Clara seorang gadis SMA yang sering mendapat bully disekolah nya. Apakah ia mampu bertahan dan menjadi primadona sekolah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nada Mahase, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Kedatangan siswa baru
Hari-hari berlalu dengan damai, dan Clara mulai merasa lebih tenang. Sekolah kembali ke rutinitasnya, dan Clara semakin fokus pada kegiatan sekolah dan menulis. Namun, ketenangan itu terganggu dengan kedatangan siswa pindahan baru yang tampan, Andi. Kehadirannya segera menarik perhatian semua orang, termasuk Rina yang kini kembali dari skorsingnya.
Andi, dengan penampilannya yang menarik dan senyuman yang memikat, segera menjadi pusat perhatian. Namun, di balik penampilan menariknya, Andi menyimpan sikap yang arogan dan manipulatif. Clara segera merasakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan Andi ketika dia pertama kali berbicara dengannya.
"Hei, kamu Clara, kan?" tanya Andi dengan senyum tipis saat dia mendekati Clara di kantin.
"Ya, aku Clara. Kamu Andi, siswa baru itu?" jawab Clara dengan sopan, meskipun dia merasa sedikit gugup.
"Betul. Senang bertemu denganmu. Aku mendengar banyak tentangmu," kata Andi, matanya bersinar dengan sesuatu yang tidak bisa Clara pahami sepenuhnya.
"Apa yang kamu dengar?" tanya Clara, mencoba tetap tenang.
"Oh, hanya cerita-cerita biasa," jawab Andi sambil tertawa kecil. "Jangan khawatir, aku tidak mempercayai semua yang aku dengar."
Clara merasa ada sesuatu yang tidak nyaman dengan cara Andi berbicara, tetapi dia memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya. Namun, perasaan itu semakin kuat ketika dia melihat Andi mulai bergaul dengan Rina dan gengnya. Rina tampak senang mendapatkan perhatian dari Andi, dan Clara merasa bahwa ini bukan pertanda baik.
Suatu hari, saat Clara sedang berjalan menuju kelas, dia mendengar suara ribut di lorong. Ketika dia mendekat, dia melihat Rina dan Andi berdiri di depan papan pengumuman, tertawa dan bercanda. Papan pengumuman itu penuh dengan foto-foto Clara yang diambil secara diam-diam, disertai dengan komentar-komentar jahat.
Clara merasa wajahnya memerah dan air mata mulai menggenang di matanya. Namun, sebelum dia bisa berbalik dan pergi, Andi melihatnya dan memanggilnya.
"Hei, Clara! Lihatlah, kami membuatmu terkenal," kata Andi dengan nada mengejek.
Rina tertawa keras. "Ya, Clara. Sekarang semua orang tahu siapa dirimu."
Clara merasa seluruh tubuhnya gemetar. Dia ingin lari, tetapi kakinya terasa kaku. Namun, sebelum situasi semakin buruk, Arman dan Rendy muncul di sampingnya.
"Andi, Rina, hentikan ini," kata Arman dengan suara tegas. "Ini sudah keterlaluan."
Rendy menarik Clara menjauh dari kerumunan. "Ayo, Clara. Kita harus melaporkan ini kepada Bu Anita."
Dengan hati yang berat, Clara mengikuti Arman dan Rendy menuju ruang kepala sekolah. Di sana, mereka menjelaskan situasinya kepada Bu Anita, yang tampak sangat marah setelah mendengar apa yang terjadi.
"Ini sudah cukup. Rina, kamu sudah mendapatkan banyak peringatan. Dan Andi, sebagai siswa baru, tindakanmu tidak bisa diterima," kata Bu Anita dengan suara tegas. "Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut dan memberikan hukuman yang setimpal."
Setelah pertemuan itu, Clara merasa sangat lelah. Dia merasa bahwa masalahnya tidak akan pernah selesai. Namun, Arman dan Rendy selalu ada di sisinya, memberikan dukungan yang sangat dibutuhkannya.
---
Beberapa hari berlalu, dan Andi terus menunjukkan sikapnya yang arogan. Dia tampak menikmati perhatian yang dia dapatkan dari Rina dan gengnya. Namun, Clara tidak tinggal diam. Dia mulai mencari cara untuk mengungkap kebenaran tentang Andi dan menghentikan perundungan yang dia alami.
Suatu hari, ketika Clara sedang duduk di perpustakaan, Rendy datang dengan wajah serius. "Clara, aku menemukan sesuatu tentang Andi."
"Apa itu, Rendy?" tanya Clara dengan cemas.
"Aku mendengar dari beberapa siswa di sekolah lama Andi bahwa dia pernah melakukan hal yang sama di sana. Dia suka memanipulasi orang dan membuat masalah," kata Rendy.
Clara merasa marah. "Kita harus mengungkap ini, Rendy. Kita tidak bisa membiarkan dia terus melakukan ini."
"Aku setuju. Aku akan berbicara dengan Bu Anita tentang apa yang aku temukan," kata Rendy dengan tekad.
Beberapa hari kemudian, Bu Anita memanggil Andi dan Rina ke ruang kepala sekolah. Setelah mendengarkan kesaksian dari siswa-siswa di sekolah lama Andi, Bu Anita memutuskan untuk mengambil tindakan tegas.
"Andi, kamu telah menunjukkan sikap yang tidak bisa diterima di sekolah ini. Kami tidak bisa membiarkan perilaku seperti ini berlanjut. Kamu akan mendapatkan skorsing selama satu bulan," kata Bu Anita.
Rina, yang juga terlibat dalam perundungan tersebut, mendapatkan hukuman tambahan. Clara merasa lega, meskipun dia tahu bahwa ini mungkin bukan akhir dari masalahnya.
---
Hari-hari berlalu, dan suasana di sekolah mulai membaik. Clara merasa lebih tenang dan fokus pada studinya. Dia terus menulis cerita pendeknya dan merasa lebih percaya diri dengan dukungan dari Arman dan Rendy.
Suatu hari, Arman mengajak Clara untuk duduk di taman sekolah setelah jam pelajaran. Mereka duduk di bangku dan berbicara tentang banyak hal. Clara merasa sangat berterima kasih memiliki teman seperti Arman.
"Clara, kamu tahu bahwa kamu sangat kuat, bukan?" kata Arman dengan senyum.
"Aku tidak tahu tentang itu, Arman. Aku merasa sangat lelah dengan semua ini," jawab Clara.
"Justru karena kamu terus bertahan dan tidak menyerah, itu menunjukkan betapa kuatnya kamu," kata Arman. "Dan ingat, kamu tidak sendirian. Aku dan Rendy akan selalu ada untukmu."
Clara merasa hatinya hangat. Meskipun perjalanan ini penuh dengan tantangan, dia tahu bahwa dia bisa menghadapinya dengan teman-temannya di sisinya. Dia menatap langit, merasa bahwa masa depan penuh dengan harapan.
Malam itu, Clara kembali menulis di buku hariannya. Dia menuliskan rasa syukur dan harapannya untuk masa depan. Meskipun perjalanan ini tidak mudah, dia merasa bahwa dia telah belajar banyak tentang kekuatan, keberanian, dan arti persahabatan sejati.
Dengan dukungan dari Arman dan Rendy, Clara tahu bahwa dia bisa menghadapi apapun yang datang. Dia menutup buku hariannya dan memandang ke luar jendela. Bintang-bintang bersinar terang di langit malam, memberikan harapan dan inspirasi.
Dan dengan itu, Clara berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan terus maju, tidak peduli apa yang terjadi. Dengan teman-temannya di sisinya, dia siap menghadapi apapun yang datang. Masa depan mungkin penuh dengan tantangan, tetapi dia tahu bahwa dia memiliki kekuatan untuk menghadapinya dengan kepala tegak dan hati yang kuat.
---