Delisha adalah seorang Gadis yang ingin membahagiakan ibu dan adiknya, namun perjuangan Delisha tak mudah karna kakak iparnya selalu mencari cara untuk memanfaatkan sang ibu untuk kesenangannya sendiri, sedangkan kakak laki lakinya sangat bucin pada sang istri,bagaimana kah cara Delisha menghadapi kakak iparnya yang sangat serakah dan egois itu...kita baca bersama sama yukk marii...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dehas Ryuka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Tahu Diri
Sabtu adalah hari yang sangat di tunggu tunggu oleh anak muda, begitu juga anak sekolah, waktu pelajaran sangat pendek, seperti hari ini jam setengah sebelas kami sudah pulang, jika hari biasanya jam 1 kami baru keluar dari kelas."Del jalan yuk" kaata kak Tito yang tiba tiba sudsh ada di samping mejanya "duhh bikin kaget aja" gumam Deslisha lirih "udah kayak jailangkung aja ni orang, kapan dateng nya gak ada yang tau" kata hati Delisha "gimana Del oke enggak?" Tanya kak Tito lagi "Aduhh kak maaf banget, hari ini aku janji sama ibu, untuk membantunya membuat pesanan" bohongku supaya kak Tito tidak memaksa lagi "yaaahh..." Kata kak Tito dengan kecewa "ya udah deh" kata kak Tito lagi "maaf ya kak" kataku dengan tak. enak hati karna selalu menolak setiap kali kak Tito mengajaknya.
Delisha memacu motornya dengan santai, ketika mendekati rumahnya Delisha melihat motor kak Baim sudah di depan rumahnya "mau apa lagi dia" kata Delisha dalam hati.segera di standartkan motornya,dan Delisha masuk kedalam rumah, pertama kali yang dilihat nya adalah Rena yang sedang duduk sambil menikmati camilan di sofa ruang tamu, dan makanannya sudah tampak berserakan.melihat kedatangan Delisha Rena tersenyum sinis ke arah nya.namun Delisha tak perduli "Bu ayolah bu...bantu baim sekali lagi" kak Baim terdengar sedang tampak.membujuk bu.Aini " maaf nak ibu tidak bisa, ini rumah satu satunya peninggalan ayahmu, nanti kalau rumah ini di gunakan sebagai jaminan lantas ibu dan adek adekmu gimana? Tanya ibu "kan nanti Baim yang membayar cicilannya "kata kak Baim"ibu tetap menggeleng "Baim janji gak akan telat bu bayarnya" kak Baim berusaha meyakinkan bu.Aini. "jangan bu,jangan pinjamkan sertifikat itu" kata Delisha yang tiba tiba masuk "Del kamu apa apaan sih,tiba tiba masuk,gak tau apa apa,ikut campur segala' kata Kak Baim dengan nada tinggi "Maaf kak ,jika kakak meninjam hanya buat memenuhi gaya hidup kak Rena, Delisha pastikan kakak akan menyesal" kata Delisha denga yakin, karna Delisha tau bahwa kak Rena masih menaruh hati pada Ryan, bahkan Ryan sendiri yang berterus terang pada Delisha bahwa Rena sudah beberapa kali menggodanya bahkan di saat dia sudah menikah.
"Kamu Tau apa sih" kata Baim "bu...ibu tuh mertua apaan sih gak.mau sedikit pun berkorban" sentak kak Baim pada bu.Aini "Heh kak....coba pikir...kemaren yang nyumbang kak Baim untuk acara syukuran sapa? Ibu kak, apa mertua kaka ikut andil?" Kata Rena mengingatkan kak Baim, " mereka hanya menuntut kakak demi gengsi mereka,taoi gak mau mengerti keadaan kakak" rena berkata dengan nada tinggi saking jengkelnya,Baim masih terdiam berusaha mencerna apa yang Delisha katakan "Dan satu lagi yang perlu kakak tau,ibu yang menyumbang acara kakak, sedikitpun tidak dihargai oleh istri kakak itu" kata Delisha "maksud kamu apa Del" tiba tiba Rena muncul dengan muka merah, ada rasa takut jika Baim tau apa yang di lakukan nya pada wanita yang melahirkannya itu "asal kak.Baim tau jika istri kakak ini sudah memperlakukan ibu layaknya seorang pembantu " kata Delisha dengan geram "ibu tidak diijinkan duduk di ruang depan berseta tamu yang lain, ibu di suruh duduk di dapur, lalu kami di larang makan sebelum tamu yang lain selesai.makan semua, dan kak Baim tau hal yang lebih menyakitkan buatku,Kak Rena bilang pada orang orang bahwa ibu adalah pembantunya, dan membiarkan ibu pulang dengan perut kosong" kata Delisha panjang menjelas ka kejadian malam itu "Dan sekarang kak Baim meminta sertifikat rumah buat menuruti kamu kan kak? " Kata Delisha sambil menunjuk wajah kakak iparnya itu "kamu benar benar gak tau diri sama sekali" umpat Delisha "sudah nak " kata ibu sambil mengusap bahu Delisha, di lihat nya wajah kak Baim yang memerah dan air mata sudah menggantung di pelupuk matanya.kak Baim lalu mendekati istrinya "mas bagaimana dengan motor baruku, ini keinginan anakmu lo mas" Rengek Kak Rena yang memanfaatkan kehamilannya "udah ayo kita pula.ng dulu" kata Baim sambil menarik tangan istrinya. Sesampai nya di rumah Baim langsung turun dan memasukkan beberapa pakaiannya ke dalam tas ranselnya, "kamu mau kemana mas" tanya Rena "aku mau ke bengkel, aku mau menenangkan diri dulu"jawab Baim ketus "Helehh gitu aja pakek ngambek" kata Rena sinis "aku malu pada ibu Rena" kata kak Baim dengan nada tinggi "malu kenapa sih mas?" Tanya Rena " malu sama perlakuan kamu, selam ini ibu sangat sayang sama kamu, tapi kamu sangat merendahkan ibu, kamu keterlaluan" kata Baim dengan keras " halahh ibumu saja yang gak tau diri, udah miskin maunya di hargai " kata Rena dengan nada merendahkan "plak" Baim menampar pipi Rena denga keras "kamu tampar aku mas" kata Rena dangan tatapan tak percaya, "Ya supaya kamu Tau diri"kata Baim "Disini siapa yang tak tau diri aku atau kamu" kata Rena sambil menunjuk pada dada Baim " kamu numpang di rumah ku mas" lanjut Rena "mana ibumu kasih rumah? Enggak kan?" Kata Rena lagi "plak" sekali lagi Baim menampar wajah istrinya "Pergi kamu dari rumahku mas " kata Rena sambil menatap tajam mata suaminya "Baik tanpa kamu suruhpun aku akan angkat kaki dari rumahmu ini"jawab Baim, dia lalu berbalik ke kamar dan memasukkan sisa pakaian yang ada di dalam lemarinya,untuk selanjutnya Baim pergi kembali ke rumah sang ibu.sesampainya di rumah sang ibu Baim bersujud di kaki sang ibu ,Baim minta maaf pada sang ibu "bu Baim minta maaf,selama ini Baim sudah di butakan oleh cinta Baim" kata Baim sambil menangis di kaki sang ibu, melihat baim yang tiba tiba memluk dan mencium kakinya bu.Aini bingung dan kaget,begitu juga dengan kedua adik Baim, "kamu kenapa nak" tanya bu.Aini sambil.memegang kedua pundak putra nya itu, lalu di ajak duduk di sofa ruang tengah "ceritakan lah pada ibu nak" kata bu.Aini dengan lembut "Bu Baim sudah gak kuat lagi menghadapi Rena dan keluarganya, kami sering bertengkar jika Baim tidak bisa mengabulkan keinginannya" cerita Baim,bu.Aini menghela nafas dengan berat.dengan senyum bu.Aini berkata "tenangkan dulu pikiranmu,jangan ambil keputusan saat kamu emosi" ujar bu.Aini, Baim mengangguk " pikirkan matang matang sebelum kamu mengambil sikap,setiap rumah tangga pasti ada ujianya nak,mohon petunjuk pada Allah mintalah yang terbaik" kata bu Aini, baim mengangguk " bu bolehkah Baim menginap disini " tanya Baim " tentu saja nak, ini juga rumah mu" kata bu.Aini sambil tersenyum pad sang putra.