Nindya seorang sekertaris yang sangat amat sabar dalam menghadapi sikap sabar bosnya yang sering berubah suasana hati. Hingga tiba-tiba saja, tidak ada angin atau hujan bosnya dan keluarganya datang ke rumahnya dengan rombongan kecil.
Nindya kaget bukan main saat membuka pintu sudah ada wajah dingin bosnya di depan rumahnya. Sebenarnya apa yang membuat bos Nindya nekat datang ke rumah Nindya malam itu, dan kenapa bosnya membawa orang tuanya dan rombongan?
Ayo simak kelanjutan ceritanya disini🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon VivianaRV, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
"Apa yang akan kamu lakukan?" tanya Kaivan penasaran.
"Aku akan ke dokter dan melakukan USG, nah dari situ kan pasti akan terdeteksi bahwa saat ini aku tidak hamil dan kedua orang tua kita tidak akan memaksa untuk kita menikah kalau aku tidak hamil."
"Ide yang kamu buat itu boleh juga, lalu kapan kamu akan pergi ke dokter?"
"Mungkin besok pak karena kan semakin cepat semakin bagus."
"Iya aku setuju dengan kamu kali ini, lalu kita harus bagaimana saat ini?"
"Ya mau bagaimana lagi kita harus ikuti permintaan kedua orang tua kita dan menjalani pertunangan karena kan saat ini kita tidak memiliki bukti sama sekali dan saat kita menjelaskan hal yang sebentar pasti tidak akan ada yang mendengarkan jadi ya tidak ada pilihan lain selain menurut."
"Ya sudah saat ini aku nurut saja apa yang kamu rencanakan."
"Nah gitu dong pak bos itu sekali-kali harus nurut sama saya" ucap Nindya dengan bangga.
"Saya kali ini menurut sama kamu karena terpaksa, saat ini pikiran saya sedang buntu makanya tidak bisa berpikir lagi."
"Ya sudah jadi bapak nurut saja sama saya."
"Ya terserah kamu saja lah, ayo kita masuk lagi ke dalam nanti takutnya kalau terlalu lama kita disini kedua orang tua kita pasti berpikir yang tidak-tidak" Nindya mengangguk saja karena udara diluar juga sedang dingin.
Saat mulai masuk ke dalam rumah, semua orang tua melihat kearah Nindaya dan Kaivan yang berjalan beriringan. Muka para orang tua tegang dan cemas saat dua orang itu sudah masuk ke dalam.
"Nak kamu enggak diapa-apain kan sama Kaivan? Dia tidak mengancam kamu kan nak?" ucap Eni dengan muka khawatir.
"Tidak buk Eni tenang saja."
"Terus gimana ini kalian setuju untuk lamaran atau tidak?" tanya Bara.
"Setelah kami berbincang tadi, saya dan Nindya memutuskan untuk melanjutkan lamaran kali ini."
"Kenapa kamu cepat sekali berubah pikiran? Tadi saja kamu terus memaksa agar lamaran ini tidak terjadi, apa ada yang sedang kamu rencanakan Kaivan?"
"Tidak ada yang kami rencanakan, setelah kami berbincang tadi kami memutuskan untuk menerima saja lagian ini kan untuk kebaikan Nindya dan juga aku" ucap Kaivan beralibi.
"Nah begitu dong baru itu laki-laki jantan, pak Jajak dan bu Leli bagaimana apakah kalian berdua setuju dengan lamaran saya ini? anak-anak kita juga sudah setuju alangkah baiknya sebagai orang tuan anda juga setuju."
Leli dan Jajak pun saling pandang, bu Leli menganggukkan kepalanya kepada suaminya. "Baiklah karena anak-anak juga sudah setuju dan saat ini Nindya tengah mengandung jadi saya dan istri saya menyetujui lamaran ini."
Bara dan Eni yang mendengar itu tentu saja langsung senang bukan main, akhirnya anaknya saat ini laku juga tidak sampai menjadi bujang lapuk. Dan juga sebentar lagi akan memiliki menantu plus cucu sekaligus.
"Jadi karena saat ini semua orang sudah setuju, kalau begitu kita mulai saja lamaran kali ini. Sebentar saya akan memanggil rombongan keluarga saya terlebih dahulu" ucap Bara.
"Tunggu pak Bara jadi saat ini anda membawa rombongan keluarga?" pertanyaan Jajak dibalas anggukan oleh Bara.
"Tapi pak saya dan keluarga tidak mempersiapkan makanan dan minuman sama sekali saat ini, saya menjadi tidak enak saat ada tamu yang datang tapi tidak ada makanan untuk menjamu tamu."
"Tidak apa pak Jajak anda tidak perlu sungkan seperti itu, saya tahu kedatangan saya ke sini secara mendadak jadi anda tidak perlu mempersiapkan makanan dan minuman."
"Saya tetap tidak enak pak, bagaimana kalau acara lamaran ini kita tunda saja sampai besok."
"Tidak bisa pak, lamaran harus tetap terjadi hari ini karena lebih cepat lebih baik. Saya juga ingin setelah lamaran malam ini kita langsung menentukan tanggal pernikahan" ucap Bara dengan serius.
Kaivan dan Nindya pun tentu saja tidak terima dengan ucapan yang Bara lontarkan. Tapi mengingat saat ini mereka berdua tengah menjalankan rencana mereka hanya diam saja.
"Baiklah pak kalau begitu saya setuju saja" ucap Jajak dengan pasrah.
"Kalau begitu saya panggil keluarga saya terlebih dahulu untuk menyaksikan pertunangan anak saya."
"Baik pak" setelah itu Bara keluar dari rumah dan memberitahu semua keluarganya tadi yang ikut untuk masuk ke dalam rumah.
Saat keluarga Kaivan masuk ke dalam ayah Nindya pun menyambut dengan sangat ramah. Setelah semua orang masuk ke dalam rumah, acara pun dimulai. Saat Bara keluar tadi Nindya masuk ke dalam kamar untuk dandan ala kadarnya, sedangkan Leli dan dibantu juga oleh Eni menyiapkan camilan dan minuman seadanya.
Tidak lama kemudian acara lamaran pun dimulai. Nindya juga sudah dipanggil untuk keluar, Nindya dan Kaivan pun mulai bertukar cincin sebagai simbol bahwa lamaran sudah terjadi. Setelah itu Nindya pun membantu ibunya untuk menyajikan camilan dan minum kepada setiap tamu.
"Saya senang karena bisa berbesanan dengan anda pak Bara walaupun disatu sisi saya juga sedih melepaskan putri saya karena hamil diluar nikah, seorang pengusaha sukses sedangkan saya hanya pedagang biasa" ucap Jajak.
"Jangan merendahkan seperti itu pak, saya tahu pak Jajak itu memiliki kios yang sangat besar di pasar. Maafkan anak saya pak karena dia anak anda bisa hamil diluar nikah seperti ini."
"Biasa saja pak tapi kalau dibandingkan dengan anda saya tidak ada apa-apanya. Ya mungkin itu semua juga sudah takdir, tapi maaf ya pak bara sedari tadi saya ingin memukul wajah anak anda karena sangking geramnya."
"Sudahlah pak Jajak, kalau masalah harta itu milik yang kuasa saya hanya dititipi saja. Yang terpenting saya senang karena sebentar lagi Nindya akan menjadi menantu saya, kalau anda ingin memukul Kaivan saya persilahkan."
"Benarkah saya boleh memukul anak anda saat ini pak? Dan kenapa anda sangat senang sekali memiliki menantu seperti anak saya?"
"Tentu saja boleh pak kalau anda mau, saya senang karena saya sudah tahu bagaimana sifat Nindya selama ini jadi saya tidak takut kalau Nindya akan kesusahan dengan sifat anak saya yang sangat keras kepala dan gampang marah itu. Saya juga sedari dulu ingin memiliki menantu seperti Nindya."
"Walaupun saya memukul anak anda didepan banyak orang seperti ini?" tanya Jajak memastikan.
"Iya silahkan kalau anda mau, saya tidak melarang."
"Saya sekarang tidak akan memukul anak tenang saja" ucap Jajak diakhiri dengan senyuman.
Bara bernafas lega karena pak Jajak tidak memukul putranya disaat ramai orang seperti ini. "Untuk acara pernikahannya kita cari tanggal baiknya ya pak, menurut bapak tanggal berapa kira-kira yang baik dan tidak terlalu lama agar perut Nindya tidak kelihatan membesar saat resepsi nanti."