Started on Agustus 2024
Tinggal di kota membuatnya memiliki hubungan yang bebas dengan sang kekasih hingga akhirnya menghadirkan sesuatu dalam dirinya. Lantas bagaimana jika sang kekasih menolak untuk bertanggung jawab dan memintanya untuk menggugurkan kandungannya.
"Gugurkan kandungan itu dan kamu akan tetap menjadi pacarku." ucap Gavin Biantara Ryszard
"Tidak! Aku tak akan pernah menggugurkannya, cukup ia hadir karena kesalahan." lirih Arista Xaviera Exelyn
Entah Arista harus bersyukur atau justru sedih karena kesalahannya tersebut menghadirkan anugrah indah di dalam hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon matchaneedz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 17. Tak percaya, benarkah triplets?
"MasyaAllah Bu, itu tiga buah titik di layar monitor ya itu adalah calon janin Ibu." Ucap seorang wanita dengan jas putih yang tengah menggerakkan sebuah alat diatas perut Arista. Seorang dokter obgyne dengan senyum lembut, dokter itu bernama Aline.
"Tiga dok?"
Dokter jaga itu tersenyum, "Iya Bu betul, bayinya kembar tiga. Dari sini terlihat hanya ada satu kantong ya Bu, kemungkinan bayi yang lahir itu kembar identik." Jelas Dokter Aline, tangan kirinya mengarahkan pointer di tangan kirinya.
Arista menatap layar monitor di hadapannya dengan penuh haru. Terlihat ada tiga buah titik di sana yang menggambarkan sebuah bakal kehidupan. Di dalam rahimnya, terdapat tiga buah janin yang melayang dalam dekapan rahim dalam keheningan. Hanya dengan melihatnya seperti ini saja sudah timbul rasa sayang dan bahagia yang membuncah, bagaimana bisa dia melakukan apa yang diperintahkan kekasihnya?
Bahkan hanya dengan melihatnya seperti ini aku sudah menyayanginya. Bagaimana bisa kamu berpikir untuk melenyapkan mereka Vin... Arista.
"Di lihat dari kondisinya, perkembangan sejauh ini bagus ya Bu. Sesuai dengan usia kandungannya, tadi berdasarkan HPHT sudah 7 minggu yaa."
"Itu benar ada tiga dok?"
"Iyaa Bu, ayahnya pasti bahagia sekali ini Bu sekali jadi langsung tiga." Kata Dokter Aline dengan maksud bergurau tetapi itu justru membuat Arista diam terpaku mengingat niat Gavin kemarin apabila dirinya hamil. Pria itu lebih memilih untuk melenyapkan calon anak mereka dibanding menikahinya.
Dokter Aline berdeham kecil ketika menyadari situasi, "Baik Bu pemeriksaannya sudah selesai ya. Saya bantu rapikan pakaiannya terlebih dahulu, selanjutnya kita bicarakan di meja saya yaa."
Arista kembali merapikan bajunya dengan bantuan dari dokter Aline, setelah selesai dia dibantu untuk turun dari ranjang pemeriksaan dan menuju meja kerja dokter tersebut.
"Baik Ibu, berdasarkan pemeriksaan tadi hasilnya normal ya Bu. Namun, perlu mendapatkan perhatian karena itu merupakan kehamilan kembar tiga. Pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu perlu ditingkatkan kembali karena nutrisi tersebut akan dibagi juga dengan tiga janin yang ada dalam kandungan ibu." Ucap Bu Aline sembari menuliskan resep untuk pasiennya itu.
"Jangan lupa untuk konsumsi asam folat ya Bu karena vitamin yang berperan penting dalam pembentukan sistem saraf janin, plasenta, sel darah merah dan untuk mencegah anemia." Jelas Bu Aline.
"Konsumsi Asam folat sepenting itu ya dok?"
"Iya ibu, ini berkaitan dengan pertumbuhan setiap organ kehidupan janin ibu. Terlebih ibu mengandung janin kembar tiga yang tentunya untuk kebutuhan nutrisi ini tidak bisa dianggap sepele. Karena ini juga berkaitan dengan kesehatan ibu, seorang ibu dengan kehamilan kembar lebih rawan mengalami anemia dan pre-eklamsi. Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk menurunkan resiko tersebut sejak awal, salah satunya bisa dilakukan dengan mengkonsumsi asam folat secara rutin pada trimester pertama." Jelas Bu Aline.
"Apakah ada yang ingin ditanyakan kembali Bu?"
"Untuk saat ini tidak dok, mungkin itu saja dulu."
"Baiklah, ini resep obatnya dan vitaminnya bisa diambil di Depo Farmasi ya. Saya resep kan obat dan vitamin untuk memperkuat kandungan dan menunjang pertumbuhan mereka."
"Baik Dok, terima kasih banyak. Saya permisi."
Ingin rasanya Arista memaki Gavin yang hanya tahu membuat tanpa ada niat untuk bertanggungjawab. Dia tidak akan memberitahukan pada pria itu tentang kehamilan ini, Arista berjanji akan menjaga mereka dengan sepenuh hati termasuk dari ayah kandung mereka sendiri.
"Wow, habis ngapain kamu disini?"
Arista memejamkan mata nya malas melihat seseorang yang ada di hadapannya. Ingin dia segera pergi tanpa sedikitpun terlibat pembicaraan dengan sepasang orang di hadapannya itu.
"Bukan urusan kalian." Arista mencoba peruntungan untuk segera berbalik pergi dari sana tetapi wanita di hadapannya itu seolah tak membiarkan itu terjadi begitu saja.
"Tentu itu akan menjadi urusan kita kalau kamu hamil."
DEH
Apa mereka tahu? Tuhan, tolong biarkan aku menjaga dan merawat mereka. Arista
"Apa maksudmu?"
"Kamu baru saja keluar dari sana kan? Jawab saya Arista, kamu hamil kan?"
Arista tidak berbuat menjawab, matanya melihat kearah pria yang sejak tadi juga berasa di hadapannya. "Apa kamu juga akan menurutku seperti ini?"
"Jawab saja."
"Jika aku hamil memangnya kenapa, apa urusannya dengan kalian?" Jawab Arista dengan berani, dia mendongakkan kepalanya menantang dua orang di hadapannya.
"Tentu saja itu menjadi urusanku Arista?! Gavin adalah calon suamiku dan aku tidak akan membiarkanmu mengandung anaknya, sekarang kamu ikut aku masuk lagi keruangan itu untuk periksa. Aku akan memastikannya sendiri?!" Bentak Chelsea.
DEG
Calon suami? Arista
"A-apa maksudmu?" Arista menatap Gavin meminta penjelasan lebih. Sepasang orang yang ditemui Arista memang Chelsea dan Gavin. Entah apa yang mereka lakukan bersama di rumah sakit ini.
Terdengar helaan nafas kasar dari Gavin, "Iya, maaf harus melakukan ini tapi hubungan kita tidak bisa dilanjutkan lagi. Aku harus menikah dengan Chelsea. Untuk memastikan tidak akan ada masalah dikemudian hari, ikutlah bersama Chelsea untuk memastikan bahwa kamu tidak hamil. Jika kamu hamil maka kamu tau apa yang harus kamu lakukan selanjutnya." Ucap Gavin dingin.
Tak membuang waktu lagi, Chelsea segera menarik Arista dengan kasar menuju ruangan tempat yang sama tempat dimana Arista memeriksakan kandungannya tadi. Ingin rasanya dia menghajar kedua manusia ini langsung disini tetapi dia sadar itu adalah hal yang tidak mungkin. Dia juga bisa saja akan membahayakan kandungannya.
"Lepas?!"
"Kenapa apa kau takut?"
Arista terkekeh sinis, "Tidak sama sekali karena nyatanya aku memang tidak hamil."
Maaf Nak... Arista
"Kalau gitu ayo ikut dan temui dokter itu lagi?!"
Disinilah mereka berakhir, didalam ruangan dokter obgyne kembali. Tak ada yang bisa dilakukan Arista saat ini, jika dia kabur maka keselamatan janinnya akan terancam. Mereka akan curiga kalau dia kabur begitu saja dan bisa saja akan mengirimkan orang untuk mencelakai mereka. Arista memejamkan matanya berharap ada pertolongan yang hadir.
"Kenapa kalian tidak percaya?! Harusnya tanyakan padaku dulu, aku sama sekali tidak hamil. Aku datang kesini untuk memasang IUD agar tidak hamil?!" Ucap Arista dengan keras setelah membuka matanya, inilah pilihannya. Semoga dokter Aline memahami apa maksudnya dan mendukung kebohongannya.
"Ada apa ini? Kenapa kalian masuk dengan tiba-tiba seperti ini, apakah kalian tidak melihat ada banyak antrian diluar sana?"
"Dok, tadi wanita ini kesini untuk memeriksakan kehamilannya bukan? Katakan padaku dia hamil atau tidak?!" Tanya Chelsea dengan keras, wanita itu bahkan tidak peduli dengan adab berbicara dengan orang lain.
"Tanyakan saja pada orang yang kalian maksud."
"Jawab saja apa pertanyaanku atau kau akan dipecat dari rumah sakit ini." Ancam Chelsea.
"Anda tidak akan bisa melakukan itu. Memangnya Anda siapa bisa mengancam saya seperti ini, bukankah orang yang anda maksud ada dihadapan Anda. Kenapa tidak tanyakan saja pada Bu Arista tentang kedatangannya tadi kesini?!"
"Dia tidak akan pernah jujur, kau tau aku akan menikah sebentar lagi dan wanita jalang ini menggoda calon suamiku. Aku harus memastikan wanita ini tidak hamil?!"
Arista hanya diam di sana menatap dengan penuh permohonan pada Dokter Aline untuk mendukungnya. Dia menggelengkan kepalanya ketika dokter Aline menatapnya seolah ingin memastikan kebenaran apa yang baru saja dikatakan oleh Chelsea.
"Apapun hubungan yg terjadi diantara kalian itu bukan urusan saya. Silahkan keluar dari sini."
Gavin bangkit dari duduknya dan menatap tajam ke arah dokter Aline. Seperti Chelsea, dia juga harus memastikan bahwa Arista tidak sedang mengandung anaknya saat ini.
"Jika dia mengandung maka itu adalah anakku, aku juga berhak tau bukan? Aku bisa saja menuntut rumah sakit ini karena ikut menyembunyikan dariku."
"Silahkan, kalian tidak akan mendapat apapun. Apa aku boleh mengatakannya Bu Arista?" Dokter Aline menatap Arista meminta jawaban. Setelah mendapat anggukan darinya dokter tersebut segera bangkit dan mengambil sesuatu dari balik lacinya.
"Lihatlah rekam medis ini?! Seperti apa yang dikatakan beliau tadi, Bu Arista memang datang untuk memasang IUD." Ucap Bu Aline menunjuk sebuah berkas di hadapannya.
Chelsea menarik berkas tersebut dan membacanya dengan intens. Benar, itu tertera di sana sesuai dengan apa yang dokter itu ucapkan.
"Bagus. Setelah ini jangan pernah ganggu calon suamiku lagi. Gavin katakanlah sesuatu?!"
"Bukankah kau sudah mengatakannya. Ayo pergi."
Mereka berdua pergi tanpa mengatakan apapun, meninggalkan Arista yang terpaku di hadapan dokter Aline.
tes
Tanpa bisa ditahan lagi, air mata itu keluar dengan sendirinya.
Ternyata benar, aku tidak pernah melihat masa depan di matamu karena kamu tidak ingin aku ada disana. Yang kamu inginkan itu orang lain dan itu Chelsea. Arista.
...----------------...
To be Continued
Kenapa Dokter Aline bisa dapet rekam medis itu? Apa yang sebenarnya terjadi?
Halo guysss, aku up lagi niii. Maaf ya hari ini kayanya cuma satuu karena aku semalem sibuk nangisin ayang aku😭 Seventeen😭
Besok aku akan up lagi kok tenang, terima kasih sudah membaca ya guyss. See u besok lagiii🌹