NovelToon NovelToon
Sisi Gelap Sebuah Klinik

Sisi Gelap Sebuah Klinik

Status: sedang berlangsung
Genre:Rumahhantu / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: LiliPuy

Doni, seorang anak yang menitipkan hidupnya di sebuah klinik, namun ternyata klinik tersebut menyimpan sejuta rahasia penting, terutama untuk hidupnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LiliPuy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

siapakah dia

Doni menatap foto itu dengan keraguan. Latar belakang yang pudar dan wajah bayi yang lucu, tetapi entah bagaimana, hati nuraninya menggantung pada sosok yang menggendongnya.

“Ara, lihat ini!” Dia memperlihatkan foto itu kepada Ara, yang baru saja datang ke klinik.

Ara mengambil foto dengan hati-hati. “Doni, ini... ini kamu? Sepertinya sih kamu.”

Doni mengangguk, napasnya memburu. “Tapi lihat, siapa itu yang menggendongku? Ini satu-satunya foto dari masa kecilku.”

Ara mengamati lebih dekat, mencoba mencari tahu. “Sepertinya dia bukan orang asing. Lihat, bajunya seperti pakaian yang sering dipakai di daerah kita.”

Doni mengernyit. “Tapi siapa? Kenapa dia tak terlihat jelas? Dan kenapa Maya punya foto ini?”

“Mungkin kita perlu tanya langsung ke Maya. Dia lebih dekat dengan Dr. Smith. Mungkin dia mengetahui sesuatu,” Ara menyarankan.

Doni berdiri, suasana hatinya campur aduk. “Tapi dengan kondisi Maya yang sekarang... dia baru saja dipecat. Apa dia mau menjawab pertanyaan-pertanyaan kita?”

Ara mengusap bahu Doni. “Kita harus mencarinya. Selama ini kita tahu dia tak bersalah. Kita harus membantu dia.”

Doni menghela nafas. “Aku merasa jadi penyebab ini. Jika saja aku tak terlalu penasaran dengan kuburan Exora...”

Dari sudut ruang klinik, Maya muncul, matanya tampak lelah. “Doni, Ara,” sapanya pelan. Ada kehampaan di dalamnya.

“Maya, kita butuh bicara,” Doni langsung mendekat.

“Dengar, aku tak ingin menjelaskan semua ini. Semuanya terlalu rumit,” kata Maya, mencoba menjauh.

“Rumit? Maya, kamu dipecat karena tuduhan yang salah. Kita bisa bantu,” Ara menyela.

Maya menggigit bibir, menahan emosi. “Tak ada yang bisa kalian lakukan. Dr. Smith sudah memutuskan.”

Doni mendekat lagi. “Tapi dia tidak tahu tentang foto ini. Tentang masa laluku. Mungkin kau bisa membantuku... kita semua dalam situasi ini.”

Maya menatap Doni dengan mata yang basah. “Aku hanya berusaha melakukan pekerjaanku sebaik mungkin. Aku tidak pernah meracik obat tanpa izin!”

“Kami tahu,” Ara menegaskan. “Tapi apa kau tahu siapa yang ada dalam foto itu?”

Maya memandang foto yang Ara pegang. “Tidak, aku tidak tahu. Foto itu... itu bukan dari catatan yang aku lihat di klinik. Kenapa kamu punya ini?”

Doni terlihat semakin gelisah. “Aku baru saja menemukannya. Tapi aku merasa terhubung dengan orang itu, seperti dia ada dalam hidupku.”

“Berarti kita harus menyelidiki ini. Kita harus mencari tahu, mungkin ada sisi lain dari seluruh urusan ini,” Ara mengusulkan.

Maya menghela nafas. “Jika kita harus mencari tahu, kita harus hati-hati. Dr. Smith tidak suka orang mengambil alih urusannya.”

Doni menatap Maya tajam. “Tapi dia sudah menyakiti hidupmu. Kita tidak bisa terus diam.”

“Berhenti dulu!” Maya mengangkat tangannya. “Aku tidak akan terlibat dalam masalah yang lebih besar. Aku harus menjauh dari klinik ini.”

Doni meraihnya. “Tapi kami butuh kamu. Bantu kami mencari tahu tentang foto itu, tentang orang yang ada di baliknya!”

Maya menggerakkan kepalanya perlahan. “Aku... aku akan coba. Tapi aku tidak bisa memberikan jaminan.”

Ara memberi isyarat kepada Doni. “Maya, jika kita bisa menemukan informasi lebih lanjut, Anda bisa kembali. Dr. Smith mungkin tidak sekuat yang kita pikir.”

“Itu semua tergantung informasi yang kami dapatkan,” tambah Doni.

“Baiklah,” Maya akhirnya mengangguk, tetapi nada suaranya masih ragu.

“Aku bisa cek di arsip jadwal pasien di klinik. Siapa tahu ada catatan tentang wanita hamil yang pernah muncul di sana,” Ara mengusulkan.

Doni teringat saat melihat rekam medis itu. “Tapi kita harus berhati-hati. Dr. Smith bisa tahu kita sedang mencari sesuatu.”

Ara tersenyum. “Ketika aku menjadi pengantar pizza, aku bisa bergerak tanpa dicurigai. Ini sempurna.”

Maya terbenam dalam pikirannya. “Tapi apa yang akan kamu lakukan jika Dr. Smith menanyaimu?”

“Berpura-pura,” jawab Ara mantap. “Dan aku akan membawa beberapa dokumen palsu jika dia minta.”

Doni melirik Ara, terkesan dengan keberaniannya. “Plan A yang riskan. Kita harus siap dengan Plan B.”

“Jika Dr. Smith bertanya, kita akan bilang hanya mau mengantarkan pizza. Dia tidak akan curiga,” Ara menambahkan.

Maya mengangguk, tapi wajahnya menunjukkan keraguan. “Apa yang terjadi jika dia melihat kamu dengan dokumen itu, Ara?”

“Ada banyak cerita yang bisa aku bawa. Kita hanya perlu sedikit tampak natural.”

Doni menepuk bahu Maya. “Jika tidak ada di antara kita yang menunjukkan ketakutan, dia tidak akan curiga.”

Dua hari berlalu, dan Ara menggunakan kostum pengantar pizza dengan ceria saat dia tiba di klinik. Beban berat di pikirannya menggantikan senyumnya.

Semua terlihat normal karena semua anggota staf lainnya tidak menyadari keberadaan Ara.

Dengan cepat, Ara berlari ke meja resepsionis. “Pizza! Ada yang memesan pizza, ndak?”

Salah satu perawat, yang sedang mengecek data, mengangkat kepala. “Sudah mendaratkan pesanan. Ke sini, kita bisa nikmati.”

“Dengar, pizza ini promo. Dapatkan sebelum semua habis!” Ara menjawab, menyembunyikan ketegangan.

Dia mulai mencuri pandang ke sekeliling untuk menemukan kemungkinan data pasien.

Dr. Smith tiba-tiba muncul, wajahnya serius. “Apa ini? Pizza di klinik? Kenapa aku tidak mendengarnya?”

Ara tertegun sejenak, napasnya terhenti. “A-Aku hanya mencoba membantu. Ini kesempatan untuk memberi pengobatan ringan,” jawabnya, meragu.

“Tentunya pasar pizza tidak seharusnya ada di sini,” Dr. Smith mengawasi arahnya dengan waspada.

Sambil menunggu kelanjutannya, Ara mencuri pandang ke meja medis, mengawasi berkas yang ada. Dan di antara dokumen-dokumen yang berantakan, dia melihat sebuah nama.

“Apakah ada yang bisa saya bantu, dok? Pizza ini bisa menjadi salah satu dukungan untuk kamu,” Ara berharap Dr. Smith tidak menaruh curiga.

Dr. Smith mendengus. “Sana tempelkan pizza itu di dapur, dan jangan hilang sebelum waktunya.”

Ara mengangguk dan beranjak, tetapi hatinya berdebar saat mengingat petualangan berbahaya yang mereka lalui.

Selagi menggenggam pizza, pikiran Ara berbalik ke Doni. Apakah tindakan ini membahayakan mereka semua?

Di dalam, dia berharap bahwa dia dan Doni bisa menemukan jawaban tentang kebohongan yang mengelilingi klinik dan hubungan mereka yang rumit.

Ara merapikan kostum pengantar pizzanya sebelum menyusuri lorong klinik. Dia berusaha menenangkan hati yang berdebar. Setiap langkahnya terasa penuh dengan ketegangan. Merasa aman untuk mencapai meja medis, Ara berhati-hati melangkah di sekitar perawat yang sibuk.

Dengan sekali pandangan, dia melihat tumpukan berkas. Beberapa di antaranya berisi data pasien, beberapa lainnya tentang prosedur. Dia mengamati lebih dekat. Ada nama yang familiar muncul di salah satu dokumen. “Exora,” gumamnya pelan.

Seketika, suara keras menghentikannya. “Hey! Ada apa di sini?”

Ara nyaris melompat mendengar suara Dr. Smith. Dia berbalik, mencoba menunjukkan senyum manis. “Hanya mengantarkan pizza, Dok! Untuk tim medis kita yang hebat.”

Dr. Smith masih membentuk ekspresi skeptis. “Pizza? Di tengah jam kerja? Sebaiknya kau ingat tempatmu, Ara.”

“Oh, saya ingat, Dok!” Ara mengangguk kencang, mencoba menekan rasa paniknya. Dia berbalik dan menuju dapur, berlalu cepat seakan tidak ada yang mencurigakan.

Di dalam hati, dia berdoa agar Doni berhasil mendapatkan informasi yang mereka butuhkan saat itu. Ara tahu situasi ini berbahaya, tetapi dorongan untuk mengetahui lebih dalam tentang masa lalu Doni terlalu besar untuk diabaikan.

Setelah mengantar pizza ke bagian dapur, Ara merapat ke pintu, mengintip ke ruang klinik. Suasana tampak tenang, tetapi hatinya berdebar tak karuan.

“Bagaimana, Ara?” Doni menunggu di luar, matanya bersinar penuh harap.

“Aku bisa melihat dokumen pasien, tapi tidak bisa mendekati. Dr. Smith terlalu waspada.”

1
anggita
like👍+☝iklan. moga novelnya sukses.
anggita
Doni.. Ara,,,
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!