Apa jadinya jika gadis berusia 23 tahun menjadi pengasuh sekaligus ART di rumah seorang duda tampan yang kesepian? Mengurus rumah dan satu bocah yang nakal sungguh membuat kepala Anggita merasa pusing, tapi ternyata menghadapi duda tampan yang manja juga kesepian jauh membuatnya lebih pusing.
Seiring berjalannya waktu, Anggita dan Angkasa saling jatuh hati. Tapi Edo mantan kekasih Anggita muncul dan memaksa minta balikan. Yang lebih mengejutkan, ternyata Edo adalah keponakan dari Angkasa. Tak hanya itu, mantan istri Angkasa juga kembali dari luar negri dan memaksa untuk rujuk dengan alasan anak.
Bagaimanakah kelanjutan hubungan Anggita dan Angkasa?
Akankah keduanya sanggup menghadapi badai masalah yang muncul dalam bahtera percintaan mereka?
Follow Ig : Fatmawatisiti1472
Note :
-Alur cepat
-Bukan novel panjang
-Konflik ringan
-slow up
-slow revisi
Selesai baca follow akun Noveltoon author ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YoungLady, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Anggita duduk termangu di halaman belakang, otaknya sibuk memikirkan cara agar Edo mau berhenti mengejarnya seperti orang gila. Menjadi kekasih Angkasa ternyata tak lantas membuat Anggita aman dari gangguan Edo, pria itu malah bergerak semakin jadi.
Anggita merasa tak enak karena telah membuat hubungan Angkasa dan Edo jadi tidak harmonis, padahal mereka adalah keluarga dekat. Sempat terlintas keinginan untuk menjauh dari Angkasa saja, tapi hatinya sudah terlanjur menyukai pria itu.
"Apa yang sedang Kakak pikirkan?" Tanya Cika.
"Nggak ada," sahut Anggita.
"Jangan bohong!" Cika sulit untuk di tipu.
"Apa aku putus saja dari angkasa ya? Aku nggak enak membuat dua saudara itu berselisih," celetuk Anggita.
"Menurutku, daripada kalian berdua putus lebih baik menikah saja sekalian. Siapa tau setelah menikah, Edo jadi berhenti mengejar Kakak," Cika memberi sebuah ide.
"Kalau dia masih tetap mengejar bagaimana?" Anggita ragu ide sang adik akan berhasil. Edo sangat keras kepala, dia akan melakukan apapun untuk merebut Anggita dari sisi Angkasa.
Suasana berubah hening seperti kuburan baru. Anggita kembali berpikir, sementara Cika sudah memasang tampang menyerah. Baginya, menikah adalah jalan keluar satu satunya untuk sang Kakak agar terbebas dari jerat Edo.
"Aku akan menangkapnya, mengikatnya, memasukannya ke dalam karung lalu melemparnya ke laut." Sambung Angkasa yang tiba-tiba muncul diantara kakak beradik itu.
"Sayang, sejak kapan kamu disitu?" Anggita ketar-ketir. Dia takut percakapannya dengan Cika didengar oleh Angkasa.
"Sejak tadi," sahut Angkasa.
"Jadi kamu mendengar semua obrolan kami?" Anggita sedikit was-was.
"Iya, aku mendengar. Aku setuju dengan ide adikmu, mari kita menikah," ucap Angkasa
"Apa? Tapi saya belum siap!" Anggita menolak secara halus.
"Nanti kalau sudah sah juga kamu akan siap." Angkasa tersenyum kecil.
"Anggita sayang, kita sudah resmi berpacaran. Tolong berhenti bicara terlalu formal padaku," bisik Angkasa di telinga Anggita. Wanita itu merinding, semua bulu halus yang tumbuh di tubuhnya berdiri.
***
Selesai membicarakan hal serius dengan Anggita, angkasa langsung menelfon Rosa adiknya. Dia ingin membagikan rencana dan niat baiknya untuk menikahi Anggita kepada Rosa. Hal yang ditakutkan Angkasa terjadi, Rosa tak merestui keinginan Abangnya. Wanita itu meminta Angkasa membawa Anggita ke rumahnya, dia perlu mewawancarai pacar abangnya itu dengan banyak pertanyaan.
"Bawa dia ke rumah, aku ingin bertemu dan bicara serius dengannya!" Nada bicara Rosa sedikit meninggi.
"Nggak sekarang juga, kami sedang ada di suatu tempat," ujar Angkasa.
"Dimana?" Rosa penasaran.
"Di rumah orang tua Anggita," sahut Angkasa.
"Apa? Apa kakak sudah melamarnya?" Rosa sedikit takut.
"Belum,"
"Jangan buru-buru melamar dia. Bawa dia menemui aku dulu besok. Oke?"
"Oke."
Angkasa mematikan telfon, dia menarik nafas berat. Permintaan Rosa membuat hatinya cemas tak karuan, dia takut Rosa akan menyudutkan Anggita. Tapi mau bagaimana lagi? Cepat atau lambat mereka berdua akan menjadi saudara, memang baiknya mereka bertemu terlebih dahulu.
Dari jauh, Anggita memperhatikan wajah cemas kekasihnya. Dia berjalan mendekati Angkasa, merangkul pinggangnya dan menaruh dagunya dipundak pria itu.
"Telfon dari siapa?" Anggita penasaran.
"Rosa, adikku. Dia memintaku untuk membawamu ke rumahnya," Angkasa berucap jujur.
"Tapi aku belum siap bertemu dengan anggota keluargamu yang lain. Bagaimana kalau dia nggak menyukaiku?" Anggita menekuk wajahnya karena khawatir.
"Tenang saja, ada aku. Lagi pula mau dia suka atau tidak suka denganmu tidak akan merubah pendirianku, aku tetap akan mencintaimu juga mempertahankan kamu." Angkasa mengembangkan sebuah senyum manis.
Hati Anggita berdesir, dia merasa diperlakukan seperti intan permata yang berharga oleh Angkasa. Jarang sekali ada pria yang dengan mantap akan berpihak pada wanitanya jika anggota keluarganya ada yang tidak suka pada kekasihnya.
Mungkinkah dia jodoh yang Tuhan siapkan untuk Anggita? Usia Anggita belum cukup matang untuk menikah. Tapi jika jodoh sudah datang tak baik menunda-nunda pernikahan bukan?
"Orang-orang kemana?" Angkasa mengamati suasana rumah Anggita yang sepi.
"Mereka sudah masuk kamar, tidur," sahut Anggita santai.
"Asyik... Aku jadi punya waktu untuk bermesraan denganmu," Angkasa mendaratkan ciuman di pucuk kepala dan leher Anggita. Membuat gadis muda itu meremang seketika. Sensasi geli dan panas berbaur jadi satu, memancing niat dalam diri untuk mencari rasa yang lebih hangat lagi.
"Sayang, stop! Bagaimana nanti kalau ketahuan Ibu atau Cika?" Anggita mencoba menjauhkan diri dari Angkasa. Tapi sayang pria itu kembali merengkuh tubuhnya dan memasukannya kedalam pelukannya.
"Parfum apa yang kamu pakai? Baunya wangi sekali. Aku jadi semakin ingin menciummu," bisik Angkasa lirih ditelinga kanan Anggita.
Cup...
Anggita mencium Angkasa duluan, dia tak peduli statusnya sebagai wanita yang biasanya lebih sering diserang daripada menyerang duluan. Keduanya terlibat ciuman panas beberapa menit di ruang tamu. Ternyata ada sensasi tersendiri bermesraan di dalam rumah dan takut ketahuan anggota keluarga lain. Sangat memacu adrenalin dan gairah.
"Awh..." Jerit Anggita saat angkasa menggigit gemas lehernya.
"Kecilkan suaramu!" Pinta Angkasa. Dia tak mau calon Ibu mertuanya dan Cika terbangun dari tidur mereka.
"Salah sendiri menggigit leherku seperti drakula,"
"Aku memang drakula, drakula yang suka mencari kenikmatan dari leher kekasihku. Hi... Hi... Hi..."
"Sayang, kamu genit sekali!" Anggita memberi pukulan kecil di area dada bidang Angkasa. Pria itu sama sekali tak menghindar, malah semakin menggoda Anggita dengan rayuan mautnya.
Bersambung...
mka nya kurleb ya gt sbangsa tumbuh tumbuhan tp bs beranak pinak😁🤣🤣🤣😂😂😂