Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.
Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.
Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 17
Saat tiba di apartemen kondisi mobi Farah sangat
mengenaskan beberapa kaca mobil retak dan banyak sekali goresan di bodi
mobilnya.
"Apakah kau akan diam saja tentang hal
ini?" Tanya Farah.
"Aku akan melaporkan ini ke pihak yang
berwenang." Jawab Rendi sambil mengambil rekaman Cctv yang ada di mobil
Farah. Rendi juga memotret seluruh mobil Farah.
Lalu Rendi pergi entah kemana.
Farah yang semakin pusing karna lempar batu yang
mengenai kepalanya hanya ingin kembali ke apartemen lalu tidur di atas kasur.
Namun, sebelum tiba di dalam Farah sudah terlanjur
pingsan Karna tidak sanggup untuk menahannya lagi. Rendi ternyata pergi untuk
membelikan Farah obat ke apotik terdekat.
Rendi menanyakan dimana kamar Farah kepada satpam
yang berjaga namun, satpam itu tidak mau memberi tahu Farah. Rendi terus
memutar otaknya hingga dia ingat bahwa ada nomor kamar di kunci mobil Farah.
Rendi hanya berharap itu benar nomor kamar Farah.
Dan ternyata perkiraan Rendi tidak salah namun,
Farah tidak ada di kamarnya. Rendi yang sangat khawatir pun memaksa satpam
untuk memeriksa tapi ternyata Farah telah di bawa oleh orang lain yang bahkan
wajahnya tidak terlihat sama sekali di Cctv. Siapa sebenarnya orang yang
membawa Farah saat pingsan.
Farah sangat terkejut saat dia bangun, dia berada
di kamar rumah sakit yang sama saat dia di rawat inap beberapa hari yang lalu.
Apakah aku mimpi saja selama beberapa hari ini,
sedangkan aku belum keluar dari rumah sakit pikir Farah. Semua alatnya juga
sama persis seperti sebelumnya, bagaimana bisa semua ini terjadi.
Farah yang sedang kebingungan dan panik pun mencari
handphonenya saat melihat tanggal, Farah yakin beberapa hari terakhir ini bukan
lah mimpi. Farah memang baru masuk rumah sakit lagi.
Farah juga berpikir bahwa Rendi yang membawanya ke
rumah sakit, tapi setelah dia memikirkannya lagi itu terlalu tidak masuk akal.
Rendi tidak tahu di lantai berapa Farah tinggal dan di mana kamar Farah. Apa
yang sudah terjadi saat Farah pingsan.
*DI SISI LAIN*
Rendi sudah melaporkan semua kejadian kepada pihak
yang berwajib namun, belum 24 jam semenjak kehilangan Farah. Orang-orang yang
melempari batu itu juga di curigai adalah pelakunya. Rendi benar-benar sedang
setres sekali memikirkan semua itu, jika terjadi apa-apa dengan Farah orang
terakhir yang Farah temui adalah Rendi.
"Seharusnya ku pastikan dia masuk ke dalam
dulu." Ucap Rendi menyesal.
*KEMBALI*
Farah tidak tau apa yang sedang terjadi di luar
sana. Farah tidak tau bahwa dirinya dalam status di culik dan hilang. Pihak
berwenang sedang mencari keberadaan terakhir dari handphone Farah, lokasi
terakhir handphone Farah adalah Rumah sakit. Ada lima polisi yang ikut serta ke
rumah sakit untuk memastikan keberadaan Farah.
Dan Rendi juga ikut serta, saat polisi membuka
tiba-tiba Farah sangat terkejut.
Kenapa ada polisi yang datang ke sini pikir Farah.
Rendi yang melihat Farah pun langsung memeluk erat Farah.
"Apakah kamu terluka, apakah kamu baik-baik
saja, apakah kamu tahu siapa yang menculik mu?" Ucap Rendi.
"Di culik, kapan, siapa yang di culik?"
Tanya Farah.
"Tunggu, bagaimana caranya kamu bisa ada di
rumah sakit?" Tanya Rendi.
"Aku juga tidak tahu, saat aku sadar sudah di
sini." Jawab Farah.
Polisi yang sedang meminta keterangan kepada pihak
rumah sakit tidak mendapatkan hasil apapun, pijak rumah sakit mengatakan bahwa,
yang membawa Farah itu tidak ada. Farah di temukan tergeletak pingsan di depan
gerbang rumah sakit. Terus bagaimana cara Farah bisa mendapat kamar ini? Pihak
rumah mengatakan bahwa semua biaya Farah di tanggung pihak rumah karna Farah
adalah cucu direktur utama.
Rendi lagi-lagi di buat terkejut dengan kenyataan
bahwa Farah adalah cucu direktur utama rumah sakit. Polisi juga tidak bisa
menindak lanjuti, lalu pelaku pelemparan batu juga sudah di tangkap.
Di duga bahwa segerombolan orang yang melempari
batu itu adalah fans fanatik dari Rendi, yang tidak ingin Rendi jadi tidak
fokus saat ingin melaksanakan pertandingan internasionalnya tahun depan.
"Sudah lah, aku tidak ingin merepotkan kamu
lagi. Aku akan mengkonfirmasi bahwa kita bukanlah kekasih di semua sosial media
aku. Dan sekarang kamu boleh pulang, tidak perlu merasa bertanggung jawab atas
apa yang telah terjadi padaku." Ucap Farah.
"Aku akan menginap di sini, malam
ini."sahut Rendi.
"Aku tidak ingin membuat ibu khawatir Karan
kamu tidak pulang ke rumah." Ucap Farah.
"Aku pulang bukan ke rumah ibu, jadi kamu
tidak perlu khawatir." Sahut Rendi.
Sudah lah semakin Farah melarang Rendi untuk
tinggal maka semakin lama juga Rendi akan berada di dekatnya.
Tidak lama setelah itu ada yang mengetuk pintu
kamar.
"Xargus... Kamu masuk rumah sakit lagi kok
bisa, dan kenapa ada polisi yang ke sini." Tanya Iplan.
"Benar-benar banyak tanya, sangat menggangu
orang yang sedang istirahat." Ucap Rendi.
Iplan menatap tajam mata Rendi dan membuang muka di
hadapan Rendi.
"Sudah lah, jangan membahas itu lagi. Aku
tidak ingin semakin cemas karna terus memikirkannya." Ucap Farah.
"Baik lah, bagaimana mana kalau kita bermain
saja." Ucap Iplan.
Iplan ternyata membawa sebuah kartu di kantongnya.
Dan akhirnya mereka bertiga memainkan kartu itu bersama. Siapa yang kalah maka
akan di jepit menggunakan jepit baju.
Jepit baju itu juga sudah di siapkan oleh Iplan.
Farah benar-benar sakit dengan Iplan saat dia ingin melakukan sesuatu maka
semuanya sudah matang dia siapkan.
Rendi mendapatkan jepit paling banyak dan Iplan
tidak mendapatkan jepitan sama sekali.
"Bukankah ini semua terjadi karna kamu
curang." Ucap Rendi.
"Kamu saja yang terlalu bodoh dalam
memainkannya." Sahut Iplan.
"Ganti permainannya GANTI..." Ucap Rendi.
Ternyata Rendi sudah memesan mainan yang ingin dia
mainkan.
Tepat saat Rendi mengatakan itu kurir pun
Datang. Ada tujuan permainan yang Rendi beli dari
permainan menjatuhkan pinguin dari es, menyusun kotak bahkan puzzle.
Rendi benar-benar bertekad ingin memenangkan
permainan ini.
sayangnya usaha Rendi tidak berhasil, tidak ada
satu pun permainan yang berhasil Rendi menangkan.
Iplan memenangkan empat permainan dan. Farah
memenangkan tiga permainan sisanya.
"Kamu memang benar-benar bodoh dalam semua
permainan." Ucap Iplan sambil menahan tawa.
Rendi yang sangat kesal karna semua itu memojokkan
dirinya di sudut kamar.
"Aku lapar, ayo kita makan bersama. Rendi juga
harus ikut kalo engga pulang aja deh." Ucap Farah.
Akhirnya Rendi ikut bersama mereka lagi, setelah
Iplan memesan makanan dan mereka pun makan bersama.