Istri Kecilku Yang Nakal

"Sudah, Kak. Hentikan!" Alana mendong tubuh Adam, berharap pria itu segera menyelesaikan semuanya dan keluar menemui Sherly.

Pasalnya sejak tadi, wanita itu terus berteriak dan juga menggedor pintu kamar dengan sekuat tenaganya.

"Tapi ini belum keluar semua di dalam, Al. Biarkan aku menyelesaikannya," rengek Adam menghentakkan miliknya dibawah sana juga menahan pundak Alana agar tetap berada di bawahnya.

Alana hanya bisa pasrah, hingga lengu han panjang terdengar dari bibir keduanya, pertanda mereka sudah mencapai pelepasan bersama.

"Capek?" tanya Adam memberikan kecupan di kedua kelopak mata Alana bergantian lalu tun ke bibirnya.

Alana mengangguk. "Sekarang pakai pakaian kamu dan temui dia," ucap Alana dengan memalingkan wajahnya k arah lain.

Niatnya untuk memuaskan suaminya sampai pagi tiba, gagal karena kedatangan Sherly.

"Mau kemana? Masih ada ronde ke dua kan?" Adam menahan pinggang Alana saat istri kecilnya itu hendak turun dari ranjang.

"Mandi," jawab Alana menepis tangan Adam.

"Sayang..."

"Jangan panggil aku sayang sebelum kamu menyelesaikan urusanmu dengan wanita itu!" ketus Alana melanjutkan langkahnya menuju ke kamar mandi.

Adam terkekeh. mungkinkan Alana sedang cemburu padanya? Sungguh, jika itu memang benar, Adam akan sangat senang sekali.

Bukankah berarti Alana memang benar-benar memiliki perasaan untuknya?

"Aku mencintaimu, Al!" teriak Adam sebelum pintu kamar mandi di tutup oleh Alana.

Adam berjalan menuju walk in closed, mengambil kaos tipis dan juga celana pendek santainya sebelum menemui Sherly di luar.

*****

"Ada apa lagi?" tanya Adam dengan tatapan datar dan dingin.

Bukannya menjawab pertanyaan Adam, wanita itu melewati Adam begitu saja dan masuk ke dalam kamar,

"Alana! Dimana kamu! Cepat keluar!"

Adam mencengkram pergelangan tangan Sherly dan menariknya keluar, namun wanita itu bersikukuh untuk tetap berada di dalam.

Apalagi saat melihat pakaian wanita yang berceceran di lantai juga ranjang Adam yang berantakan. Itu membuat Sherly bertambah emosi.

"Keluar! Alana tidak ada di sini!"

Sherly tersenyum kecut dan menampik tangan Adam. "Kamu mau membohongiku, Dam? Jelas-jelas aku tadi mendengar suara desa han kalian berdua dan..." kalimat Sherly terhenti saat mengingat sesuatu. "Jangan-jangan kalian berdua sudah melakukan itu?!" pekiknya tak percaya dengan kedua manik mata yang tertuju pada leher Adam.

Dimana banyak tertinggal tanda kepemilikan yang di ukir oleh saudara kembarnya.

"Kalian benar-benar menjijikan! Kamu melakukan ini di belakangmu, Dam? Tega kamu!" Sherly terus memukul dada Adam. Meluapkan semua perasaan kecewa di dalam hatinya.

Pria yang selama ini ia cintai melakukan hubungan suami istri dengan saudaranya sendiri.

"Berkaca lah sebelum bicara! Alana istriku, jadi wajar saja kalau aku dan dia bercinta!" Adam bicara dengan nada tinggi. Membuat wanita itu mengepalkan kedua tangannya erat. "Sekarang ikut aku!" Adam menyeret Sherly keluar dari sana.

"Lepaskan aku, Dam! Kenapa sikapmu berubah dingin padaku. Aku cintamu, aku hidupmu! Bukankah dulu itu yang selalu kau ucapkan padaku?"

Adam menghempaskan Sherly saat mereka sudah sampai di lantai bawah. "Itu dulu, sebelum kamu mengkhianati aku! Jika kamu tahu aku sangat mencintaimu, kamu tidak akan membiarkan aku menikah dengan wanita lain!" teriak Adam dengan menunjuk wajah Sherly. "Apa kamu tahu, selama ini aku harus berpura-pura mencintai seorang istri yang sama sekali tidak aku inginkan? Dan sekarang saat aku sudah mencin—"

Prang!

Adam dan Sherly menoleh ke belakang saat terdengar suara benda terjatuh ke lantai.

"Alana..."

"J-jadi selama ini kamu tidak pernah mencintaiku, Kak?" air mata Alana lolos begitu saja membasahi pipinya.

"Tidak, Al. Kamu salah paham. Aku bahkan belum menyelesaikan kalimatku." Adam berjalan mendekati Alana.

"Tetap disana, Kak!" Alana memundurkan langkahnya. "Tidak perlu menjelaskan apapun padaku. Aku mengerti, lagipula Sherly sudah kembali jadi kalian bisa bersama seperti sedia kala."

"Sayang, kamu bicara apa?"

Sherly tersenyum penuh kemenangan. Niatnya untuk menghancurkan mereka berdua ternyata berhasil tanpa perlu ia turun tangan sendiri.

"Jika kamu sudah tahu posisimu, pergilah dari rumah ini Alana dan jangan pernah mengusik kamu berdua lagi," sahut Sherly menarik tangan Adam.

Alana mengangguk. "Tenang saja, aku tidak akan pernah melakukan hal picik seperti itu," uap Alana berbalik dan melangkah keluar rumah dengan air mata yang lagi-lagi ia tahan.

"Alana, tunggu!"

"Biarkan dia pergi, Dam!"

Adam menoleh. "Apa kamu pikir aku akan melepaskan Alana begitu saja? Tidak!"

"T-tapi untuk apa? Kamu tidak menginginkannya bukan?"

"Siapa yang mengatakan itu, hah?! Aku memang tidak mencintainya, tapi itu dulu di awal pernikahan kami. Dan sekarang dia adalah satu-satunya alasan kenapa aku bernafas sampai sekarang!" setelah mengatakan itu, Adam berlari mengejar Alana.

Mengabaikan Sherly yang masih diam terpaku mendengar ucapan Adam.

Konfliknya agak anu, mohon untuk kalian tetap bersabar ya,, love sekebon buat kalian..😘😘