NovelToon NovelToon
Salah Pilih

Salah Pilih

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: yu odah

mengabdi pada imamnya dengan sepenuh hati tetapi Justru derai air mata dan darah yang Inara terima.
Suami yang sangat ia cintai ternyata menghianatinya, hancur hati Inara mengetahuinya dan semakin membuatnya terpuruk saat kehancuran rumah tangganya ternyata ada campur tangan ibu mertuanya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu odah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perwakilan

Egi tersenyum membayangkan wajah manis Inara namun tiba-tiba tersadar.

"Bodoh ..bodoh..bodoh."

Egi memukul keningnya sendiri karena menyadari kebodohan yang ia perbuat, bagaimana mungkin ia membayangkan wajah manis seorang wanita yang sudah bersuami.

Drrt drrt.

"Ya ..gimana Do?"

"Identitas pemilik rumah itu sudah gue kirim ke elu, dia bukan orang biasa bro, lu harus hati-hati dengannya."

Egi tersenyum smirk setelah membaca data lengkap pemilik rumah mewah di mana Rusdi mengajar les.

"Ada satu lagi tugas buat Elu."

"Hmm..katakan."

"Lakukan apapun agar dia mau memasang CCTV di rumahnya, lu bawa Tim lu untuk memasang kamera pengawas tersebut saat bini nya tidak ada di rumah."

"Lu gila...bagaimana caranya?"umpat Edo.

"Lu pikir sendiri gimana caranya, pokoknya gue mau secepatnya kamera pengwas itu sudah terpasang minggu ini."

Hanya umpatan panjang setelah Egi menutup ponsel karena Edo kini yang harus menanggung akibatnya, tak mungkin sikap Egi tiba-tiba berubah tanpa alasan.

"Gue harus tahu siapa wanita yang sudah membuatmu gila seperti ini bro" Edo bermonolog sendiri.

Egi datang dan langsung di sambut oleh Ibnu.

"Gimana apa hari ini dia masih masuk kerja?" tanya Ibnu dengan nada lirih.

"Masih..gue tadi datang ke kantin."

"Lalu ..apa dia masih pusing? Apa wajahnya pucat, atau ..."

"Ck ....kau bilang ingin melupakan tapi kenapa kau masih selalu ingin tahu keadaannya?"cibir Egi kesal.

Ibnu mendesah panjang, ia memang kini sedang menjalin kasih dengan seorang gadis lain tapi hati kecilnya tak bisa berbohong kalau Inara masih pemilik hatinya.

Egi melangkah ke kamar, entah kenapa setelah kepergian Inara dari rumah itu harinya menjadi tak bersemangat, namun saat ia di kantin dadanya selalu berdebar kencang.

"Pait ..pait... pait..."umpatnya kesal.

Kenapa ia jusru yang ikut masuk ke dalam pusara masalah rumah tangga Inara bahkan ia rela membeli vitamin dengan harga tinggi untuk wanita itu,dan meminta Edo untuk melakukan apa yang ia minta demi untuk menangkap basah penghianatan yang Rusdi lakukan di belakang Inara.

"Ah ..aku hanya ingin memberi keadilan padanya dan bisa lepas dari suami brengsek seperti Rusdi, kau bisa mendapatkan suami yang lebih segalanya dari pria brengsek itu Na..."batin Egi.

Pagi hari Egi bangun lebih awal karena ingin menemui Edo.Sahabatnya itu memberi kabar kalau pemilik rumah mewah yang tak lain adalah suami Kesya itu sudah menyetujui proposal untuk pemasangan CCTV di rumahnya.

Egi melajukan mobil dengan tenang menuju apartement Edo namun dua sudut bibirnya membentuk garis lengkung kala melihat Inara tengah mengayuh sepeda mininya.

Dengan penampilan sederhana seperti biasa tapi tak bisa menyembunyikan kecantikan yang terpantul dari wajahnya.

"Sialan...."umpat Egi lirih karena tak sadar terus memperhatikan Inara yang melaju di depannya.

Dan dari jarak sepelemparan batu, Egi menghentikan mobilnya saat Inara memasuki halaman sekolah, lalu kembali melaju setelah Inara menghilang dari pandangannya.

Lima belas menit perjalanan, bangunan gedung di mana apartemen Edo berada telah terlihat, setelah memarkirkan kendaraan Egi langsung menuju area taman apartement karena kali ini Edo memintanya untuk bertemu di sebuah cafe di dekat area parkir.

Langkah Egi tertuju pada seorang pria berkaca mata yang sedang duduk di kursi paling ujung sambil mengoperasikan laptop miliknya.

"Oke gimana bro?"

"Hmm nggak sabaran amat Lu?"

Egi memutar matanya jengah, ia paling tak suka jika urusannya berjalan lambat.

"Sebelum kita eksekusi pemasangan gue harus tahu dulu apa yang membuat Lu ingin sekali memasang kamera pengawas di rumah itu, apa ada hubungannya dengan wanita yang sedang lu jadiin target?"

"Ck...gue hanya tak ingin ketidak adilan terjadi di depan mata gue, hanya itu...gue curiga suaminya ada hubungan tersembunyi dengan wanita pemilik rumah mewah itu."

"Sungguh ..tak ada perasaan lain?hanya alasan kemanusian" pancing Edo.

"Ck...beberapa hari lalu gue lihat keningnya lebam dan gue yakin itu bukan karena jatuh, dan kemarin gue juga lihat laki nya berdua dalam satu mobil yang di kendarai ibu dari anak didiknya yang tak lain istri pemilik rumah mewah itu dan gue yakin...sikap mereka tak seperti sikap antara orang tua murid dengan guru anaknya, dan gue harus yakin dengan opini gue karena dia tak percaya dengan perkataan gue Bro."

"Kenapa lu sangat berambisi agar dia percaya akan penghianatan suaminya.?"

"E hm...setidaknya, agar dia tahu pria yang selama ini ia puja ternyata telah menghianatinya dan tak pantas mendapat cinta tulusnya."

Edo menghempaskan nafas kasar, alasan yang cukup masuk di akal tapi tak pernah Egi merealisasikan apa yang ada dalam hatinya hanya untuk meyakinkan seorang wanita apalagi sudah bersuami, dan bukan sifat Egi yang selalu ikut campur urusan orang lain apalagi menyangkut urusan rumah tangga.

Egi menyeringai puas kala Edo memperlihatkan kertas bertanda tangan pemilik rumah yang menyetujui pemasangan kamera CCTV tersebut.

"Good job...alasan apa yang lu buat agar dia menyetujuinya."

"Kita sedang mengadakan acara diskon besar-besaran, jadi biaya yang ia keluarkan hanya lima puluh persen dan selebihnya Lu ....."

"Sialan Lu..."

"Nah itu resiko yang harus lu dapat agar dia tertarik maka cara itulah satu-satu yang masuk akal."

Egi menarik nafas panjang, namun akal Edo cukup di acungi jempol.

"Oke besok malam kita harus melakukan pemasangan kamera mulai pukul tujuh pagi hingga pukul dua belas siang dan pemilik rumah menyetujui tiga titik pemasangan yaitu ruang tamu, halaman, dan area dapur" terang Edo.

"Ck ..kenapa di halaman samping tidak di pasang."

Dahi Edo mengerut kenapa Egi yang justru protes.

"Ck ...gue mau di dekat kolam renang di pasang juga tapi lu nggak usah bilang si bos."

"Tapi menyalahi prosedur Bro."

"Ck lu tenang ...biar gue yang urus, setelah bukti gue dapet maka kita bisa lepas kembali satu kamera itu."

Setelah perdebatan cukup sengit akhirnya Edo menyetujui usul Egi yang tentunya dengan syarat dan ketentuan yang harus di penuhi Egi.

Seringai puas terbit dari bibir merah Egi sedang Edo hanya bisa mengumpat dalam hati sambil merutuki kemiskinan yang pada akhirnya membuat ia harus menuruti semua kemauan anak semata wayang "si hebat".

Egi melajukan mobil sambil tertawa puas lalu mengacungkan jempol pada sahabatnya.

"Dari mana Gi...?" sapa Elic sambil mengunyah salad sayur buatan Sari.

"Hm biasa bisnis."

"Ck ..lu bilang ke sini mau liburan, masih ngurusin bisnis juga?"

"Ehm sebenarnya ini bukan hanya bisnis tapi cenderung ke urusan hati nurani."

"Cih..paling juga urusan cewek lagi ...oiya mana cewek-cewek yang biasanya ngejar Lu, biasanya dua kali dua puluh empat jam jadi buntut lu ..sekarang sepi."

Egi hanya senyum masam karena memang hari-hari nya selalu di kelilingi wanita cantik yamg terobsesi padanya, namun tentu saja satu bulan ini ia bisa bebas karena ia sudah meminta anak buahnya untuk menutup semua aksesnya jika ada seseorang yang membuntutinya.

"Lu ada acara hari ini?" tanya Egi.

"Mm mau nge cek jahitan baju di Tante Ivi."

"Sampai jam berapa? Gue ikut...bosen gue di rumah sendiri."

"Cie..cie..yang bosen, kan ada mbak Sari..."ucap Elic dengan nada lirih sambil tertawa terkikik.

"Sialan Lu...emang gue kucing garong, tiap cewek gue embat."

"Yaa.kali aja lu suka yang tobrut...ha ha ha ha."

Egi hanya mendengus kesal sambil berlalu ke kamarnya dengan mengacungkan jari tengah ke Elic.

Sore hari Edi pulang dengan wajah masam, Endah langsung memberinya segelas teh hangat kesukaan sang suami.

"Mau makan atau mandi dulu Yah..."

"Makan bu....lapar perutku hari ini."

Egi yang sedang makan pun cukup heran karena Edi tak biasanya lahap makan, sedang Elic sudah berangkat ke butik tanpa Egi yang membatalkan tiba-tiba dengan alasan mager.

"Tumben kamu lahap Yah..biasanya kalau ada masakan Inara baru kau nambah."

"Hmm ...seharian tugas menumpuk Bu..."

Endah tersenyum haru, Edi memang jarang makan di luar, karena itu ia selalu mengirim makanan untuk suaminya.

"Oiya...ada lomba masak tingkat kecamatan, tadi di umumkan oleh Ibu camat, bagaimana kalau kita kirim Inara untuk perwakilan desa kita Yah, ku kira dia pantas menjadi perwakilan kita, kalau kau setuju nanti ibu yang minta pemilik kantin untuk memberi Inara ijin."

"Ya Terserah kau saja bu"jawab lurah Edi datar.

"Kenapa kau terlihat tak senang Yah...apa kau tak setuju?"

"Bukan begitu Bu...hari ini tak biasanya Rusdi ijin tidak masuk karena sebelumnya ia tak pernah absen, dia sangat rajin dalam pekerjaannya."

"Rusdi ..suami Inara? Memang kenapa Yah."

"Entahlah Bu ..Toni yang bawa surat ijinnya, alasannya ada keperluan mendesak."

1
Holipah
Inara tolol suami penyakit masih mau aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!