap dengan ekspresi seperti itu. Tapi, saat itu, ketika aku memilih membeli kue berbentuk kucing, dia langsung memasang wajah aneh..." Ima tampak curiga.

Hingga tak lama kemudian, Regis kembali. Ia terlihat berjalan buru-buru dan memberikan sebungkus makanan serta minuman untuk hewan kepada Ima.

"Itu bagus, terima kasih, Mas Regis..." Tatapnya, lalu mulai menyiapkan makanan.

Regis juga tampak berlutut perlahan di samping Ima. Ia melihat kucing itu makan dan minum dengan cepat.

"Dia makan dengan cepat... hehe..." Ima menatap gemas, lalu menoleh ke arah Regis.

Tapi mendadak Regis membuang wajah untuk bersin, disusul batuk. "Cough... cough..." Ia mendadak berdiri dan berlagak sok kuat. "Ehem... Hem... Yah, dia sangat lahap..."

"Mas Regis? Kenapa?" Ima tampak bingung.

Tapi Regis menatap sekitar. "Eh, ah... bagaimana jika kita lanjutkan jalan saja, ya..." Tatapnya, tapi mendadak ia bersin lagi dan seketika menatap ke bawah, di mana kucing itu menggeluskan tubuhnya di kakinya.

Di saat itu juga, Regis mundur menjauh, membuat Ima bingung karena Regis seperti menghindari kucing itu.

"Ima, ayo cepat pergi..." Regis memegang tangannya dan berjalan pergi, meninggalkan kebingungan yang masih menyelimuti Ima, serta kucing itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!