Kisah bermula dari pelarian Nathan William Carson, seorang pelaku tabrak lari yang memutuskan untuk bersembunyi dari kasus yang melibatkan dirinya.
Kabur ke sebuah kota kecil tempat kelahiran sang ibu, Nathan justru dipertemukan dengan gadis desa nan polos, pembantu sang nenek tercinta.
Berawal dari kesombongan seorang majikan terhadap pembantunya. Ketidaksukaan terhadap kinerja sang pekerja rumah tangga yang dinilai terlalu menjilat. Hingga berbagai konflik lainnya, menjadi bumbu bumbu sebelum terbentuknya cinta di antara keduanya.
Namun siapa sangka, sebuah drama menguras air mata muncul ketika rasa saling tertarik mulai tumbuh di antara mereka.
Apa yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aldiantt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Beberapa menit kemudian. Nathan yang nampak sudah segar itu keluar dari kamar pribadinya. Dengan kaos biru strip kuning di ujung lengannya, pria itu nampak berjalan menuju meja makan. Perutnya sudah lumayan keroncongan. Ini memang sudah terlalu siang untuk santap pagi.
Nathan nampak memelankan langkah kakinya. Dilihatnya dari kejauhan Rengganis nampak sibuk menggerakkan tongkat pel di tangannya itu maju mundur. Membersihkan ruang makan yang cukup luas disana.
Dapur sudah bersih. Makanan untuk sarapan sudah tersedia. Halaman depan belakang, dapur, pendopo, serta kamar dan ruang tamu semua sudah rapi dan tanpa debu. Kolam renang airnya juga sudah kembali jernih. Semua sudah selesai. Tinggal membersihkan ruang makan saja maka setelah ini ia bisa beristirahat sebelum memulai memasak untuk makan siang.
Nathan nampak celingukan. Rumah besar itu terlihat sepi. Sepertinya ia kembali ditinggal berdua dengan Rengganis siang ini.
Nathan mengangkat dagunya. Seutas senyuman smirk terbentuk dari bibirnya. Laki laki itu kemudian berjalan mendekati meja makan. Ditariknya satu kursi di sana kemudian mendudukkan tubuhnya.
"Sssttt...." Suara itu lolos dari bibir Nathan. Rengganis yang berada di sana pun menoleh. Nathan menggerakkan jari jari tangannya, seolah meminta Rengganis untuk mendekat padanya.
Rengganis menghela nafas sejenak sebelum kemudian mendekati sang tuan muda.
"Ada apa, Tuan?"
Nathan menatap datar semua makanan di atas meja.
"Gue mau makan!" Ucapnya.
Rengganis diam. Ia nampak berfikir.
Terus kenapa? Ya udah, makan tinggal makan, kan? Rengganis harus ngapain? Pikir wanita itu.
Tak mendapatkan respon apapun dari Rengganis, laki laki itu kemudian mendongak, menatap paras wanita yang berdiri di sampingnya.
"Budek?" Tanyanya.
Rengganis diam.
"Silahkan makan, Tuan!" Ucapnya kemudian.
"Ambilin, bego'!" Ucap pemuda itu.
Rengganis diam lagi. Ia memang harus ekstra sabar menghadapi setiap ulah pemuda badung itu.
Wanita cantik itu menghela nafas panjang. Tangan rampingnya kemudian tergerak meraih piring di sana dan mengisinya dengan nasi dan lauk pauk.
"Oma udah berangkat?"
"Sudah, Tuan."
Nathan tak menjawab. Diam-diam ia nampak memperhatikan lekuk tubuh wanita di sampingnya.
"Sekalian saya mau izin, Tuan. Setelah ini saya mau keluar sebentar, ada perlu sama adik saya. Tadi pagi saya sudah izin sama Oma. Oma sudah mengizinkan," ucap gadis itu sembari menyodorkan piring ke arah Nathan.
Nathan tak menjawab. Ia seperti tidak peduli. Tapi entahlah. Apakah ia akan begitu saja mengizinkan Rengganis pergi? Mengingat pemuda itu kan memang tidak bisa jika sekali saja tidak membuat orang lain susah.
Rengganis kembali melanjutkan aktivitas nya. Ia meraih tongkat pel nya dan mulai membersihkan sedikit bagian lantai yang belum tersentuh kain pel itu. Tanpa wanita itu sadari, mata Nathan sejak tadi tak henti mengamati pergerakan nya. Sesekali ia nampak melirik tubuh ramping itu dari atas sampai bawah. Rengganis memang memiliki postur tubuh yang ramping meskipun tanpa dada yang besar.
Tak lama, Rengganis selesai dengan pekerjaannya bertepatan dengan Nathan yang juga selesai makan. Wanita itu lantas membawa kain pel dan ember nya menuju ke belakang rumah. Berniat membersihkan teras belakang yang terhubung langsung dengan kolam renang itu.
Nathan nampak diam sejenak sembari menikmati jus jeruknya. Pria itu kemudian bangkit. Ia berjalan menuju teras belakang, tempat di mana Renggang berada. Dilihatnya di sana, Rengganis sudah selesai membersihkan teras. Ia nampak duduk di sebuah kursi kolam renang sembari bertelepon dengan seseorang. Kain pel beserta ember berisi air bekas pel pun masih berada di samping kakinya.
"Ya udah, kamu buruan kesini, ya. Jemput mbak. Mbak udah selesai ini. Sekalian beliin bunganya," ucap Rengganis melalui sambungan telepon nya.
"Iya. Jangan lama lama, ya. Mbak pengen cepet cepet ke makam Bagas. Takutnya kalau kelamaan nggak jadi dapat izin dari cucunya Oma," tambah Rengganis
Laki laki itu mengangkat satu sudut bibirnya.
Oh, rupanya pembantu itu ingin pergi ke makam mantan pacarnya.
Ciih! Lebay sekali! Udah mati juga masih aja dijengukin! Nggak penting banget.
Nathan tersenyum smirk. Sepertinya akan menarik jika ia menggagalkan rencana wanita itu. Mungkin dia akan menangis, sedih atau apalah terserah. Tapi yang pasti itu akan sangat menyenangkan untuk dilihat oleh mata Nathan.
Laki laki itu mengangkat dagunya. Ia kemudian berjalan mendekati Rengganis. Rengganis yang menyadari kedatangan sang tuan muda itupun lantas buru buru mengakhiri sambungan teleponnya dengan sang adik.
"Iya, Tuan?" Ucap Rengganis.
"Gue mau renang! Bersihin kolam nya!" Titah Nathan.
"Sudah saya bersihkan, Tuan. Tinggal pakai aja kalau mau renang," ucap Rengganis.
Nathan tak menjawab. Ia menatap air kolam yang nampak sangat jernih itu.
Laki laki itu menganggukkan kepalanya sembari tersenyum remeh. Tiba tiba.....
.
.
.
Buuugghh....
Pluungg....
Rengganis terbelalak. Ia bahkan nampak membuka mulutnya karena terkejut. Ember berisi air keruh bekas kain pel itu melayang di udara dan jatuh di tengah tengah kolam renang akibat di tendang oleh Nathan.
Air yang keruh itu tumpah. Bercampur dengan air kolam renang yang semula sangat jernih.
"Hah?" Hanya itu yang terucap dari bibir Rengganis seolah tak habis pikir dengan apa yang terjadi. Sedangkan Nathan, pria itu nampak tersenyum penuh kemenangan.
Nathan menoleh ke arah Rengganis yang terlihat shock.
"Sorry...nggak sengaja!" Ucap Nathan pelan namun menyebalkan. Terlebih lagi ada sebuah senyuman yang tersungging di wajahnya.
Rengganis nampak mengembun. Tolonglah! Ia hanya ingin pergi ziarah ke makam kekasihnya. Ia sangat rindu laki laki itu. Tapi kenapa ada saja ulah pria gila di hadapannya ini.
Nathan sedikit membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Rengganis yang nampak hampir menangis.
"Sekarang air kolamnya kotor lagi! Bersihin, ya! Dan jangan mimpi bisa keluar dari rumah ini sebelum semua kerjaan lo beres!" Ucap Nathan dengan sorot mata tak lepas dari wajah wanita itu.
Lucu sekali ekspresi sedih wanita ini. Meskipun tak bisa dipungkiri, mata itu seolah menyiratkan kekecewaan yang begitu dalam. Namun Nathan mencoba tak peduli. Bodo amat! Kesedihan Rengganis bukan urusan dia. Yang penting dia senang, dan Rengganis tersiksa. Karena memang itu kan tujuan Nathan. Membalas dendam atas ulah Rengganis yang sudah berani mengadukannya pada Oma tempo hari.
Nathan menegakkan posisi tubuhnya. Ia kemudian berjalan menuju sebuah kursi kolam renang di sana. Ia merogoh saku celana nya, mengambil sebungkus rokok kemudian menyalakan dan menikmati nya sembari melihat Rengganis yang mulai kembali membersihkan kolam renang.
Semangat thour upnya💪💪
Ayoo semangattt upnya thour 💪💪
Semangat thour 💪💪