Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ba 17
Semenjak kejadian itu Bimo dan Bima semakin dekat. Keduanya terlihat selalu kemana - mana bersama. Bimo membuktikan janjinya pada Ima bahwa ia tidak akan lagi berhubungan dengan perempuan lain selain dengan Ima.
Ada yang sebagian karyawan merasa heran dengan kedekatan mereka yang rasanya agak lain. Tapi ada juga yang tidak peduli.Tidak ada seorang pun tau status Bimo dan Ima kecuali Ella manajer mini market.
Ella adalah tante jauh dari Bimo,ia sudah seperti orang taunya sendiri karna tante Ella yang selama ini sering membela dirinya. Tante Ella sering menyemangati dirinya saat terpuruk.
Bimo tidak pernah menyembunyikan apapun pada tantenya itu termasuk hubungannya dengan Ima.
"Kamu sudah yakin ingin menikahi sekretarisku itu?" tanya tante Ella saat keduanya tengah makan siang tanpa kehadiran Ima.
"Menurut tante gimana?" Bimo meminta pendapat Ella.
"Kalau tante perhatikan Ima itu anaknya baik,ulet,ramah,dan cantik. Jika kamu sudah merasa cocok tante akan mendukung." ujar Ella memberi dukungan pada Bimo.
"Tapi apakah mama dan papa akan setuju tante?" Bimo mengutarakan kekawatiran.
"Jangan menyerah sebelum mencoba. Kalau mereka menolak tante yang akan maju ."ujar Ella sambil tersenyum pada ponakan yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri.
"Makasih tante, tante memang yang terbaik." Bimo mengangkat kedua jempolnya tinggi - tinggi.
Karna sudah mendapat dukungan dari tante Ella Bimo memberanikan dirinya memperkenalkan Ima kepada kedua orang tuanya.
Ternyata respon mama Bimo sangat baik,ia sangat menyukai sikap Ima yang sopan dan lembut. Mama Bimo tidak perduli dengan status Ima yang hanya gadis kampung.
Tak ingin membuang waktu mama dan papa Bimo bergerak cepat untuk segera menikahkan Bimo dangan Ima. Mereka berharap Kelakuan playboy Bimo akan berubah saat sudah menikah dengan Ima.
"Assalamualaikum, pak,bu." sapa Mama Bimo dan rombongan datang kerumah Ima di kampung.
"Waalaikumsalam,mari masuk pak,bu." jawab Umi ramah.
Semua tamu sudah duduk lesehan,kalau duduk di kursi tidak akan cukup. Bimo tidak banyak membawa rombongan karna permai tahan Ima.
"Mas ga udah rame - rame kerumah, cukup keluarga inti aja." pinta Ima waktu itu sebelum keluarga Bimo datang melamar.
"Tapi,sayang." Bimo ga jadi melanjutkan kata - katanya.
"Tapi kenapa , mas?" tanya Ima.
"Ga apa - apa,nanti aku bilang sama papa dan mama. " ujar Bimo sambil mencium calon istrinya yang tengah duduk di pangkuannya.
"Mas." desah Ima saat tangan nakal Bimo meremas gunung kembarnya. Ima memposisikan miliknya yang sudah mulai basah dan berkedut di atas tongkat sakti milik Bimo.
Tubuh Ima bergerak lincah begitu juga dengan Bimo,gerakan saling menekan menimbulkan sensasi melayang.
"Yang...." rengek Bimo yang ingin penyatuan tanpa penghalang. Matanya sayu berkabut gairah. Ima sebenarnya juga menginginkannya tapi akal sehatnya masih bekerja sehingga tidak kebablasan. Gerakan mereka semakin lincah dan panas.
"Mas..." lirih Ima saat gelombang itu hampir sampai.
"Ima...mas mau sampai..." Bimo dan Ima mengejan bersama saat mereka sudah mendapatkan pelepasan. Senyum terukir di bibir keduanya,sesaat mereka menetralkan nafas yang masih ngos - ngosan seperti habis berlari jauh.
"Sayang, makasih." Bimo mencium bibir Ima sekilas.
"Puas ga,ma?" Ima turun dari pangkuan Bimo dan merapikan penampilannya.
"Kurang,mas maunya kamu polos tanpa memakai apa - apa." Goda Bimo dan dengan refleks Ima mencubit paha Bimo. Bimo meringis menahan sakit cubitan Ima yang lumayan rasanya. Kembali Bimo mencium bibir Ima sebelum mereka pulang.