Kumpulan cerpen yang tokohnya dari member JKT48
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gabijh1799, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selamanya bersama (Gracie)
Wildan Asshafa adalah seorang pekerja asal Indonesia yang bekerja di sebuah perusahaan IT di Jepang. Dia sudah lima tahun tinggal di Jepang, tetapi dia masih merasa asing dan kesepian. Dia hanya punya sedikit teman dan jarang berkomunikasi dengan keluarga dan kekasihnya yang tinggal di Indonesia. Dia selalu sibuk dengan pekerjaannya dan tidak punya waktu untuk bersenang-senang.
Suatu hari, saat dia sedang pulang kerja dengan sepeda, dia menabrak seorang wanita yang sedang berlari di trotoar. Mereka berdua terjatuh dan saling minta maaf.
"Maafkan saya, saya tidak melihat anda." kata Wildan dalam bahasa Jepang.
"Tidak apa-apa, saya juga tidak hati-hati. Apakah anda baik-baik saja?" tanya wanita itu dengan ramah.
Wildan menatap wanita itu dan merasa terpesona. Dia memiliki wajah yang cantik dan rambut hitam panjang yang terurai. Matanya yang besar dan indah menatap Wildan dengan penuh perhatian. Dia mengenakan pakaian olahraga yang menunjukkan tubuhnya yang langsing dan atletis.
"Ya, saya baik-baik saja. Bagaimana dengan anda?" balas Wildan.
"Saya juga baik-baik saja. Nama saya Gracie. Senang bertemu dengan anda." kata wanita itu sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya.
Wildan menyambut jabatannya dan merasakan hangatnya kulitnya. "Nama saya Wildan Asshafa. Saya berasal dari Indonesia. Saya bekerja di sini sebagai programmer." kata Wildan.
"Oh, anda dari Indonesia? Saya pernah ke sana sekali untuk syuting iklan. Negaranya indah sekali." kata Gracie.
"Benarkah? Anda seorang model?" tanya Wildan kagum.
"Ya, saya juga seorang artis. Mungkin anda pernah melihat saya di TV atau majalah." kata Gracie sambil tertawa.
Wildan terkejut mendengar jawabannya. Dia tidak pernah menonton TV atau membaca majalah karena tidak tertarik dengan dunia hiburan Jepang. Dia tidak tahu bahwa wanita yang dia tabrak adalah seorang selebriti terkenal.
"Maaf, saya tidak tahu. Saya jarang mengikuti berita hiburan." kata Wildan jujur.
"Tidak apa-apa, saya tidak keberatan. Malah lebih baik begitu. Anda tidak akan memandang saya berbeda karena status saya." kata Gracie.
Mereka berdua tertawa dan merasa nyaman satu sama lain. Mereka berbincang-bincang tentang diri mereka dan minat mereka. Wildan merasa senang karena bisa berbicara dengan seseorang yang ramah dan ceria seperti Gracie. Gracie juga merasa tertarik dengan Wildan yang sopan dan pintar seperti Gracie.
Mereka tidak sadar bahwa waktu sudah larut malam. Mereka berpisah dengan saling bertukar nomor telepon dan janji untuk bertemu lagi.
Sejak hari itu, mereka mulai berteman dan sering menghabiskan waktu bersama. Mereka pergi ke bioskop, kafe, taman, atau tempat-tempat lain yang menyenangkan. Mereka juga saling membantu dalam pekerjaan mereka. Wildan membantu Gracie belajar bahasa Indonesia untuk perannya di sebuah film yang akan datang. Gracie membantu Wildan mengenal budaya Jepang dan memberinya tips fashion.
Mereka semakin dekat dan saling jatuh cinta. Tetapi mereka belum menyatakan perasaan mereka satu sama lain karena takut merusak persahabatan mereka.
Sementara itu, hubungan Wildan dengan kekasihnya di Indonesia mulai retak. Kekasihnya bernama Rani, seorang dokter muda yang bekerja di sebuah rumah sakit besar di Jakarta. Mereka sudah pacaran sejak kuliah dan berencana untuk menikah setelah Wildan pulang dari Jepang.
Namun, sejak Wildan pindah ke Jepang, komunikasi mereka semakin jarang dan dingin. Rani mengeluh bahwa Wildan jarang pulang dan tidak memberi perhatian padanya. Dia juga curiga bahwa Wildan berselingkuh dengan wanita lain di Jepang.
Wildan merasa bersalah dan bingung. Dia mencoba memperbaiki hubungannya dengan Rani, tetapi semakin hari semakin sulit. Dia juga tidak bisa menyangkal perasaannya pada Gracie yang selalu ada untuknya.
Suatu hari, Rani mengirim pesan kepada Wildan bahwa dia ingin bicara dengannya secara serius. Wildan meneleponnya dan mendengar kabar buruk dari Rani.
"Wildan, kita harus putus." kata Rani tanpa basa-basi.
"Apa? Mengapa?" tanya Wildan kaget.
"Kita sudah tidak cocok lagi, Wildan. Kita sudah terlalu lama jauh dan berbeda. Kita sudah tidak punya masa depan bersama." kata Rani dingin.
"Tidak, Rani. Kita masih bisa memperbaiki hubungan kita. Kita masih bisa bersama." kata Wildan berusaha meyakinkannya.
"Tidak bisa, Wildan. Aku sudah bosan menunggumu pulang dari Jepang tanpa kepastian kapan itu akan terjadi. Aku juga sudah bosan mendengar alasanmu yang selalu sibuk dengan pekerjaanmu atau teman-temanmu di sana."
"Rani, aku minta maaf kalau aku membuatmu merasa seperti itu."
"Maaf tidak cukup, Wildan. Aku sudah tidak bisa lagi percaya padamu."
"Apa maksudmu?"
"Aku tahu kamu berselingkuh dengan wanita lain di sana."
"Apa? Itu tidak benar!"
"Jangan bohong padaku, Wildan! Aku sudah melihat fotomu bersama wanita itu di media sosial."
"Wanita itu? Kamu maksud Gracie?"
"Ya! Siapa lagi kalau bukan dia? Dia kan selebriti terkenal di Jepang! Kamu pikir aku bodoh?"
"Rani, kamu salah paham! Gracie itu hanya temanku!"
"Hanya temanmu? Kamu kira aku percaya? Kamu selalu bersamanya setiap saat! Kamu bahkan lebih sering mengirim fotomu bersamanya daripada bersamaku!"
"Itu karena kami bekerja sama untuk proyek filmnya! Kami hanya profesional!"
"Oh ya? Lalu kenapa kamu selalu tersenyum bahagia bersamanya? Kenapa kamu selalu memujinya di depanku? Kenapa kamu selalu membicarakannya padaku?"
"Itu karena dia orangnya baik dan menyenangkan! Dia selalu membantuku mengatasi kesulitanku di sini! Dia temanku yang paling dekat!"
"Nah! Kamu lihat! Kamu sudah mengakuinya sendiri! Kamu lebih dekat dengannya daripada denganku! Kamu lebih mencintainya daripada mencintaiku!"
"Tidak! Itu tidak benar! Aku masih mencintaimu!"
"Bohong! Kamu sudah tidak mencintaiku lagi! Kamu sudah melupakanku! Kamu sudah meninggalkanku!"
"Tidak! Rani! Dengarkan aku!"
"Tidak usah bicara lagi, Wildan! Sudah cukup! Aku sudah muak dengan semua ini! Aku sudah putuskan untuk mengakhiri hubungan kita!"
"Rani! Jangan lakukan ini padaku!"
"Sudahlah, Wildan! Lupakan aku! Nikmati hidupmu bersama wanita itu! Selamat tinggal!"
Rani memutuskan sambungan telepon tanpa memberi kesempatan kepada Wildan untuk menjelaskan dirinya.
Wildan merasa hancur dan sedih. Dia mencoba menelepon Rani lagi tetapi nomornya sudah diblokir oleh Rani. Dia mencoba mengirim pesan kepada Rani tetapi pesannya tidak dibalas oleh Rani. Dia mencoba menghubungi keluarga atau teman-temannya tetapi mereka semua menolak bicara dengannya. Dia merasa sendirian dan tak berdaya. Dia merasa kehilangan orang yang paling dicintainya.
Wildan mencari pelarian dari kesedihannya dengan bersama Gracie. Gracie yang menyadari perasaan Wildan, mencoba menghibur dan mendukungnya. Dia membawa Wildan ke tempat-tempat yang bisa membuatnya lupa sejenak dengan masalahnya. Dia juga mendengarkan curhatan Wildan dengan sabar dan penuh simpati. Dia juga memberi nasihat dan motivasi kepada Wildan untuk bangkit dan melanjutkan hidupnya.
Mereka semakin dekat dan saling jatuh cinta. Wildan menyadari bahwa Gracie adalah orang yang tepat untuknya. Dia mencoba melupakan Rani dan memfokuskan diri pada Gracie. Pada akhirnya dia melamar Gracie dan mereka menikah.
Namun, pernikahan mereka tidak berjalan mulus. Mereka harus menghadapi banyak rintangan dan tantangan dari berbagai pihak.
Pertama, mereka harus menghadapi keluarga mereka yang tidak setuju dengan pernikahan mereka. Keluarga Wildan merasa kecewa dan marah karena Wildan menikahi wanita asing tanpa memberi tahu mereka terlebih dahulu. Mereka juga merasa khawatir karena Wildan tidak akan pulang ke Indonesia lagi. Mereka menuntut Wildan untuk bercerai dengan Gracie dan kembali ke Indonesia.
Keluarga Gracie juga tidak senang dengan pernikahan mereka. Mereka merasa bahwa Wildan tidak pantas untuk Gracie karena dia bukan orang Jepang dan bukan seorang selebriti. Mereka juga merasa bahwa Wildan hanya memanfaatkan Gracie untuk kepentingannya sendiri. Mereka menekan Gracie untuk bercerai dengan Wildan dan menikahi pria Jepang yang lebih kaya dan terkenal.
Kedua, mereka harus menghadapi media dan publik yang selalu mengawasi dan mengkritik pernikahan mereka. Media selalu mencari sensasi dan skandal tentang pernikahan mereka. Mereka selalu menyebarkan berita-berita negatif dan fitnah tentang pernikahan mereka. Mereka juga selalu menggali masa lalu mereka dan mencari bukti-bukti bahwa pernikahan mereka tidak berdasarkan cinta tetapi hanya rekayasa atau nafsu belaka.
Publik juga tidak menerima pernikahan mereka dengan baik. Mereka selalu memberi komentar-komentar jahat dan hinaan kepada mereka di media sosial atau di tempat umum. Mereka juga selalu mengganggu dan mengancam mereka dengan cara-cara yang tidak menyenangkan.
Ketiga, mereka harus menghadapi masalah-masalah dalam rumah tangga mereka sendiri. Mereka harus menyesuaikan diri dengan budaya dan kebiasaan yang berbeda dari pasangan mereka. Mereka juga harus berbagi waktu dan perhatian antara pekerjaan dan keluarga mereka dan mengatasi masalah-masalah seperti uang, seks, anak, dll.
Mereka sering bertengkar dan berselisih pendapat karena hal-hal kecil atau besar. Mereka juga sering merasa kesepian dan tidak dipahami oleh pasangan mereka dan sering merasa iri atau cemburu karena pasangan mereka memiliki teman atau fans yang lebih banyak atau lebih dekat daripada mereka.
Mereka mulai meragukan pernikahan mereka dan perasaan mereka satu sama lain. Mereka mulai berpikir apakah mereka benar-benar mencintai pasangan mereka atau hanya terbawa emosi sesaat dan apakah pernikahan mereka akan bertahan atau hancur.
Apakah mereka akan mampu mengatasi segala rintangan dan tantangan yang menghadang pernikahan mereka? Apakah mereka akan tetap setia dan saling mencintai sampai akhir? Atau apakah mereka akan menyerah dan bercerai?
*
Akhirnya mereka berdua mencoba untuk memperbaiki diri mereka masing-masing dengan mencoba untuk menghibur diri mereka agar nantinya mereka dapat menyelesaikan masalah dengan kepala dingin.
Dan benar pada akhirnya keluar dari Wildan dapat memaafkan Wildan dengan mencoba untuk bernegosiasi dengan Wildan dan mencoba membujuk Gracie agar dapat ikut Wildan jika dia ingin berlibur ke Indonesia dan keluarga Gracie dapat melihat Wildan dari sisi lain yaitu kesetiaan dan juga kebahagiaan anak mereka bukan karena harta maupun popularitas.
Pada akhirnya Wildan dan Gracie hidup bahagia bersama. Mereka berhasil menjalani karir dan keluarga mereka dengan baik. Mereka juga berhasil memiliki anak yang cantik dan pintar seperti mereka. Mereka menjadi contoh bagi banyak orang bahwa cinta tidak mengenal batas dan perbedaan.
Namun, kebahagiaan mereka tidak berlangsung lama. Gracie ternyata menderita penyakit kanker payudara yang sudah stadium akhir. Dia tidak memberi tahu Wildan karena tidak ingin membuatnya sedih dan khawatir. Dia hanya berusaha menikmati sisa hidupnya bersama Wildan dan anaknya.
Suatu hari, Gracie pingsan di rumah dan dilarikan ke rumah sakit. Di sana, dokter memberi tahu Wildan bahwa Gracie hanya memiliki waktu satu bulan lagi untuk hidup. Wildan merasa terpukul dan tidak percaya dengan kabar itu. Dia menyesal tidak mengetahui penyakit Gracie lebih awal.
Wildan memutuskan untuk menghabiskan waktu sebanyak mungkin bersama Gracie. Dia membawa Gracie ke tempat-tempat yang ingin dikunjungi oleh Gracie. Dia juga memenuhi semua permintaan dan harapan Gracie. Dia juga selalu mengatakan bahwa dia mencintai Gracie.
Gracie merasa bahagia dan bersyukur memiliki suami seperti Wildan. Dia juga merasa sedih karena harus meninggalkan Wildan dan anaknya. Dia berharap agar Wildan bisa kuat dan bahagia tanpa dirinya.
Pada hari terakhirnya, Gracie meminta Wildan untuk membawanya ke taman bunga favoritnya. Di sana, mereka berdua duduk di bawah pohon sakura yang sedang mekar. Mereka berpegangan tangan dan saling menatap dengan penuh cinta.
"Aku mencintaimu, Wildan." kata Gracie dengan lemah.
"Aku juga mencintaimu, Gracie." balas Wildan dengan mata berkaca-kaca.
"Terima kasih telah membuat hidupku menjadi indah dan berarti." kata Gracie.
"Terima kasih telah menjadi cinta sejatiku." kata Wildan.
"Maafkan aku karena harus meninggalkanmu." kata Gracie.
"Jangan minta maaf. Aku akan selalu bersamamu." kata Wildan.
"Aku akan selalu menunggumu di surga." kata Gracie.
"Aku akan mencarimu di surga." kata Wildan.
Mereka berdua mencium satu sama lain dengan lembut. Lalu, Gracie menutup matanya dan menghembuskan napas terakhirnya di pelukan Wildan.
Wildan merasakan denyut jantung Gracie berhenti. Dia menangis tersedu-sedu sambil memeluk tubuh Gracie yang sudah dingin.
Dia merasa kehilangan separuh jiwanya. Dia merasa dunianya runtuh.
Tetapi dia juga merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu terakhirnya bersama Gracie. Dia juga merasa bangga karena bisa menjadi suami dari wanita hebat seperti Gracie.
Dia berjanji akan terus mengenang dan menghormati kenangan mereka bersama. Dia juga berjanji akan terus menjaga dan mencintai anak mereka yang merupakan buah hati dari cinta mereka. Dia yakin bahwa suatu hari nanti, dia akan bertemu lagi dengan Gracie di surga.
***